Corona : Antara Qadha dan Hisab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Ternyata Indonesia tidak kebal Covid-19. Atau sebenarnya Covid-19 telah lama sampai di negeri ini tetapi karena pertimbangan tertentu rakyat tidak perlu tahu demi keberlangsungan devisa negara.

Sejak Presiden mengumumkan ada 2 WNI positif Covid-19 sampai hari ini orang dalam pemantauan dan pengawasan semakin bertambah dan meluas. Liputan6.com merilis 69 positif terjangkit Covid-19, 3 diantaranya meninggal dunia (13/3/2020)

Rakyat panik, diawali dengan memborong sembako, memborong semua kebutuhan pokok seakan-akan negeri ini esok akan di lock down. Informasi tentang Covid 19 makin liar dan pemerintah berusaha mengendalikan meski tak berpengaruh banyak, rakyat tetap saja panik!

Hari ini beberapa kebijakan justru makin memancing kepanikan. Keramaian dilarang, sekolah dan kantor mulai memilih libur sementara, yang paling menyedihkan majelis taklim juga mulai galau, apakah harus juga meliburkan diri. Ada apa sebenarnya ini?

Sikap Muslim Menerima Qadha

Terjadinya Covid-19 adalah Qadha Alloh. Didalam islam terdapat rules bagaimana menyikapi Qadha. Seorang muslim memahami bahwa sebagai manusia tidak akan mampu menolak qadha sehingga pilihan sikap yang diambil adalah ridho terhadap qadha dan berprasangka baik kepada Alloh.

Alloh berfirman,

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

Sungguh Kami akan menguji kalian dengan sedikit rasa takut dan kelaparan. Juga dengan berkurangnya harta, jiwa dan buah-buahan. Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar (QS al-Baqarah 155).

Selain ridho, ini sikap lain yang harus dimiliki seorang muslim ketika menerima qadha berupa ujian maupun musibah.

1. Sabar pada pukulan pertama. Ketika menghadapi ujian atau musibah.
Dari ‘Aisyah ra, ia berkata; aku bertanya kepada Rasulullah Saw tentang penyakit tha’ûn. Kemudian Rasulullah Saw.
memberitahukan kepadanya:

“Sesungguhnya tha’ûn itu adalah siksa yang dikirim Allah kepada orang yang dikehendaki-Nya. Kemudian Allah menjadikannya rahmat bagi orang-orang yang beriman. Maka tidaklah seorang hamba yang tinggal di negerinya yang tengah terjangkit tha’ûn, lalu ia bersabar dan mengharap ridha Allah; ia meyakini bahwa tidak akan ada yang menimpanya kecuali perkara yang telah ditetapkan Alloh, kecuali ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang syahid (HR. Al Bukhari)

2. Tidak menyerah pada takdir, berusaha maksimal melepaskan dari ujian dengan tidak melanggar hukum syara. Rasulullah Saw bersabda,

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَعْجِزْ، فَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا؛ وَلَكِنْ قُلْ: قَدَّرَ اللهُ وَمَا شَاءَ فَعَلَ.
“Bersemangatlah kamu menempuh apa yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah sekali-kali kamu malas. Jika sesuatu menimpamu, janganlah kamu katakan “Seandainya dahulu aku lakukan ini dan itu niscaya akan demikian dan demikian”. Namun katakanlah,”Inilah takdir Allah, apa yang Ia kehendaki pasti terjadi”.

3. Bertawakkal. Berserah diri (tawakkal ) adalah syarat keimanan. Alloh berfirman,

وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Dan hanya kepada Allah-lah kalian bertawakal, jika kalian benar-benar orang yang beriman” (QS. Al-Maidah : 23).

Sesungguhnya tidak ada pertolongan selain pertolongan Alloh. Bertawakkal hanya kepada Alloh bukan sebaiknya. Alloh berfirman,

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka Dialah Yang Mencukupinya” (QS. Ath-Thalaq: 3).

Bertawakkal seperti sabda Rasulullah Saw,

“Dari Umar Ibn Khattab berkata, bahwa beliau mendengar Rasulullah saw., bersabda. “Sekiranya kalian benar-benar bertawakkal kepada Allah SWT, dengan tawakkal yang sebenar-benarnya, sungguh kalian akan diberi rizki (oleh Allah swt) sebagaimana seekor burung diberi rizki, dimana ia pergi pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang”. (H.R. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah).

4. Berpikir positif. Berfikir positif adalah sikap jiwa yang menjauhi prasangka-prasangka tidak baik (negatif) baik kepada sesama maupun ketetapan (qadha) Alloh. Berfikir positif akan memunculkan keadaan lapang, tenang dan jernih dalam menghadapi ujian/masalah. Berfikir dan bersikap positif akan mempengaruhi kerja dan fungsi organ tubuh untuk lebih sehat.
Alloh berfirman,

Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Allah berfirman: Aku berada pada prasangka hamba-Ku terhadap-Ku dan Aku bersamanya bila ia menyeru-Ku.”

Manusia Dihisab Atas Amal Perbuatannya

Kehidupan manusia tidak berhenti pada hilangnya nyawa (mati) tetapi di alam akhirat manusia akan dihisab. Alloh berfirman,
“Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka, Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS. Az-Zalzalah: 6-8).
Dalil yang lain,
“Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu (Qs. Al Hijr 92-93).

Ketika corona hadir sebagai qadha Alloh, maka ikhtiar manusia untuk menghadapinya semestinya tidak menyimpang dari aturan-aturan Alloh. Karena manusia kelak akan dihisab sesuai dengan amal perbuatannya.

Wallahualam bisshowab
Vie Dihardjo ( influencer mom, pegiat Komunitas Ibu Hebat).

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *