Di Balik Lambannya Negara Mencegah Wabah Corona

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Lilis Iyan Nuryanti (Komunitas Pena Islam)

Virus Corona berdampak pada Umat Muslim yang ingin melaksanakan ibadah umrah ke Tanah Suci, Mekkah, atau berziarah ke Masjid Nabawi di Madinah. Mereka harus bersiap untuk membatalkan rencananya. Pasalnya, Arab Saudi menangguhkan sementara kedatangan jamaah umrah ataupun wisatawan dari negara-negara yang terinfeksi virus corona.

Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Arab Saudi melalui akun twitter-nya menyatakan bahwa ini merupakan upaya untuk mencegah masuk dan menyebarnya wabah virus Covid-19 di negara kerajaan tersebut. “Kedatangan ke Kerajaan (Arab Saudi) untuk tujuan umrah dan/atau mengunjungi Masjid Nabawi di Madinah sementara ditangguhkan,” tulis Kemenlu Arab Saudi melalui akun Twitter resmi berbahasa inggrisnya, @KSAmofaEN, dikutip Kamis (27/2).

Sejumlah calon jamaah umrah yang batal berangkat ke Jeddah lewat Singapura tiba di Bandara International Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang, Sumatera Selatan, Jumat 28 Februari 2020. Sebanyak 112 orang calon jamaah umrah dari Sumatera Selatan melalui bandara Changi, Singapura dipulangkan kembali ke tanah air akibat adanya penangguhan visa umrah dan wisata yang dikeluarkan Kerajaan Arab Saudi terkait penyebaran virus corona.

Larangan umrah ini sangat berdampak pada Indonesia. Karena jumlah jamaah umrah asal Indonesia setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Kerugian penghentian umrah dari Indonesia ke Arab Saudi diperkirakan melebihi Rp 1 triliun.

“Indonesia adalah negara pengirim umrah terbesar kedua di dunia (setelah Pakistan) rata-rata 1 juta jemaah setahun terakhir, sekarang setengah juta. Sebulannya 100 ribu orang, kalau satu bulan hilang tidak ada kegiatan pakai patokan harga referensi Kementerian Agama Rp 20 juta, sama dengan Rp 2 triliun,” kata Ketua Umum Sarikat Penyelenggara Haji Umrah Indonesia (Sapuhi) Syam Resfiadi kepada Bisnis, 28 Februari 2020.

Adanya peningkatan tajam jumlah kasus Virus Corona yang dilaporkan di Timur Tengah menjadi salah satu faktor yang memicu Arab Saudi mengambil langkah pencegahan ini. Sebagian besar kasus tersebut berasal dari Iran yang saat ini memiliki angka kematian tertinggi di luar Tiongkok, yakni mencapai 19 orang.

Penyebaran virus Corona semakin meluas dan menjadi permasalahan besar di China berimbas pada dunia. Bahkan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) menyatakan ada kemungkinan wabah ini berkembang menjadi pandemi global. “Ini bukan pertanyaan apakah ini akan terjadi (pandemi), tetapi lebih pada pertanyaan kapan akan terjadi,” kata wakil direktur utama CDC, Anne Schuchat.

Di pusat wabah, Wuhan China, jumlah kasus baru dilaporkan telah menurun. Namun demikian, ada peningkatan kasus corona di wilayah Asia, Eropa, dan Timur Tengah.

Dilansir dari thewuhanvirus.com, sejak kemunculan virus hingga Kamis (27/2/2020), pasien virus corona tercatat mencapai 82.155 menjangkit 48 negara. Sementara 2.800 pasien meninggal dunia, sebanyak 32.771 orang dinyatakan berhasil ditangani dan sembuh dari virus corona.

Selain Arab Saudi, hampir semua negara serius membatasi para warganya, melakukan larangan tegas untuk tidak melakukan perjalanan ke China. Begitu juga melarang masuknya warga China ke negaranya agar terhindar dari wabah tersebut. Lalu bagaimana dengan Indonesia?

Sikap yang ditunjukkan pemerintah Indonesia justru sangat kontradiktif dengan sikap negara-negara tersebut. Pemerintah Indonesia justru malah pernah menerima ratusan turis China yang berasal dari Kota Shenzen, China dan mendarat di Bandara Hang Nadim, Kota Batam. Dan disambut dengan antusias oleh pemerintah setempat bak tamu agung.

Para pejabat Indonesia hanya sebatas mengeluarkan pernyataan bahwa puluhan bandara internasional akan dilengkapi dengan detektor panas tubuh. Tetapi, belum tampak ada sosialisasi yang gencar mengenai virus Corona. Terkesan pemerintah Indonesia jauh lebih santai dibanding kebijakan di negara-negara lain.

Kementerian Kesehatan hanya mengeluarkan anjuran perjalanan (travel advisory) guna meminimalisir dampak pandemi tersebut.
“Kita tidak melakukan restriksi, pembatasan perjalanan orang, karena bisnis bisa merugi, ekonomi bisa berhenti,” kata Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I, Bandara Soekarno-Hatta, dr. Anas Ma’aruf di Gedung Kemenkes, Kuningan, Jakarta Selatan.

Presiden lebih memikirkan bagaimana nanti penanggulangan jika ada penularan penyakit ini di Indonesia. Beliau mengatakan pemerintah sudah menyiagakan sebanyak 100 rumah sakit dengan ruang isolasi untuk pasien dengan gejala penyakit di paru-paru dan saluran pernapasan.

Begitu pula Kementerian Agama, melalui duta besar Indonesia di Arab Saudi, kata Arfi, telah meminta pengecualian peraturan penangguhan ke pemerintah Arab Saudi.

“Mohon agar Indonesia diberikan pengecualian secara diplomasi karena Indonesia tidak termasuk list negara yang terpapar virus corona,” ujar Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama, Arfi Hatim kepada wartawan BBC News Indonesia, Callistasia Wijaya.

Kapitalisme telah menjadikan negara ini hanya memikirkan keuntungan materi dibandingkan melindungi keselamatan warga negaranya dari virus mematikan. Pemerintah seharusnya segera merubah cara pandang untung rugi dalam menghadapi sebuah masalah. Karena ini menyangkut masalah nyawa rakyat. Seharusnya pemerintah mengeluarkan larangan masuk ke Indonesia baik pekerja maupun wisatawan asal China. Jangan sampai khawatir bisnis dan investasi melemah, akhirnya tetap membiarkan keluar masuknya warga dari dan ke China yang seharusnya dibatasi untuk mencegah penularan virus corona tersebut. Hal ini seolah-olah rakyat dikorbankan, hanya untuk mendapat keuntungan materi semata.

Pemerintah seharusnya belajar dari strategi Sistem Pemerintahan Islam yang dipimpin oleh Rasulullah dan khalifah setelahnya dalam menghadapi merebaknya wabah penyakit.

Dalam Islam, wabah atau penyakit menular sudah dikenal sejak zaman Nabi Muhammad Saw. Pada masa itu, wabah yang cukup dikenal adalah pes dan lepra. Nabi pun melarang umatnya untuk memasuki daerah yang terkena wabah, apakah itu pes, lepra, maupun penyakit menular lain.

Rasulullah bersabda, “Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kalian meninggalkan tempat itu.” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).

Di masa Khalifah Umar bin Khattab, wabah kolera menyerang Negeri Syam. Khalifah Umar bersama rombongan yang saat itu dalam perjalanan menuju Syam, terpaksa menghentikan perjalanannya.

Umar pun meminta pendapat kaum muhajirin dan kaum anshar untuk memilih melanjutkan perjalanan atau kembali ke Madinah. Sebagian dari mereka berpendapat untuk tetap melanjutkan perjalanan dan sebagian lagi berpendapat untuk membatalkan perjalanan.

Umar pun kemudian meminta pendapat sesepuh Quraisy. Yang kemudian menyarankan agar khalifah tidak melanjutkan perjalanan menuju kota yang sedang diserang wabah penyakit.

“Menurut kami, engkau beserta orang-orang yang bersamamu sebaiknya kembali ke Madinah dan janganlah engkau bawa mereka ke tempat yang terjangkit penyakit itu,” ujar sesepuh Quraisy sebagaimana dikutip dalam buku Pesona Akhlak Nabi, (Ahmad Rofi’ Usmani, 2015).

Islam bukanlah agama yang hanya mengajarkan aturan beribadah pada pencipta saja, tetapi Islam adalah agama yang menjadi pegangan dalam menyelesaikan seluruh persoalan hidup manusia. Termasuk mengatasi masalah merebaknya wabah penyakit. Wallaahu a’lam bisshawwab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *