Gaya Baru Menangkal Virus Covid-19

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Muliawati

Banyak pihak mencoba mencari solusi bagaimana wabah ini bisa segera berakhir. Salah satunya kalung antivirus corona yang di gagas oleh Kementan. Di tengah pusaran kontroversi sebagai antivirus, apakah cara tersebut patut dicoba?

Melansir dari DetikNews, kalung antivirus corona merupakan produk dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian (Kementan). Kalung antivirus corona itu terbuat dari bahan eucalyptus dan diklaim bisa membunuh virus corona. Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) akan memproduksi massal pada Agustus.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, mengungkapkan pemakaian kalung antivirus selama 15 menit bisa membunuh 42% virus Corona. Sementara, jika pemakaiannya 30 menit maka dapat membunuh 80 persen virus Corona (DetikNews, 7 juli 2020).

Lantas, bagaimana tanggapan dari para ahli mengenai kalung tersebut?

Dikutip dari Kompas.com, Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman menilai, tak ada relevansi antara kalung antivirus dengan paparan virus corona. “Saya tidak melihat relevansi yang kuat antara kalung di leher dengan paparan virus ke mata, mulut, dan hidung,” kata Dicky.

Ia mengatakan, penularan Covid-19 terjadi melalui beberapa mekanisme seperti droplet aerosol yang terhirup hidung atau melalui sentuhan ke mata dan mulut. Oleh karena itu, dia menganggap produksi produk eucalyptus yang ditujukan untuk mencegah virus corona terlalu dipaksakan dan berpotensi menimbulkan salah persepsi.

“Belum terbukti secara ilmiah dan dimuat di jurnal ilmiah tentang potensi mencegah virus SARS-CoV-2. Sebagai gambaran saja, obat anti-malaria yang salah satu senyawanya berasal dari tumbuhan perlu hampir 20 tahun untuk resmi diakui,” lanjut Dicky ( Sabtu, 4/7/2020).

Selain itu, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ari Fahrial Syam ikut mengatakan pendapatnya tentang kalung antivirus tersebut. Ia tidak sependapat jika kalung eucalyptus disebut sebagai kalung antivirus corona. Perlu riset panjang untuk mengklaim kalung eucalyptus yang akan diproduksi Kementerian Pertanian (Kemtan) sebagai antivirus corona.

Menurut Ari, kalung tersebut cukup disebut dengan kalung kayu putih atau kalung eucalyptus. “Cukuplah disebut kalung kayu putih atau kalung eucalyptus atau kalung aromatherapy,” kata Ari, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (5/7/2020).

Ari berpandangan, terlalu berlebihan mengklaim produk itu sebagai kalung antivirus corona. Meski demikian, kata dia, sebaiknya juga tidak skeptis. “Jangan skeptis atas hasil penelitian in vitro bahwa eucalyptus (minyak kayu putih) ada efek positif untuk Covid-19. Tetapi juga tidak boleh berlebihan beranggapan hasil penelitian in vitro, langsung di klaim sebagai antivirus Covid-19,” kata Ari.

Apalagi, lanjut Ari, riset in vitro atau baru di tingkat sel belum menggunakan virus Covid-19 langsung. Ia menilai, besarnya harapan dari pemerintah terhadap penanganan Covid-19 membuat kalung tersebut langsung diklaim sebagai antivirus corona. “Bagaimana dengan produk kayu putih yang ada dalam bentuk inhaler, roll on yang sebagian sudah disetujui BPOM, tetapi keberadaannya bukan sebagai antivirus?” kata Ari. Dokter spesialis penyakit dalam ini juga mengingatkan masyarakat agar tidak abai terhadap protokol kesehatan jika nantinya menggunakan kalung tersebut. “Masyarakat harus tahu bahwa ini aromatherapy,” kata dia. (kontan.co.id 6/6/2020).

Bagaimana Islam Memandang Masalah Ini?

Dalam hal kesehatan, Islam memberikan perhatian dalam porsi besar. Sebagaimana sabda Rasulullah mengatakan Allah lebih mencintai mukmin yang kuat daripada makin yang lemah, sehingga kesehatan menjadi salah satu hal yang utama dalam pengurusannya.

Rasulullah Saw. menganjurkan untuk memelihara fisik dan menjaganya dari seluruh penyakit. Karena fisik adalah bekal orang mu’min untuk berjihad dan untuk menunaikan kewajibannya kepada Rabb-nya, dirinya, keluarga dan masyarakat seluruhnya.

Sedangkan masalah obat. Apa obat itu? Bagaimana membuatnya? Dari bahan apa? Berapa ukurannya? Dan seterusnya. Semua itu bukan urusan agama. Namun urusan dan tanggungjawab kementrian kesehatan serta instansi yang berkaitan.

Dalam hal ini, urusan dunia diserahkan kepada manusia sesuai dengan keahliannya. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَنْتُمْ أَعْلَمُ بِأَمْرِ دُنْيَاكُمْ

“Kamu lebih mengetahui urusan duniamu.”  (HR. Muslim, no. 2363)

Tetapi hadist tersebut, bukan bermaksud mengucilkan agama dari kehidupan duniawi (Buku: sunnah Rasul:Sumber Ilmu Pengetahuan dan Peradaban,Penulis: Dr. Yusuf al Qaradhaw, 1998)

Keseriusan pemimpin Islam dengan menyediakan fasilitas sebaik-baiknya dalam memberi ruang kepada para ilmuwan untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Disinilah kekuatan Islam dalam memberikan dukungan.

Beginilah cara Islam dalam mengambil langkah menangani masalah kesehatan, meneliti virus dan wabah. Dengan diserahkan pada ahlinya. Sebab, jika urusan tidak diserahkan pada ahlinya maka akan berdampak buruk bahkan bisa membawa kehancuran. Sebagaimana sabda Rasulullah sholallahu’alaihi wa sallam “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.”

Wallahu ‘alam bishowab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *