Oleh: A.Qurratu Aini (Blue Ranger)
“Sekuler Turki Akan Tetap Memusuhi Khilafah (kepemimpinan Islam)”
Di halaman sampul majalah terbitan tanggal 27 Juli yang dimiliki oleh Albayrak Media Group bertuliskan, “Hagia Sophia dan Turki bebas sekarang; bersiaplah untuk kekhilafahan” (Warta Ekonomi.co.id). Terdapat juga kalimat lain yang berbunyi “jika tidak sekarang, kapan? Jika bukan Anda, siapa? (tampaknya merujuk pada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan) Berkumpul bersama untuk kekhilafahan”.
Albayrak Media Group ini, dimiliki oleh Serhat Albayrak, saudara Menteri Keuangan Berat Albayrak. Grup Media ini dinilai pro terhadap pemerintahan, majalah mingguan yang terkait pemerintah itu juga memuji keputusan Presiden mengubah ikon Istanbul Hagia Sophia menjadi masjid. (REPUBLIKA.co.id).
Apa yang kemudian terjadi?. Seruan Gercek Hayat untuk kekhilafahan dalam majalah tersebut memicu kemarahan dan penolakan. Partai berkuasa di Turki yang memenangkan Recep Tayyip Erdogan sebagai Presiden, bahkan mengajukan pengaduan pidana terhadap Gercek Hayat, yang telah mengeluarkan seruan untuk membangkitkan kembali kekhilafahan Islam. Menyusul pembukaan Hagia Sophia yang dahulunya dibangun sebagai Katedral dibawah kekaisaran Bizantium Kristen, diubah menjadi masjid tahun 1453 saat penaklukan oleh Ottoman, kemudian dialihkan menjadi museum pada 1934, 10 tahun setelah negara Islam Khilafah diruntuhkan yaitu pada saat Republik Turki Modern berdiri.
Pengacara Asosiasi menuntut agar kolumnis Pro pemerintah, yang membagikan sampul majalah di media sosial, dan pimpinan redaksi Media Gercek Hayat, menghadapi tuduhan yang diberikan. Majalah Gercek Hayat menjadi salah satu influencer Khilafah yang terbaik di Turki, hingga seruan Khilafah semakin mendapat sambutan public Turki. Adapun tuduhan Rezim Sekuler Turki yang mengkriminalisasi seruan kembali pada sistem Khilafah; “Menimbang bahwa seruan pembentukan kekhilafahan tidak dapat diwujudkan dalam hukum, dengan cara bersenjata dan damai , jelas tindakan para tersangka menghasut orang-orang untuk melakukan pemberontakan bersenjata,” ujar Asosiasi Ankara saat membacakan pengaduan pidana dan diserahkan ke kantor kepala kejaksaan Umum Istanbul.
Menghasut orang-orang untuk melakukan pemberontakan bersenjata melawan Republik Turki, menghasut masyarakat membentuk kebencian dan permusuhan, dan menghasut orang untuk tidak mematuhi hukum?. Sangat aneh, kembalinya Khilafah dianggap oleh kubu sekuler sebagai ajakan pemberontakan bersenjata. Padahal dalam sejarahnya Daulah Islam yang menjadi cikal bakal khilafah dilakukan tanpa pertumpahan darah. Rasulullah SAW mampu mendirikan daulah dan dilanjutkan oleh para Khulafaur Rasyidin dengan cara damai dalam bentuk perubahan total sistem, lantas mengapa dituduh bersenjata sedangkan ini bersifat seruan dan nasihat politik bahwa Khilafah dan kejayaan itu milik kaum Muslimin.
Tidak kah Anda bertanya-tanya? Mengapa seruan sederhana mengambalikan kehidupan kita seperti kehidupan Teladan kita Baginda Rasulullah SAW, di cap sebagian besar orang sebagai ancaman?. Tidak kah Anda merindukan kedamaian sebagaimana cerita dalam buku-buku sejarah Islam di masa lalu?. Maka salahkah jika ada orang-orang yang rela hidup matinya untuk mengembalikan kehidupan itu? Dengan darah dan air mata ingin mengembalikan hak milik kaum muslim yaitu kejayaan sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Teladannya?
Bahkan sepeninggal Rasulullah SAW, Kejayaan yang terus-menurus berlangsung sampai kala itu Kekhilafahan Turki Ustmani sempat menaungi 2/3 dunia dengan cahaya Islam. Warga negaranya dari berbagai latar belakang suku, Agama dan Ras, begitu menjunjung tinggi Hukum Islam. Nasionalisme Turki belum dikenal hingga datang serangan politik dan kebudayaan Barat. Kemudian pada era Mustafa Kemal Atturk (pendiri Negara Sekuler Turki) meruntuhkan Kekhilafahan yang dengan susah payah dibangun oleh Rasulullah SAW hingga berakhir di Turki pada Sultan Abdul Hamid II pada 3 Maret 1924. Kemal Atturk dengan kesombongannya memisahkan agama Islam dengan kehidupan apalagi pemerintahan.
Tidak kah lagi Anda bertanya-tanya? Mengapa dengan begitu radikal mereka menyerang seruan mengembalikan kejayaan itu?. Namun mengapa tak sekeras kepada seruan dan aksi pengembalian Hagia Sophia (Aya Sophia) dari museum menjadi masjid?, tidak sekeras menyerang khatib yang memegang pedang penaklukan Ustmani pada Khutbah jumat (23/03/20)?, tidak sekeras menyerang film Sultan Muhammad Al Fatih, Abdul Hamid II, dan Ertugrul yang menunjukkan kejayaan kekhilafahan Islam Turki Islami?.
Mengapa?, Turki Sekuler ingin menunjukkan kepada dunia bahwa Bangsa Turki adalah bangsa yang hebat yang pernah menundukkan dunia dengan kekuatan militernya. Padahal motivasi sebenarnya dari penaklukan oleh Muhammad Al-Fatih ialah menyebarkan agama bukan seruan kebangsaan Turki. Lembeknya kaum Sekuler Turki terhadap segala yang berbau Islami karena menganggap Masjid Hagia Sophia dan Film-film Sultan Ustmani melambangkan nasionalisme Turki. (Abu Mush’ab Al-Fatih Bala-Penulis Nasional Dan Pemerhati Politik Asal NTT)
Telah sangat jelas. Kerasnya respon Rezim Sekuler Turki terhadap seruan kembali kepada Khilafah menggambarkan makna bahwa “sekularisme harga mati”. Sekularisme telah menjadi ruh Turki modern sejak Khilafah Runtuh ditangan Laknatullah Mustafa Kemal Attaturk. Kesimpulannya Khilafah ancaman bagi sekulerisme, khilafah tegak maka hancurlah politik Sekuler di Turki, Turki akan hilang Identitas sekulerismenya , dan bisa saja Turki menjadi pionir penyatuan negeri-negeri Kaum Muslimin yang InsyaaAllah akan membebaskan Masjid Al-Aqsa Palestina, dan melumat habis Negara Zionis Israel. Dan bagi Barat ini merupakan ancaman.
Barat berupaya memanfaatkan kaum Sekuler Turki dengan berbagai dukungan politik untuk menghambat seruan politik lewat Khilafah. Karena Khilafah adalah sistem, auto semua balik ke Islam termasuk politik. Terjawablah mengapa Hagia Sophia aja Khilafah nya ngak usah. Seruan ibadah boleh, politik no way!
Karena kita tau Kekhilafahan itu akan kembali dan menjadi janji, serta bagian pahala besar bagi yang meyakini dan memperjuangkan. Kekhilafahan islam AKAN tegak di salah satu negeri kaum muslimin adalah kemudian untuk memulai persaingan adidaya baru. Itulah mengapa mereka sebut “akan menjadi ancaman bersenjata”, ya karena negara yang didalamnya tegak negara Islam akan di musuhi termasuk Barat yang merupakan adidaya. Tapi itulah pijakan awal perubahan menuju fase kelima menaklukkan Roma setelah Konstantinopel (Istanbul, Turki).
Wallahu a’lam