Desas-Desus Kebangkitan PKI : Antara Ancaman Nyata dan Pengalihan Problem Utama Umat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Nahdoh Fikriyyah Islam (Dosen dan Pengamat Politik)

Komandan Densus 99 Banser NU, Muhammad Nuruzzaman menilai bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan dari komunisme. Sebab Ideologi komunis sudah tidak dipakai oleh negara-negara di dunia. Komunis telah mati, apalagi PKI. Nuruzzaman mengatakan, ada pihak-pihak yang membenci pemerintah sehingga sengaja kembali memainkan isu PKI. Padahal menurut dia, jika arah kebijakan pemerintah jelas, tidak pro terhadap komunis atau PKI. Ia menilai, orang-orang yang mengkhawatirkan kebangkitan PKI hanya sedang berhalusinasi.  Orang yang membenci pemerintah memanfaatkan peringatan tahunan G30S/PKI itu dijadikan konsumsi politik menurutnya. (fin.co.id. 01/10/2020)

Bahkan Sukmawati sendiri mengatakan bahwa PKI dulu menganut ideologi Pancasila. Hal itu ia dapatkan dari penjelasan tokoh Partai nasional Indonesia (PNI). Ia pun meyakini jika saat ini paham komunisme sudah tak ada lagi secara organisasi. Namun, Sukmawati mengaku bisa saja ada kader komunisme bawah tanah atau underground masih hidup. (gelora.co. 29/09/2020)

Prof. Salim Said juga menyampaikan hal yang tidak berbeda dengan Nuruzzaman maupun Sukmawati. Menurutnya, menilai komunisme sebagai ideologi sudah bangkrut. Salim juga menilai Tiongkok yang dikuasai partai komunis pun sudah tidak menerapkan komunisme lagi. Salim pun menganggap kecemasan Gatot Nurmantyo soal PKI merupakan bentuk kesadarannya yang tinggi akan ancaman kebangkitan komunis.

Salim menjelaskana bahwa sejarah Indonesia ini menunjukkan bahwa PKI itu tidak pernah berkuasa sebenarnya tetapi ikut berkuasa karena ada doktrin Nasakom (nasionalis, agama dan komunis). Menurut Salim, Nasakom merupakan ide Bung Karno. Proklamator RI itu memiliki obsesi besar tentang persatuan sehingga berupaya menyatukan kalangan nasionalis, Islam dan komunis. Salim menambahkan, pascareformasi ada PDI Perjuangan yang menurutnya berupaya melanjutkan kebijakan Bung Karno. Selain itu, di PDIP ada Ribka Tjiptaning yang menulis buku Aku Bangga Jadi Anak PKI. (gelora.co. 25/09/2020)

Meskipun beberapa pendapat tokoh tersebut mengatakan hal senada terkait PKI baik secara partai maupun ideologi tidak ada masalah, namun sudah sangat ramai masyarakat menilai dan bahkan meyakini bahwa bau PKI kini mulai tercium lagi. Tentu saja penilaian masyarakat tersebut karena analisis para pakar maupun tokoh juga yang mengatakan demikian. Ditambah praktek-praktek kebijakan yang dinilai mendekati gaya PKI.

Hanya saja, tentu tidak semudah itu untuk setuju ataupun menolak pernyataan pro-kontra tersebut.  Harus benar-benar dengan data dan bukti yang kuat agar desas-desus tentang kebangkitan PKI sebagai partai maupun ideologi  wajib diwaspadai. Pertanyaannya adalah, bagaimana sikap pemerintah saat ini menanggapi isu tersebut?

 

BENARKAH PKI AKAN BANGKIT DAN MENGANCAM INDONESIA?

Kekhawatiran banyak orang terkait isu hadirnya kembali PKI tidak bisa diabaikan begitu saja. Disamping juga diperlukan banyak bukti serta data yang dapat menguatkan hal tersebut. Sehingga kekhwatiran tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan kewaspadaan layak ditingkatkan.

Jika menurut Prof. Salim Said dan Nuruzzaman bahwa komunis tidak perlu dikhawatirkan karena sudah bangkrut bahkan tidak laku. Tetapi tetap saja, jika yang dimaksud adalah kebangkitan suatu ideologi, seperti sosialis-komunis, maka tetap saja peluang kebangkitan itu ada. Meskipun seperti kata Prof. Salim bahwa tidak satu negara pun lagi memakai komunisme sebagai ideologiny. Russia misalnya.

Namun bukan berarti komunisme telah mati begitu saja. Sepanjang masih ada manusia yang meyakini dan memakainya, sepanjang itu pula akan terus ada upaya-upaya untuk mengembalikannya. Tentu saja dengan metode yang menurut pengembannya sesuai dengan ide yang dibawa.

Sementara di Indonesia, desas-desus yang diangkat terkait PKI begitu kabur. Jika yang dimaksud adalah partai/perkumpulan yang diakui boleh ikut bertarung dalam panggung politik demokrasi di Indonesia, jelas sudah tidak ada lagi dan terlarang. Tidak ada satu kelompok yang berani menggunakan nama PKI di Indonesia. Jangankan menerima kehadirannya kembali, mendengar namanya saja masyarakat Indonesia pasti marah dan benci.

Peristiwa biadab yang pernah menjadi sejarah kelam Indonesia dari pembantaian sadis PKI telah tersimpan di memori masyarakat. Tidak akan semudah itu untuk dihapus dan dimaafkan. Kebiadaban itu bukan cuma terhadap para Jenderal yang anti PKI, tetapi juga terhadap kaum muslimin dan para ulama. Ideologi PKI yang menganut paham athies tentu saja sangat membenci pemeluk agama yang taat kepada Tuhannya. Bagi komunisme, agama adalah candu dan omong kosong.

Kini, geliat satu ide yang dianggap mirip dengan ide PKI marak diperbincangkan. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa indikasi berikut. Pertama, hubungan rezim Jokowi ini sangat akrab dengan Negara China. Utang luar negeri dan proyek infrastukrtur serta tenaga kerja asing made in China begitu merajelela masuk ke Indonesia. Dan tentu bukan lagi rahasia umum bahwa China adalah negara komunis yang sedang berada dipapan atas menyaingi adidaya Amerika.

Meskipun China dikenal negara komunis, tetapi China bukanlah komunis murni sebagaimana Jerman, dan Uni Soviet dulu. Sebab China sendiri meskipun masih mengakui partai berhaluan komunis di negaranya, tetapi China tengah berselingkuh dengan ide kapitalisme Barat. Faktanya, China tidak kalah mahir dengan Amerika dan Eropa dalam menjalankan kapitalisme. Bahkan China selangkah lebihh maju bias menghadapi krisis global.

Kedua, rezim saat ini menunjukkan sikap tidak ramah terhadap kelompok Islam dan ajaran Islam. Pembubaran jamaah dakwah Islam seperti HTI dan kriminalisasi ajaran Islam serta maraknya ulama yang diburu hinggga dibunuh oleh pihak-pihak tidak terdeteksi, menjadi catatan wajah rezim hari ini dinilai publik mirip-mirip perlakuan PKI.

Ketiga, partai pengusung pemerintah pun seperti yang sudah sering diinformasikan, ternyata dikhawatirkan telah ditunggangi oleh anak ketuurunan anggota PKI masa lalu. Ditambah simbol-simbol berbau komunis seperti palu arit yang semakin marak dicetak.

Jika semua itu benar adanya, tentu  tidak berlebihan jika memang harus ada kewaspadaan dan kehati-hatian dari seluruh lapisan masyarakatt. Jangan sampai lengah sehingga terjadi kerusakan yang lebih parah.

Meskipun PKI secara partai tidak akan mulus hidup lagi di Indonesia, namun sebagai pemikiran, setiap ideologi punya pootensi untuk bangkit kembali. Dan apakah akan berbahaya bagi Indonesia? Jelas, semua ideologi yang bertentangan dengan fitrah dan akal manusia pasti mengancam dan menjadi bahaya laten bagi ummat.

 

Isi PKI dan Pengalihan Problem Utama Ummat

Sudah jelas duduk perkaranya, bahwa yang harus diwaspadai dan membahayakan dari PKI saat ini bukanlah partainya, melainkan idenya.  Semua tentu sepakat bahwa PKI secara partai telah mati dan selsesai, tetapi tidak dengan pemikirannya yang tentu akan terus diperjuangankan oleh para pengembannya.

Hanya saja, apa yang disebutkan oleh Nuruzaman terkait pemanfaatan isu kebangkitan PKI dibesarkan oleh pihak tertentu untuk menjatuhkan rezim Jokowi, tidak sepenuhnya salah. Karena bisa jadi ada piihak-pihak tertentu yang sengaja mengangkat ke permukaan untuk kepentingan pribadi maupun kelompoknya. Adanya fakta dan bukti yang tidak terbantahkan dari kemesraaan pemerintahan Jokowi dengan China, dijadikan dalil bahwa PKI kini mulai menghantui  Indonesia.

 

Memunculkan isu kebangkitan PKI akan membuat masyarakat terlena dengan hal itu. keuntungan yang diperloleh adalah simpati khalayak. Bukankah nantinya akan semakin mudah membuka jalan menuju kompetisi kekuasaan?

Disisi lain, pemerintah tidak peduli dan terus mengerjakan tugasnya sebagai penguasa yang tidak lepas dari perintah Tuan-Tuan kapitalis. Ummat disuguhkan isu kebangkita PKI di Indonesia, sementara Tuan-Tuan Kapitalis tetap diservis. Terbukti, RUU Omnibus law telah disahkan ditengah malam buta. Bukankah itu demi kepentingan korporat kapitalis?

Negara-negara korporat seperti China dan Amerika juga Eropa terus berebut simpati penguasa negeri ini agar tetap dilirik dan diajak berinvestasi. Banyak proyek infrastruktur yang diambil, namun kualitasnya abal-abal. Banyak pulau tergadai, luput dari pengetahuan rakyat.  Kemiskinan meningkat tak kunjung diperhatikan. Saat pendidikan semakin tidak jelas arah, rakyat hanya mampu ikut saja. Bahkan saat menangani pandemi, pun harus mengikuti keinginan Tuan Kapitalis. Mulai dari pengadaan alat-alat kesehatan, masker, hingga vaksin yang akan datang.

Kerusakan pemerintahan saat ini juga diperparah dengan mempersulit kaum muslimin melaksanakana ajaran Islam di negeri ini bukan karena mereka tidak beragama/atheis. Tetapi karena mereka merasa terganggu dengan nasehat-nasehat yang menunjuk hidung mereka. Bagi pengemban kapitalisme sekuler, hidup adalah meraih materi dan keuntungan sebesar-besarnya.   Dan tidak menutup kemungkinan, pengemban kapitalisme berpeluang besar menjadi atheis karena semakin jauh dari Tuhan.

Oleh karena itu, masalah terbesar negeri ini dan ummat adalah karena menerapkan ideologi asing selain Islam. Kalaupun harus dipaksakan ada kebangkitan komunisme, maka keduanya sama-sama berbahaya. Hanya saat ini, fakta dan bukti yang ada, bahwa Indonesia dicengkram ideologi kapitalisme yang membuat negeri ini tergadai kepada Negara asing. Tekanan demi tekanan atas perintah Tuan Kapitalis, dan juga agenda global terus digencarkan demi menghalangi kebangkita satu ideologi baru yang akan jadi alternative bagi dunia, yakni Islam.

Amerika sebagai pengemban kapitalisme saat ini paham betul bahwa komunisme telah dibenci dan kecil peluangnya untuk dipakai lagi oleh manusia. Meskpiun, Amerika sendiri tetap waspada terhadap pengemban sosislis-komunis. Namuan kapitalisme , baik Amerika, dan Eropa memahamai bahwa Islam adalah problem utama yang menjadi fokus pantauan.

Sebagaimana kaum muslimin di Indonesia dan dunia, bahwa problem utama sebenarnya adalah karena telah mencampakkan Islam sebagai ideologi dan menerima ideologi lain seperti sekulerisme menjadi pengatur kehidupan. Jadi, jangan sampai kita teralihkan dengan menanggapi bahwa komunisme warus diwaspadai, sementara kapitalisme yang terus mencengkram dianggap biasa-biasa saja. Karena baik komunisme maupun kapitalisme adalah ancaman bagi Indonesia.

Walhasil, cobaan demi cobaan, teguran demi teguran datang bertubi-tubi dari Allah seakan tak kunjung habis untuk negeri ini. Kewajiban agung dari Sang Maha Pengatur untuk menjadikan Islam sebagai pandangan hidup belum ditunaikan, dan hal itu akan menjadi utang bagi negeri ini yang harus segera ditunaikan. Setelah itu, Allah swt telah berjanji akan menurunkan berkah dari langit dan bumi. Siapakah mampu tidak menyalahi janji selain Allah swt? Wallahu a’lam bissawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *