Oleh : Umi Rizkyi (Komunitas Setajam Pena)
Di lansir dari tempo.co (19/04/2020), Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, Arya Sinulingga menduga ada praktik mafia alat kesehatan di tanah air. Dugaan ini muncul lantaran tingginya impor Indonesia untuk produk-produk tersebut, salah satunya ventilator.
Adanya mafia ini di karenakan impor alat-alat kesehatan Indonesia masih tinggi yang mencapai prosentasi 90% kata Erick Thohir yang di rilis dari tempo.co (19/04/2020).
Institusi Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, hingga Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dalam satu bulan ini bisa merancang dan mengembangkan ventilator lokal. Dengan begitu maka kenapa meski impor? pak Erick berpikir Berarti ada trader dan dia juga berpikir bahwa pasti ada yang memaksa ingin trading terus. Ini terbukti bahwa berbagai lembaga dan instansi mampu untuk bikin ventilator. Ujar Arya dalam sebuah diskusi during Ahad 19/04/2020.
Dia juga mengatakan bahwa Kementerian BUMN belum mengidentifikasi lebih jauh siapa yang bermain dalam masalah ini. Akan tetapi ada indikasi bahwa Indonesia lebih suka membeli dari pada membuat sendiri. “Mungkin untungnya lebih besar, ke situ saja. Bukan identifikasi jadi kenapa harus lama betul, tidak buat di sini”.
Jangan ujung-ujungnya duit terus, dagang terus, akhirnya kita terjebak short term policy (impor alat kesehatan) yang pasti didominasi oleh mafia trader trader itu. Kita harus lawan dan pak Jokowi punya keberpihakan di sini kata Erick dalam akun instagramnya Kamis 16/04/2020.
Hal senada juga dikatakannya ” Saya mohon maaf kalau menyinggung beberapa pihak yng yang besar ini selalu terjebak praktik-praktik kotor , sehingga alat kesehatan impor, bahan baku impor” kata Erick melalui live streaming di akun instagramnya Kamis 16/04/2020.
Dengan berbagai fakta yang di sampaikan oleh Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini membuktikan bahwa sebenarnya bangsa Indonesia ini mendapat tekanan global dengan memaksa impor alat kesehatan dan obat. Hal ini membuat para korporasi/trader global menekan pemerintah negeri ini dalam kebijakan ekonomi. Dalam bentuk impor alat kesehatan dan obat. Walaupun sebenarnya bangsa Indonesia mampu membuat alat kesehatan sendiri, seperti yang diungkapkan oleh Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di atas.
Oleh karena itu, maka sesungguhnya negeri ini membutuhkan pemerintahan yang mandiri. Bukan rezim yang egois. Di mana negeri ini mampu menyediakan segala yang dibutuhkan oleh negara saat ini. Seperti halnya, alat kesehatan dan obat dalam menghadapi wabah corona yang setiap hari semakin mengganas. Mampu menyediakan dengan membuat sendiri, tidak tergantung dengan negara lain (impor).
Hal ini bisa dilakukan jika bangsa ini bisa mengelola sumber daya alam sendiri, dikelola oleh negara. Tidak menyerahkan kepada swasta bahkan asing. Selain itu bangsa ini juga harus mampu untuk berlepas diri dari riba. Hutang yang tiap tahun selalu menggunung, bagaikan bola salju.
Tanpa dipungkiri lagi bahwa saat ini, dunia membutuhkan kepemimpinan yang adil dan steril dari kerakusan kaum kapitalis. Dengan maraknya trader-trader yang dengan rakusnya mengambil peluang ini untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.
Kepemimpinan yang adil dan bersih dari kerakusan kaum kapitalis ini akan bisa terwujud hanya dengan sistem Islam, aturan Islam yang diterapkan dalam kehidupan di bawah naungan Khilafah. Hal ini menunjukkan bahwa dunia membutuhkan Khilafah.