Oleh: Rianti Kareem (Pengamat Media Sosial)
Komentar pedas netizen negeri +62 ini terbilang wajar, sebab hingga saat ini belum ditemukan obat penawar paling ampuh untuk menangani virus covid-19, namun Kementrian Pertanian sudah berani mengklaim produk ‘anti virus’ Corona bahkan akan diproduksi secara massal pada bulan Agustus mendatang.
“Ini antivirus hasil Balitbangtan, eucalyptus, pohon kayu putih. Dari 700 jenis, 1 yang bisa mematikan Corona hasil lab kita. Dan hasil lab ini untuk antivirus. Dan kita yakin. Bulan depan ini sudah dicetak, diperbanyak,” kata Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo usai menemui Menteri PUPR Basuki Hadimuljono di kantor Kementerian PUPR, Jakarta, Jumat 3 Juli 2020. (detik.com)
Sebelum kalung anti virus corona versi Kementan di rilis pada 8 Mei 2020, ada satu produk yang serupa yakni kalung anti virus dari jepang yang lebih dulu beredar sejak awal Maret 2020.
Kalung ‘Virus Shut Out’ juga mencuri perhatian di tengah wabah Covid-19. Produk ini diklaim bisa melindungi penggunanya dari virus patogen selama 30 hari per produk.
Mengutip EPA.gov, Badan Perlindungan Lingkungan AS (Environmental Protection Agency) mengumumkan telah mencegah beberapa pengiriman produk kesehatan ilegal dari memasuki pelabuhan Pasifik A.S. di bawah undang-undang pestisida federal. Kalung bernama Virus Shut Out, tidak terdaftar dengan EPA. Karena itu, keamanan dan kemanjurannya terhadap virus belum dievaluasi. Selain itu, pelabelannya – termasuk petunjuk penggunaan – tidak disediakan dalam bahasa Inggris seperti yang disyaratkan oleh hukum, dan materi iklan online berisi klaim yang menyesatkan tentang keamanan dan efektivitasnya.
“Sangat penting bahwa orang hanya menggunakan disinfektan terdaftar EPA dan mengikuti petunjuk label untuk penggunaan yang tepat,” kata Administrator Regional EPA Pasifik Barat Daya John Busterud. (Kompas TV 4/7/2020)
Tidak jauh beda kalung anti virus versi Jepang dengan versi Mentan yang juga belum teruji secara spesifik. Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), DR dr Inggrid Tania MSI mengungkapkan eucalyptus selama ini memang dikenal mampu mengatasi dan melegakan saluran pernapasan.
“Penelitian kementan ini baru diujikan sampai tahap in vitro pada virus influenza, beta corona dan gamma corona. Belum diuji spesifik terhadap virusnya Covid-19, yakni SARS-CoV-2,” kata dr Inggrid kepada Kompas.com, Sabtu (4/7/2020).
Sah-sah saja jika ingin memproduksi obat-obatan demi menjaga kesehatan masyarakat, namun jangan menyesatkan masyarakat awam dengan ‘klaim sepihak’.
Inilah penyakit kementerian di Indonesia, mereka berpuas diri dengan laporan, artikel website dan wawancara. Mereka tidak mau (atau tidak berani) mempublikasikan hasil penelitiannya untuk ditelaah dan diuji oleh sejawat.
Jika demikian adanya maka hal ini akan menimbulkan spekulasi bahwa validitas hasil penelitiannya dipertanyakan. Sehingga wajar masyarakat (netizen) mengeluarkan komentar tidak percaya terhadap perkataan Menteri. Sebab berkali-kali para penguasa negeri ini merilis statemen yang nampak ‘lucu’ namun memalukan dimata dunia.
Memproduksi massal produk yang belum mengalami rentetan pengujian yang diperlukan sama saja dengan membuang-buang uang negara. Sementara kita ketahui bersama ekonomi negeri ini sedang ambruk ke dasar jurang.
Rakyat bukanlah kelinci percobaan dan uang negara bukan untuk mainan demi mendapatkan citra dimata masyarakat.
Pemerintah harusnya serius melindungi warganya dari ancaman virus corona namun juga tak boleh melakukan klaim sepihak yang dapat menimbulkan kesalah pahaman ditengah masyarakat awam.
Sebagai pemimpin negara yang mayoritas penduduknya muslim. Pemerintah seyogyanya melirik bagaimana Islam mengatasi wabah penyakit menular. Karena Islam memiliki seperangkat solusi dalam mengatasi wabah pandemi. Islam selalu menunjukan keunggulannya sebagai agama sekaligus ideologi yang lengkap. Ia mengatur semua hal tak terkecuali di bidang kesehatan.[]