Demi Eksistensi Diri, Nyawa tak Kembali

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Demi Eksistensi Diri, Nyawa tak Kembali

Isturia

(Kontributor Suara Inqilabi)

 

Setiap yang bernyawa pasti mati. Kematian yang diharapkan bukanlah yang sia-sia. Apalagi meninggal demi sebuah konten. Baru-baru ini wanita inisial W (21 tahun) asal Bogor ingin membuat konten candaan bunuh diri didepan teman-temannya via video call tapi ternyata gantung diri sungguhan karena kursi yang dibuat pijakan terpeleset. Menyedihkan sekali demi eksistensi diri ternyata nyawa tak kembali. (CNN indonesia, 3/3/2023)

Sihir Media Sosial

Manusiawi sekali orang itu senang bisa terkenal dan ternama. Saat ini tidak perlu susah payah untuk terkenal dan ternama. Cukup buat konten yang aneh, kemudian viral dan jadilah terkenal. Tak peduli lagi model kontennya seperti apa.

Dalam aturan kehidupan yang serba kapitalistik, manusia hanya berpikir keuntungan materi semata. Termasuk dalam membuat konten, mereka tidak peduli norma dan etika, apalagi standar halal haram bagi seorang muslim. Hanya menomor satukan materi atau uang. Aibpun diumbar kemana-mana seperti aktivitas seksual, mereka rela mengemis online, pamer harta demi sebuah pengakuan, setor nyawa dan sebagainya. Tidak ada rasa malu karena semua demi materi.

Mereka yang haus pujian dan keberadaan diri, rela mengeluarkan uang dengan tujuan menunjukkan gaya hidup mewah agar dipandang sebagai orang kaya. Kondisi ini disebut flexing, yaitu kebiasaan orang menunjukkan apa yang dimilikinya di media sosial demi memperoleh pengakuan orang lain. Tujuannya untuk menarik lawan jenis atau tekanan dan persaingan sosial karena tuntutan gaya hidup dari lingkungan sekitar.

Merendahkan Taraf Berfikir

Tidak ada asap jika tak ada api. Banyak konten sampah yang beredar di media sosial bukan tanpa sebab. Hal ini dikomersialkan untuk menjadi cuan. Alam sekuler kapitalis mendidik manusia agar hidup sesuai keinginannya. Akidah sekulerisme telah mempengaruhi taraf berfikir manusia. Ketundukan bukan kepada pencipta tapi hawa nafsu atas nama kebebasan.

Ideologi kapitalisme telah memalingkan tujuan hidup manusia yang awalnya beribadah dan patuh kepada aturan Allah Swt menjadi serba materialistik. Tujuan hidup ini hanya mencari kebahagiaan materi sebanyak-banyaknya tak peduli bagaimana aturan agama. Tidak perlu standar halal haram. Generasi muda saat ini terkontaminasi pemikiran sekuler kapitalis. Hidup hanya bersenang-senang saja dan mencari kebahagiaan ala manusia sebagai dampak dari liberalisme dan hedonisme.

Generasi muda adalah generasi penerus bangsa. Kondisi pemuda saat ini akan berpengaruh terhadap bangsa ini kedepannya. Pemikiran mereka harus bersih dari pemikiran selain Islam. Produktivitas mereka harus berisi kebaikan dan kemanfaatan. Jiwa-jiwa mereka difokuskan untuk membangun peradaban mulia sehingga tidak boleh melenceng dari tujuan diciptakannya manusia. Oleh karena itu, negara tidak boleh mengabaikan mereka.

Peran Penting Negara

Negara harus bisa mengurus generasi muda dengan baik. Menjauhkan bahkan membentengi mereka dari kehidupan sekuler liberal. Tidak boleh membajak potensi mereka hanya demi pemberdayaan ekonomi yang semu. Bagaimana pandangan Islam tentang peran strategis negara?

Islam adalah agama sempurna dari pencipta manusia. Islam menjaga dan mendidik generasi muda sebagai aset peradaban. Membina mereka menjadi generasi Rabbani. Beginilah Islam mendidik generasi.

Pertama, memberlakukan sistem pendidikan Islam. Outputnya anak-anak yang berkepribadian Islam. Ditopang pendidikan keluarga yang menanamkan akidah Islam sejak kecil. Dengan begitu tertancap dalam diri mereka tujuan hidup mereka hanya beribadah dan tunduk pada aturan Allah Swt.

Kedua, memfasilitasi penunjang belajar yang mumpuni agar generasi muda bisa mengembangkan diri diberbagai disiplin ilmu. Islam banyak melahirkan tokoh berilmu. Mereka mumpuni ilmu dunia juga ilmu akhirat.

Ketiga, menyeleksi setiap tayangan dan konten yang merusak pemikiran Islam. Dengan perkembangan teknologi, pemuda bisa membuat konten yang mendidik, mengajak pada kebaikan dan meninggal keburukan, bahkan membuat aplikasi yang memudahkan masyarakat memahami dan mengenal Islam.

Keempat, menguatkan potensi remaja yang fisiknya kuat dan energik untuk menjadi mujahid yang siap berjihad di jalan Allah Swt.

Semua tahapan ini dapat terwujud jika negara menerapkan Islam secara menyeluruh.

Generasi muda adalah generasi penerus bangsa, generasi pemimpin masa depan. Gererasi terbaik yang disiapkan untuk kebangkitan Islam. Kuatkan akidahnya, tanamkan tsaqofah Islam, berdayakan untuk memperjuangkan dan membela Islam.

 

Wallahu’alam bishshawaab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *