GHOSTING, LIFE STYLE MILENIALS ZAMAN NOW

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Ratna Kurniawati (Aktivis Remaja)

 

Life Style Ghosting akhir-akhir ini menjadi viral ketika salah satu anak presiden di duga melakukan ghosting terhadap mantan kekasihnya. Ghosting bukan merupakan istilah baru. Dalam beberapa artikel ghosting bisa terjadi saat seseorang terjebak diantara tidak ingin melukai perasaan seseorang tetapi juga tidak ingin memimpikannya.
Apa sih sebenarnya makna dari ghosting itu sendiri?
Ghosting merupakan sebuah situasi ketika seseorang memutuskan hubungan dengan menghentikan seluruh komunikasi secara tiba-tiba dan tanpa penjelasan tentunya. Ini tidak hanya berlaku pada hubungan pacaran yang jelas-jelas haram, tetapi juga melanda hubungan pertemanan. Secara harfiah artinya seolah-olah mereka menghilang dan menguap tanpa jejak.
Entah kenapa tanpa sebab tiba-tiba teman kita menghilang dari peradapan seolah hilang di telan bumi, tidak bisa di hubungin dan tidak memberikan penjelasan serta tidak ada kabar berita. Kadang seseorang merasa capek dan melakukan ghosting hampir ke semua orang dan baru menghubungi kita setelah beberapa bulan atau tahun kemudian.
Nah itulah sekilas tentang fenomena ghosting . Para pelaku ghosting biasanya merasa baik-baik setelah menghilang untuk beberapa saat namun setelah mereka kembali seolah tidak terjadi apa-apa dan mereka cenderung merasa lebih tenang dan seolah menganggap masalah sudah selesai.

Muncul pertanyaan kira-kira apa tujuan dari ghosting sendiri dan seberapa penting sehingga begitu digandrungi kawula muda?
Jawaban dari kawula muda sungguh mengejutkan, itu merupakan bagian dari kesenangan bagi mereka. Asyik aja kata mereka ketika seseorang yang awalnya dekat kemudian tiba-tiba menghilang. Keren kata mereka, ketika harus kembali menceritakan kenangan indah saat mereka bersama. Ketika menghilang untuk beberapa waktu yang lama kemudian mereka pasang status di media sosial sebagai ghosting.
Ghosting memang sering dilakukan oleh orang yang tertekan pada suatu keadaan dan cenderung mereka lari dari masalahnya. Masalah yang seharusnya dihadapi bukan malah lari dan bersembunyi dari masalah. Kalau dengan cara ghosting bukan masalahnya selesai malah tambah rumit.
Padahal dalam Islam sudah ditegaskan dalam surat Ar-Radu ayat 11 “Sesungguhnya Allah SWT tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka”.
Islam adalah agama yang sempurna sekaligus petunjuk kehidupan artinya Islam punya solusi atas segala masalah kehidupan. Kalau kita mengaku sebagai seorang muslim tidak seharusnya kita lari dari masalah dan bingung dalam mencari solusi kehidupan.
Kenapa ini bisa terjadi?
Milenial zaman now kehilangan identitas dan jati diri serta tidak punya pegangan dan acuan bagaimana menyelesaikan masalah kehidupan. Sehingga mereka memilih cara ghosting untuk menarik diri atau bahkan melarikan diri dari masalah. Mereka lupa akan jati diri sebagai seorang muslim yang harus mengikuti aturan sang pencipta. Selain krisis identitas, ghosting ternyata karena umat Islam saat ini menganggap bahwa Islam adalah agama ritual saja dan tidak yakin bahwa Islam dapat mengatasi segala masalah dalam hidupnya. Padahal kalau kita mengaku orang yang beriman, mengaku sebagai orang muslim yang bertaqwa maka kita harus menjadikan Islam sebagai poros hidup kita, menjadikan Al Quran sebagai petunjuk kehidupan.
Peran orang tua sangatlah diperlukan untuk mengenalkan dan mengajarkan Islam sebagai pondasi. Mengajarkan Islam dimulai dari aqidah, keimanan sedini mungkin sehingga Islam sudah tertanam kuat pada diri generasi muslim dan mereka bisa mengenal jati diri mereka sebagai generasi muslim dan bagaimana seharusnya generasi muslim menjalani kehidupan ini. Selain itu, peran masyarakat juga harus mendukung dan peduli pada generasi milenial bukan malah mengucilkan, menyibir, dan abai terhadap kondisi milenial sekarang. Masyarakat yang senantiasa mensuasanakan Islam sehingga mendukung milenial untuk semakin semangat dan bangga atas keislamannya. Sebagai contoh : menyambut baik ketika para generasi milenial mulai hijrah dan saling mengingatkan dan member nasehat ketika mereka sedang futur dan bukanlah menjadi masyarakat individualis yang cenderung abai seperti saat ini.
Negara juga wajib berperan dalam membina masyarakat dengan aqidah Islam dengan melalui sistem pendidikan Islam, mengatur media masa sehingga tidak menyebarkan budaya dan gaya hidup hedonistic, materialistic yang menyebabkan kaum milenials mengalami depresi sosial sehingga memilih ghosting sebagai solusi.
Fenomena ghosting sebenarnya tidak bisa dipandang sepele dan ghosting bukanlah solusi bagi seorang muslim ketika menghadapi masalah. Mari tetap semangat untuk belajar Islam agar kita tau bagaimana harus menjalani hidup dan menyelesaikan masalah kehidupan yang sesuai dengan identitas kita sebagai seorang muslim. Wa’alahualam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *