Gelombang Tsunami Covid-19 India Pukulan Keras Untuk Indonesia

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Iin Susiyanti, SP

 

Gelombang Tsunami Covid-19 datang lagi, kali ini jauh lebih dahsyat dari pertama kali. Suasana India benar-benar mencekam, berapa banyak manusia teridentifikasi positif Corona, bahkan sudah ribuan nyawa melayang akibat varian baru mutan ganda Covid-19.

Menurut WHO, varian baru virus Corona pertama kali terdeteksi ketika musim gugur lalu. Varian ini oleh WHO diberi nama B.1.617 atau disebut mutan ganda. Hingga saat ini belum dapat diketahui apakah mutasi ini lebih menular atau mematikan.

Para ahli masih memperdebatkan apakah varian baru virus Corona mutan ganda tersebut sebagai faktor pendorong utama lonjakan kasus di India, sejauh ini masih menjadi pertimbangan. Dr. Zein Chagla, ahli penyakit menular dari Mc Master university di Hamilton, Ontario mengatakan kepada The Caradien Press bahwa faktor-faktor lain di India berkontribusi terhadap penyebarannya yang cepat. Faktor lain di luar varian baru Corona adalah kepadatan penduduk dan rumah multi fungsi generasi dengan ruangan berventilasi buruk.

Dr. Zain Chagla juga mengungkapkan apakah keadaan yang menyebabkan tingkat penularan tinggi dan penyebaran super, atau ada sesuatu yang secara biologis berbeda tentang varian ini, atau kombinasi keduanya(Kompas.com, 24/4/2021)

Varian baru Covid-19 menyebar di India dan menghasilkan ledakan kasus harian terbesar di dunia. Padatnya penduduk, dengan populasi manusia lebih dari 1,3 Miliar jiwa, besarnya mobilitas manusia seperti penggerak roda ekonomi, event-event (pilkada, pernikahan, dan sebagainya), tidak taatnya terhadap protokol kesehatan, lemahnya deteksi dini (rapid, swab test) oleh pemerintah, serta kondisi kemiskinan yang terjadi di India serupa dengan kondisi di Indonesia saat ini.

Indonesia perlu waspada atas lonjakan virus Corona yang terjadi India, jangan sampai Indonesia masuk dalam urutan berikutnya, pemerintah harus serius dan kerja keras untuk mengatasi wabah Pandemi. Semestinya Tsunami Covid-19 di India menjadi pelajaran agar pemerintah mengambil kebijakan lebih komprehensif untuk menghentikan sebaran virus. Bukan kebijakan mendua seolah mengatasi virus seiring perbaikan ekonomi namun malah keduanya tidak teratasi.

Alih-alih memperbaiki sektor ekonomi, justru bahaya mengancam negeri ini. Bagaimana tidak, dibukanya sektor pariwisata bagi wisatawan mancanegara dan domestik justru membuka celah penularan Covid-19 dengan cepat. Ditambah lagi kurang sigapnya pemerintah dalam penanganan, pelayanan, serta minimnya fasilitas kesehatan bagi pasien positif Corona. Menerapkan protokol kesehatan dan larangan mudik tidak cukup untuk mengurangi jumlah pasien positif Covid-19, selama sektor pariwisata dan penerbangan internasional masih dibuka.

Sistem kapitalis yang diemban bangsa telah meracuni pemikiran umat. Keselamatan jiwa bukan menjadi prioritas utama, meski dalam keadaan genting sekalipun. Sistem ini hanya orientasi keuntungan semata. Lihat saja bagaimana penguasa menggenjot ekonomi secara mati-matian, mereka tidak peka dengan penderitaan yang dialami rakyat. Rakyat dibiarkan bergerak bebas di ruang publik, seolah taat dengan protokol kesehatan menjadi solusi yang tepat. Kenyataannya keadaan ini semakin memperparah keadaan.

Dalam mengatasi pandemi dalam negeri, Islam mempunyai solusi, yakni dengan menerapkan sistem Islam secara kaffah.

Dalam sistem khilafah ada beberapa tahapan untuk menghentikan wabah menular ini. Diantaranya dengan menentukan tes dan traching, setelah diketahui hasil testnya, untuk masyarakat yang terdampak positif maka harus segera dilakukan isolasi, selanjutnya harus di tangani dengan baik. Bagi yang negatif bisa beraktivitas seperti biasanya.

Kemudian mencari pusat wabah dengan cepat dan pengawasan ketat agar wabah tidak meluas ke wilayah lain. Wilayah yang terdampak wabah harus dilakukan isolasi, serta wilayah wabah dilarang keluar atau masuk agar mudah memutus rantai penyebaran virus. Dalam hal ini telah disampaikan oleh Rasulullah saw : “Jika kalian mendengar wabah terjadi di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah itu. Malah, jika wabah itu terjadi di tempat kalian tinggal, janganlah kalian meninggalkan tempat itu. ”(HR al-Bukhari).

Pelaksanaan isolasi ini wajib dilakukan oleh negara. Dan negara wajib menjamin kebutuhan dasar bagi wilayah isolasi, termasuk menjamin bahan makanan serta obat-obatan. Merawat dan melayani orang-orang yang sakit di daerah wabah.

Tidak kalah penting adalah menjaga wilayah yang tidak masuk zona wabah agar tetap bisa produktif dan beraktivitas seperti biasa, termasuk memutar roda ekonomi, sekolah dan sebagainya. Karena ekonomi ini sangat penting untuk menopang bagi wilayah lain yang terdampak pandemi.

Negara juga harus memperkuat dan meningkatkan sistem kesehatan termasuk, fasilitas, obat-obatan, SDM, dan lainnya. Memberikan laboratorium terbaik bagi para ilmuwan agar dapat melakukan uji coba dan menemukan obat maupun vaksin yang tepat.

Kesehatan merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat, sudah menjadi kewajiban negara untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Sehingga dalam pelayanan kesehatan ini negara harus memberikan pengobatan secara gratis, atau tanpa dipungut biaya sedikitpun. Dalam pelayanan kesehatan secara gratis ini bukan hanya diberikan ketika terjadi wabah saja namun juga dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam menjaga dan melindungi masyarakat, Islam tidak akan melihat untung dan rugi. Karena kesehatan dan keselamatan rakyat adalah paling utama.

Inilah cara Islam mengatasi wabah penyakit, dalam waktu singkat virus Corona akan berakhir. Semua akan mendapatkan hasil maksimal jika negara mau melaksanakan Islam secara menyeluruh dalam segala aspek kehidupan, karena hanya dengan sistem Islam lah semua permasalahan hidup dapat teratasi.

Wallahua’lam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *