Gaza, Sampai Kapan Dia Sendiri?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Anisa Rahmi Tania (Aktivis Muslimah dari Jakarta)

Lagi-lagi Gaza bersimbah darah. Dilansir dari CNN Indonesia, Militer Israel dilaporkan meluncurkan sejumlah roket ke Jalur Gaza pada Rabu (27/11) dini hari. Serangan itu dilakukan sebagai balasan atas roket yang ditembakkan kelompok militan Palestina ke wilayah Israel sehari sebelumnya.

“Jet-jet tempur menyerang sejumlah sasaran kelompok teroris Hamas di selatan Jalur Gaza,” bunyi pernyataan militer Israel.

Militer Israel menuturkan beberapa target serangan pada dini hari tadi merupakan situs pembuatan senjata dan infrastruktur bawah tanah Hamas, salah satu faksi besar di Palestina yang dianggap Tel Aviv teroris.

Dilansir AFP, sumber keamanan di Gaza menuturkan selain dua situs Hamas, salah satu fasilitas milik kelompok Jihad Islam juga terkena serangan udara Israel dini hari tadi.

Jihad Islam merupakan sekutu Hamas yang sama-sama melihat Israel sebagai musuh. Israel kerap menyalahkan Hamas dan Jihad Islam atas serangan roket yang diluncurkan ke arah negaranya.

Hingga kini, belum ada laporan terkait kerusakan dan korban akibat serangan itu. Sehari sebelumnya, dua roket dilaporkan ditembakkan ke arah Israel pada Selasa (26/11) malam. Salah satu roket itu berhasil dicegat sistem anti-rudal Iron Dome milik militer Israel.

Serangan roket dari Gaza itu memicu suara sirien di sekitar Kota Sderot yang berbatasan dengan Gaza.
Saling lontar roket ini terjadi di saat gencatan senjata di Gaza berlangsung setelah Israel dan Jihad Islam kembali berseteru.

Bentrok antara kedua belah terjadi menyusul serangan Israel ke Gaza yang menewaskan pemimpin dan beberapa petinggi Jihad Islam.
Sejak itu, setidaknya 450 roket ditembakkan dari Gaza menuju Israel. Sebagian besar roket itu dilaporkan mampu dicegat oleh militer Israel.

Hingga kini, 34 warga Palestina dilaporkan tewas akibat bentrokan yang dimulai pada 12 Novermber lalu. (rds/evn)

Konflik antara Gaza dan Israel terus berlanjut setelah puluhan tahun lamanya. Israel yang merangsek masuk ke Palestina, tidak pernah segan2 menghujani warga Gaza untuk membuat mereka enyah dari muka bumi.

Sementara masyarakat yang berada di Gaza tak pernah gentar untuk terus bertahan dan berjuang. Karena mereka yang memiliki tanah Palestina bukan Israel.
Israel memasuki wilayah Palestina dan berhasil menduduki sebagian wilayah Palestina hanya atas dasar persekongkolan dengan para penguasa negara maju yang mereka sokong juga, seperti halnya Amerika. Mereka pada dasarnya tidak mempunyai hak sedikit pun atas tanah Palestina. Jikalau para penguasa Jazirah Arab bersatu dan bersepakat untuk menolak keberadaan Israel di tanah Palestina, tentu Palestina akan sangat terbantu. Namun apa mau dikata, Palestina seakan sendiri. Negara-negara yang notabene berpenguasa seorang muslim, hanya mencukupkan dengan mengecam dan mengutuk.

Langkah kaki mereka kaku. Telunjuk tangan mereka pun lumpuh untuk memberangkatkan militernya mengusir pendudukan Israel di tanah Palestina. Pertolongan mereka hanya berhenti sampai pada batas perjanjian perdamaian dan perundingan two state. Padahal itu bukanlah pertolongan tapi itu adalah jalan untuk mengukur waktu supaya Israel lebih banyak menguasai tanah Palestina.

Persis dengan apa yang dianjurkan wapres Ma’ruf Amin. Dilansir dari Suara.com – Wakil Presiden Maruf Amin mengutuk serangan udara yang dilakukan Israel ke jalur gaza.
Ma’ruf mengatakan bahwa konflik Israel – Palestina tersebut harus selesai secara tuntas. Pasalnya, permasalahan tersebut terus bergulir dan korban jiwa pun tidak dapat terhindarkan.
“Saya mengutuk ya penyerangan itu yang memakan korban,” kata Maruf di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (15/11/2019).

Untuk penyelesaian, Ma’ruf mengungkapkan sebaiknya sejumlah pihak yang terlibat mencari solusi atau two state solution. Two state solution merupakan cara penyelesaian konflik yang sudah disepakati oleh komunitas internasional melalui resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) No.194.

Menurutnya mesti ada perdamaian di antara kedua kelompok tersebut sehingga Palestina memiliki satu gerakan yang kuat untuk menyelesaikan konflik dengan Israel.
Kedua cara tersebut disebutkan Ma’ruf akan ikut didorong oleh Indonesia agar konflik Israel Palestina segera berakhir.

Sikap para penguasa di negeri-negeri kaum muslim, tak berbeda dengan Indonesia yang berpenduduk mayoritas muslim. Lantas sampai kapan Gaza akan terus sendiri? Bukankah mereka pun adalah saudara sesudah dengan muslim lainnya? Yang hakikatnya adalah bagian tubuh kaum muslim lainnya?

Entah manusia macam apa yang merelakan bagian tubuhnya tersakiti terus menerus tanpa melakukan tindakan yang berarti. Sungguh terlalu pilu dan menyayat hati kisah yang selama ini terpaksa harus dijalani kaum muslim di Gaza. Perang di tengah HAM jadi alat melanggengkan sistem kapitalisme liberal di negeri muslim. Perampasan hak hidup di tengah misi PBB menegakkan perdamaian dunia. Hingga Gaza pun pada akhirnya hanya mampu melawan granat dengan sebongkah batu karena kesendiriannya.
Astagfirullah.

Melihat kondisi tersebut, pantaslah jika kemudian kaum muslimin yang paham akan syariah Islam menyerukan persatuan umat Islam seluruh dunia. Persatuan umat Islam yang hanya akan terwujud dengan tegaknya khilafah Islamiyah sebagai solusi tuntas atas permasalahan Gaza.

Sejarah telah mencatat dengan tegas. Tidak pernah tercipta perdamaian di tanah Palestina kecuali dengan diterapkannya sistem Islam di bawah institusi Khilafah.

Islam pertama kali diperkenalkan di wilayah Palestina selama awal penaklulan Islam pada abad ke-7, ketika tentara dari Jazirah Arab di bawah Kekhalifahan Rasyidin menaklukan wilayah yang sebelumnya berada di bawah kendali Bizantium. Palestina mulai berada di bawah pengaruh Islam ketika ditaklukan oleh Khalifah Umar bin Khattab.

Umar menunjukkan toleransi yang besar kepada penduduk daerah ini tanpa membeda-bedakan agama yang mereka anut. Umat Kristen dan Islam pun dapat hidup berdampingan karena sedari awal kedatangan kaum Muslim ke Palestina bukan membawa jiwa perang, tetapi dengan perdamaian dan kasih sayang. Islam menjadi agama mayoritas di Palesitna pada abad ke-9, ketika bahasa Arab menjadi lingua franca.

Pada masa Dinasti Umayyah dan Abbasiyah kedamaian dan ketertiban terus terjaga di Palestina. Umat Islam juga tidak pernah memaksakan umat lain untuk memeluk Islam. Disamping itu penduduk Palestina segera mengadopsi kebudayaan Arab. Dari segi bahasa misalnya, sebelum kedatangan Islam bahasa Aramiah digunakan secara luas di Palestina. namun, setelah dikuasai Islam bahasa yang digunakan pun berganti menjadi bahasa Arab sampai saat ini. [wikipedia.org]

Maa syaa Allah, demikianlah bukti bahwa hanya Islam yang mampu menciptakan kedamaian dan kestabilan di tanah Palestina, khususnya Gaza. Gaza tidak akan pernah sendirian lagi, tatkala Khilafah telah menaunginya. Karena Khilafahlah yang akan menjadi benteng pertahanannya. []

Wallahu’alam bishawab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *