Efektifkah Vaksin Mengatasi Pandemi?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Muthmainnah Ilham, S.Pd. (Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban)

 

Pandemi belum berakhir. Bahkan sudah hampir setahun sejak kasus pertama di Indonesia ditemukan. Berbagai kebijakan pun telah dilakukan untuk mengatasi pandemi Covid-19. Namun, pandemi belum mampu dikendalikan. Kebijakan yang dijalankan pemerintah cenderung berubah-ubah tanpa mempertimbangkan keselamatan masyarakat. Mulai dari PSBB hingga penerapan new normal dan kini vaksin pun dijadikan sebagai solusi.

 

Disadur dari catatan Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menyatakan bahwa Vaksinasi Corona yang direncanakan pelaksanaannya mulai November 2020 hingga Maret 2021 haruslah diupayakan produktif. Maka, program vaksinasi corona itu layak dibebani target ganda, yaitu mewujudkan kekebalan kelompok dan target pemulihan semua aspek kehidupan, utamanya pemulihan ekonomi (Republika.co.id, 24/10/2020)

 

Epideimolog Griffith University, Dicky Budiman menyatakan bahwa ada pemahaman yang keliru jika masyarakat mengira dengan adanya vaksin semua akan selesai. Karena vaksin bukan solusi ajaib, melainkan hanyalah salah satu cara untuk membangun kekebalan individual dan perlindungan masyarakat.

 

“Harus dipahami bahwa tidak ada vaksin yang sempurna memberi perlindungan. Sebagian kecil penerima vaksin masih memungkinkan untuk tertular COVID-19 hanya saja diharapkan dampaknya tidak terlalu parah. Bahkan, berdasarkan data sejarah sejauh ini tidak ada pandemi yang selesai dengan vaksin. Ia mencontohkan pandemi cacar, walau sudah ada vaksin, selesainya dalam 200 tahun. Kemudian polio baru selesai dalam 50 tahun” (tirto.id, 2/1/2021).

 

Mengatasi Pandemi Melalui Vaksin

 

Upaya Pemerintah Indonesia mengatasi pandemi Covid-19 belum bisa dikatakan maksimal. Penerapan  karantina/lockdown, Test-Trace-Treatment (3T), hingga instruksi Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak (3M) belum terlaksana maksimal dan cenderung melompat ke solusi vaksin (mengandalkan keberadaan vaksin).

 

Padahal, Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Doni Monardo menyatakan, ditemukannya vaksin belum tentu jadi solusi utama menyelesaikan pandemi Covid-19. Doni mengatakan vaksin yang tengah diteliti beberapa negara termasuk Indonesia masih berproses dan belum ada yang terbukti bisa menghentikan pandemi secara total untuk kembali ke kehidupan normal (Ayojakarta, 11/08/2020).

 

Kebijakan pemerintah terkesan terburu-buru dalam masalah vaksin. Di saat masih dilakukan uji klinis dan pengkajian aspek kehalalan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), pemerintah sudah memesan vaksin Sinovac dan mendistribusikannya ke beberapa wilayah. Lantas, apakah vaksin ini efektif untuk mengatasi pandemi?

 

Pengamat Kebijakan Publik Dr. Rini Syafri berpendapat, berdasarkan fakta pandemi dan upaya pemberantasannya, baik dari aspek paradigma dan fakta empiris, upaya asal mengatasi pandemi (pemberantasannya) bukanlah dengan vaksin atau program vaksinasi. Akan tetapi dengan upaya nonfarmasi disertai jaminan pelayanan kesehatan gratis berkualitas.

 

Selain itu, Dr. Rini beliau pun mengungkapkan bahwa mengenai vaksin yang menjadi andalan pemerintah memberantas pandemi, ia berpendapat kalaupun lolos uji klinis III, tapi efektivitas vaksin yang kurang dari 50% menyebabkan pemberantasan Covid-19 tidak efektif dan kurang berfaedah.

 

Cara Islam Atasi Pandemi

 

Ada tiga prinsip Islam dalam penanggulangan wabah agar segera berakhir tanpa menelan banyak korban.

 

Pertama, penguncian areal wabah sesegera mungkin. Ditegaskan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Apabila kalian mendengarkan wabah di suatu tempat maka janganlah memasuki tempat itu, dan apa bila terjadi wabah sedangkan kamu sedang berada di tempat itu maka janganlah keluar darinya.” (HR Imam Muslim).

 

Kedua, pengisolasian yang sakit. Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Sekali-kali janganlah orang yang berpenyakit menular mendekati yang sehat.” (HR Imam Bukhari). Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Hindarilah orang yang berpenyakit kusta seperti engkau menghindari singa.” (HR Abu Hurairah).

 

Ketiga, pengobatan segera hingga sembuh. Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yang artinya, “Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit dan obat, dan diadakan-Nya bagi tiap-tiap penyakit obatnya maka berobatlah kamu, tetapi janganlah berobat dengan yang haram.”

 

Di samping itu, kesehatan adalah kebutuhan pokok publik. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda yang artinya, “Siapa saja yang ketika memasuki pagi hari mendapati keadaan aman kelompoknya, sehat badannya, memiliki bahan makanan untuk hari itu, maka seolah-olah dunia telah menjadi miliknya.” (HR Bukhari)

 

Prinsip sahih Islam ini dalam pelaksanaannya didukung sepenuhnya oleh sistem kesehatan Islam yang merupakan resultant (hasil) dari sistem kehidupan Islam. Khususnya sistem ekonomi dan politik Islam berikut sekumpulan konsep sahihnya.

Wallahua’lam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *