Demi Moderasi Fitnah Sana-sini

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Aulia Rahmah (Kelompok Penulis Ideologis)

 

Tindakan kekerasan dan terorisme kembali terjadi. Kali ini dilakukan oleh (terduga) seorang perempuan muda dengan meninggalkan surat wasiat kepada keluarganya agar meninggalkam riba, tidak mengikuti pemilu, dsb (Detik.com 1/4). Aksi ini menjadi pembenar atas tindakan para aparat yang melakukan penggeledahan dan penangkapan muslim di berbagai tempat.

Aksi ini juga dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk menyudutkan Umat Islam dan ajarannya. Mereka memandang negatif muslimah yang taat, memaknai jihad sebagai aksi jahat untuk membunuh diri dan orang lain. Tak ketinggalan kaum feminisme, mereka semakin gencar menstigmatisasi ajaran Islam sekaligus mendesakkan program moderasi beragama dengan menawarkan kepada negara untuk melakukan interpretasi-interpretasi keagamaan (Islam).

Dalam Islam aksi membunuh diri dan orang lain jelas terlarang, sebagaimana Firman Allah di dalam Alquran surat Annisa’ ayat 29 dan 93 yang artinya:
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu” (Qs.4: 29)
“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah jahannam. Ia kekal di dalamnya, dan Allah mengutuknya serta menyediakan adzab yang besar baginya” (Qs.4: 93).

Interpretasi keagamaan (Islam) adalah hak para ulama, bukan yang lainnya. Negara Demokrasi Sekuler jelas tidak akan mau menginterpretasikan ajaran Islam menuju tertunaikannya kewajiban Umat untuk berislam kaffah. Nyatanya negara Demokrasi Sekuler gagal membasmi jaringan terorisme sehingga “fitnah” terhadap muslim dan ajaran Islam terus berulang.

Umat haruslah tetap kritis terhadap setiap hal yang dapat mengalihkan dari pemahaman yang benar tentang Syariat, apalagi kaum muslimah. Kita harus menyadari pentingnya posisi kita dalam mananamkan kepribadian Islam dan mendidik keluarga. Kita harus tetap fokus untuk berikhtiar memperjuangkan Syari’at Islam Kaffah agar tidak ada celah menstigma muslim dan ajaran Islam. Wallahu a’lam bi ash-showab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *