Generasi Kriminal, Buah Sistem Sekular

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Generasi Kriminal, Buah Sistem Sekular

 Erna Ummu Azizah

(Ibu Peduli Generasi)

 

Generasi yang didamba tentu adalah generasi yang bertakwa, berbakti pada orang tua, juga berguna bagi bangsa dan negara. Namun apa jadinya jika yang muncul adalah generasi kriminal, generasi emosional yang keji dan brutal.

Seperti yang sempat viral di dunia maya. Beredar video seorang anak pejabat pajak dengan membabi buta menendang dan menginjak kepala korbannya hingga koma. Diduga karena faktor asmara. Padahal usianya masih belia. Namun perilakunya sudah membuat masyarakat mengelus dada.

Bahkan, menurut pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel, bukan hanya masalah asmara, pola pengasuhan yang salah pun bisa menjadi salah satu penyebab tindakan abusif/kasar. Seperti adanya pemanjaan, ketidakmandirian, kemudian keberadaan benda-benda mewah yang memunculkan perasaan macho dan berhadap-hadapan dengan orang yang dipandang layak untuk dijahati. (www.suara.com)

Memang kondisi generasi saat ini begitu miris. Rasanya kita sebagai orang tua dibuat banyak khawatir dan menangis. Sudahlah marak kasus narkoba, miras, seks bebas, bahkan marak tindakan brutal yang berujung kriminal.

Di sistem sekular yang memisahkan agama dari kehidupan, memang tak aneh jika kasus seperti ini bermunculan bak jamur di musim penghujan. Generasi yang minus ajaran agama, sulit mengenal kata dosa. Berbuat seenaknya, tak peduli meski membuat diri dan orang lain celaka.

Ditambah pola asuh dan pola didik orang tua yang jauh dari gambaran visi misi mulia. Membuat anak tak paham apa tujuan hidup di dunia. Apalagi ketika orang tua pun hanya berorientasi materi ketika meraih kebahagiaan hidup. Yang penting kaya, banyak uang dan hidup senang.

Maka anak pun akan mencontoh orang tuanya. Disinilah pentingnya orang tua menanamkan nilai akhlak, nilai insaniyah (kemanusiaan), dan nilai ruhiyah (rohani). Sehingga lahir generasi takwa, beradab dan bernurani. Bukan generasi kriminal yang brutal dan keji.

Islam sebagai agama yang sempurna dan paripurna telah diturunkan oleh Allah SWT untuk kebaikan umat manusia. Ajarannya yang sesuai fitrah telah memberikan tuntunan bagaimana mencetak generasi cemerlang dan bertakwa.

Islam memahami peran penting orang tua dalam mendidik generasi. Menyiapkan anak untuk mengarungi kehidupan di dunia dan juga agar selamat di akhirat. Semuanya sepaket dalam sistem pendidikan. Inilah bentuk tanggung jawab yang Islam bebankan kepada negara, dan menjadi hak bagi seluruh warga negara.

Islam menetapkan bahwa keluarga adalah madrasah utama dan pertama bagi anak. Ayah dan ibu harus saling bekerja sama dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Juga dalam hal menjaga keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Islam pun menetapkan bahwa ayah adalah qawwam (kepala keluarga). Selain berkewajiban mencari nafkah, juga sebagai pemimpin yang wajib menjaga diri dan keluarganya dari siksa api neraka. Sebagaimana firman Allah SWT:

“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)

Ayah ibarat kepala sekolah, sedangkan ibu adalah guru yang mendidik langsung anak-anaknya. Ibu sebagai ummu wa rabbatul bayt (ibu dan pengurus rumah tangga). Ia akan fokus dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya.

Ayah dan ibu adalah teladan bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, di dalam keluarga anak akan dibina memiliki kepribadian Islam yang tercermin dalam pola pikir dan pola sikap Islam.

Anak akan dikuatkan akidahnya, ditanamkan bahwa hidup di dunia untuk ibadah kepada Allah, juga dipahamkan bahwa syariat Islam kaffah adalah solusi atas seluruh permasalahan manusia.

Selain orang tua, masyarakat pun berperan menyukseskan pola asuh yang dijalankan orang tua. Masyarakat berfungsi sebagai pengontrol perilaku anak dari kejahatan dan kemaksiatan. Mereka akan saling peduli dan terbiasa melakukan amar makruf nahi mungkar.

Begitu pun negara sebagai periayah (pengatur) utama, akan menyiapkan seluruh perangkat yang dibutuhkan para orang tua dan calon orang tua. Semua itu diwujudkan dengan penerapan syariat Islam kaffah.

“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan (kaffah), dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 208)

Wallahu a’lam bish-shawwab.[]

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *