Oleh: Susi Herawati | Ibu Rumah Tangga
Peringatan Hari Kontrasepsi Dunia jatuh pada tanggal 26 September. Perayaan hari kontrasepsi ini bersamaan dengan masa pandemi Covid-19, di mana justru angka korban Covid-19 semakin terus meningkat. BKKBN menggandeng Bayer Indonesia meluncurkan Program Edukasi dan Akses Kontrasepsi untuk 25.000 perempuan petani dan istri petani di Banten dan Jawa Barat tahun 2020-2021. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan para petani terutama petani perempuan dan istri petani agar memulai akses terhadap alat kontrasepsi. Hal ini disampaikan oleh Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Dr. Ir. Dwi Listyawardani, Msc. Dip. Com dan Presiden Direktur PT Bayer Indonesia, Angel Michael Evangelista dalam Virtual Press Conference bertajuk Hari Kontrasepsi Sedunia 2020: Percepatan Informasi, Edukasi dan Akses Kontrasepsi untuk Pemberdayaan Perempuan di masa pandemi Covid-19. (Jumat 25/09/2020)
“Ini merupakan tujuan bersama dari Bayer dan BKKBN sehingga bisa mengedukasi mereka (para petani perempuan dan istri petani) agar bisa menerima akses terhadap kontrasepsi” tutur Michael.
Pada masa pandemi Covid-19 tentunya para petani perempuan dan istri petani sangat membutuhkan dukungan karena masuk dalam kelompok yang rentan untuk daerah Banten dan Jawa Barat. (Dilansir dari kompas.com, 26/09/2020)
Alat kontrasepsi itu sendiri banyak macamnya mulai dari pil, suntik, implan dan IUD. Wanita menggunakan alat kontrasepsi dengan berbagai alasan, apakah untuk menunda kehamilan ataupun sudah tidak mau menambah anak lagi dengan berbagai alasan seperti pendidikan, karir, finansial dan lainnya.
Kontrasepsi itu sendiri bagian dari program KB. KB adalah stilah yang berasal dari kata Keluarga dan Berencana. Arti terminologi dari KB itu sendiri adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak usia ideal melahirkan, mengatur kehamillan, melalui promosi perlindungan dan bantuan hak reproduksi untuk menghasilkan keluarga yang berkualitas.
Adapun dalam hal mengatur jarak kelahiran itu sendiri, masih menjadi problem yang dilematis. Mengatur jarak bukan berarti membatasi. Bersamaan dengan slogan program KB “Dua cukup, laki laki dan wanita sama saja”, ternyata pemahaman slogan itu sudah mengakar dalam masyarakat. Hal ini telah membentuk lingkungan berpaham tersendiri secara turun temurun. Ada juga wanita yang menggunakan KB dilatarbelakangi alasan ekonomi. Mereka merasa takut bila mempunyai anak banyak, mereka takut keluarga mereka mengalami kelaparan ataupun takut menanggung biaya pendidikan yang tinggi. Padahal sejatinya anak bukanlah penyebab datangnya kemiskinan. Anak adalah rezeki yang datang dari Allah Swt. Sebagaimana firman Allah Swt. yang artinya;
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kami-lah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa besar. (QS. al-Isra, 31)
Hal ini menjelaskan kepada umat manusia agar senantiasa beriman kepada Allah Swt. Percaya bahwa Allah Swt. Sang Pemberi Rezeki. Hendaknya kita yakin bahwa Allah Swt. menciptakan manusia juga bersamaan dengan rezekinya, bahkan semenjak kita masih dalam kandungan ibu kita. Sejak usia kandungan berumur 4 bulan Allah Swt. telah mengutus seorang malaikat untuk meniupkan ruh kepada janin di dalam kandungan. Menuliskan jatah rezeki, jodoh, ajal, bahagia atau sengsaranya.
Setiap anak lahir dengan membawa jatah rezeki sendiri-sendiri, kita tidak akan mampu mengurangi jatah rezeki anak tersebut, begitupun sebaliknya anak kita tidak akan mengurangi jatah rezeki kita.
Sesungguhnya Allah Swt. telah memudahkan segala urusan manusia melalui sunnatulah yang telah Allah Swt. tetapkan, tinggal manusia itu sendiri apakah mau belajar dan berikhtiar ataukah hanya berdiam diri.
Allah Swt. menganjurkan banyak keturunan dan mendidik anak-anaknya menjadi sholeh dan sholehah. Menjadi mujtahid dan inovator serta pejuang tangguh yang mampu menghantarkan pada kejayaan Islam dan mampu melakukan amar maruf nahyi munkar dalam melahirkan generasi khoiru ummah.
Jumlah kaum muslim yang besar menjadi salah satu sumber kekuatan dalam menghadapi musuh-musuh Islam. Oleh karena itu, kita berkewajiban menumbuhkan generasi penerus dan pejuang yang memperjuangkan agama baik melalui pendidikan Aqidah dan memperbanyak jumlah generasi penerus umat Islam.
Wallahu’allam bishawab