Oleh : Ummu Asma (Ibu Rumah Tangga)
Corona, sudah satu tahun lebih virus ini menjangkit di negeri kita. Pandemi Covid-19 belum usai, bahkan hingga kini kasus terus bertambah khususnya di kota Bandung. Respon masyarakat pun beragam, ada yang sigap untuk mencegah hingga apatis enggan menanggapinya.
Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana mengkhawatirkan Kota Bandung kolaps akibat lonjakan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Bandung yang terjadi setiap hari. Yana mengatakan berdasarkan data hari ini dari bed occupancy ratio atau BOR sudah menembus di angka 79,9 persen. (jabar.tribunnews.com, 6/6)
Sebetulnya kekhawatiran akan dampak Covid-19 ini bukan hanya dirasakan oleh wakil Wali Kota Bandung. Tapi setiap lini pun mengkhawatirkan dampak tersebut, mulai dari kesiapan tenaga medis hingga lapisan bawah masyarakat karena keterpurukan ekonomi. Dari segi kesehatan, ketika kita melihat fakta angka keterisian tempat tidur untuk pasien Covid-19 di Rumah Sakit ini begitu tinggi, mau tidak mau pihak pelayanan kesehatan harus meningkatkan fasilitas dan pelayanan medisnya. Mental dan fisik dari petugas medis pun harus diperhatikan. Petugas medis juga manusia biasa yang bisa mengalami kelelahan. Ketika mereka ditekan untuk memberikan pelayanan prima pada setiap pasien yang dirawatnya, di sisi lain jumlah pasien yang terus meningkat tidak menutup kemungkinan menjadikan petugas kesehatan kelelahan.
Seperti dilansir pada kompas.id (19/6), Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih mengemukakan, mayoritas keterisian tempat tidur darurat untuk Covid-19 di daerah dengan lonjakan kasus tinggi seperti Kudus (Jawa Tengah), Bangkalan (Jawa Timur), dan Bandung Raya (Jawa Barat) sudah terisi hingga 80 persen. Kondisi ini akan meningkatkan beban tenaga kesehatan hingga menyebabkan mereka kelelahan.
Dari sinilah kekhawatiran ini muncul, di saat tenaga kesehatan kelelahan lalu imunitas menurun menyebabkan mereka rentan dan mudah untuk terinfeksi virus. Jika tim yang berada di garda terdepan dalam menangani Covid-19 ini terpapar virus, lalu siapa yang akan merawat dan melayani pasien corona yang lain?
Saat angka kesakitan karena pandemi ini terus meningkat, yang disoroti oleh pemerintah sebagai penyebab meningkatnya kasus Covid-19 adalah karena masyarakat tetap melakukan mudik pada saat libur panjang di bulan yang lalu. Jika diperhatikan kembali terdapat kebijakan pemerintah yang tidak konsisten mengenai pembatasan aktivitas di masyarakat. Di satu sisi pemerintah memberlakukan aturan dilarang mudik kepada masyarakat, di sisi lain pemerintah juga tetap membuka tempat pariwisata di waktu yang bersamaan. Padahal ketika pemerintah tetap membuka tempat pariwisata, hal ini lebih berpeluang dalam penyebaran virus. Dimana para pengunjung tidak begitu memperhatikan protokol kesehatan dan banyaknya kerumunan. Ketika angka kasus ini berada di tingkat krisis, barulah pemerintah menutup pariwisata. Padahal mencegah lebih baik daripada mengobati. Seandainya dari awal pemerintah bisa tegas dan konsisten dalam mengambil kebijakan untuk menangani wabah ini, angka kasus Covid-19 tidak akan sampai pada taraf krisis.
Oleh karena itu, peran pemerintah dalam hal ini begitu penting. Tanggung jawabnya tidak berhenti dengan menambah fasilitas kesehatan atau menambah relawan kesehatan saja, atau membatasi aktivitas di masyarakat umum. Tapi lebih dari itu, pemerintah harus bisa menjaga kesejahteraan tenaga medis dan tim lainnya, rakyatnya yang terdampak oleh kebijakan PSBB, dan belum lagi harus ada pendekatan dan penjelasan kepada masyarakat yang memang sudah mulai apatis menghadapi wabah corona ini. Agar antara masyarakat, tenaga medis, dan pemerintah bisa saling bekerja sama serta saling percaya dalam menangani wabah Covid-19.
Dalam pemerintahan yang menerapkan aturan Islam, baik tenaga medis maupun masyarakat umum dijamin kesejahteraannya, diperhatikan kebutuhannya, dan diperhatikan kesehatannya. Kebijakan yang dikeluarkan pun senantiasa tidak merugikan rakyatnya. Sehingga memunculkan rasa kepercayaan antara masyarakat dan pemerintahan. Karena sejatinya, keberkahan suatu negeri bisa dirasakan ketika pemerintah begitu peduli terhadap permasalahan umat, dan umat patuh terhadap perintah pemimpinnya. Di antara mereka saling mendo’akan kebaikan bukan sebaliknya. Karena mereka sama-sama paham, bahwa mereka bekerja sama dalam membangun negeri ini dalam rangka ketaatan kepada Allah. Pemerintah yakin bahwa setiap kebijakan yang dikeluarkan akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Begitupun dengan masyarakat, mereka yakin kebijakan yang dikeluarkan oleh pemimpinnya itu jika sesuai aturan Islam, maka mereka akan mematuhi kebijakan tersebut. Dengan izin Allah subhanahu wa ta’ala, negeri itu akan dipenuhi keberkahan dan kesejahteraan. Wallahu’alam bishshawab.