Cinta Bukan Sekedar Kata

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Sherly Agustina M.Ag

 

Tak terasa sudah berada di bulan Rabi’ul Awal (sebagian umat Islam menyebutnya dengan kata Mulud), di bulan ini sebagian besar umat merayakan maulid Nabi Saw. Sebagai wujud kecintaan kepada junjungan umat Islam, sang kekasih Allah.

Jika ditanya, apakah kita sangat mencintai Nabi Muhammad Saw? Jawabannya pasti iya. Ketika ditanya kembali, apa wujud kita mencintai Nabi Muhammad Saw? Mungkin ada yang menjawab diantaranya dengan merayakan Maulidnya, bersholawat kepadanya, mengetahui sejarah, silsilah dan seluruh keluarga serta keturunannya, meneladani Rasulullah Saw dalam berdakwah dan berjuang untuk _izzul Islam wal Muslim_, dan sebagainya.

Sebagai wujud cinta mestinya cinta ini bukan hanya sekedar kata. Ada bukti yang terlihat bahwa kita benar-benar sangat mencintai Nabi Muhammad Saw.

Rasulullah Saw bersabda:

“Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sampai aku lebih dia cintai daripada anaknya, orangtuanya dan seluruh manusia”. (HR al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Ibnu Majah, an-Nasai, al-Baihaqi, al-Hakim, Ibnu Hibban).

Seandainya Rasulullah Saw ada di sini, ingin rasanya mengadu tentang semua hal yang terjadi di zaman ini. Zaman now orang menyebutnya, yang sesungguhnya adalah akhir zaman. Duhai kekasih Allah, banyak sekali yang kami alami. Namun bukan mengecilkan apa yang sudah Rasulullah Saw dan para sahabat alami di masa dulu dalam berdakwah. Kami sadar bahwa pengorbanan kami tak seberapa. Namun hidup di zaman fitnah ini sungguh sangat berat dan luar biasa.

Kemaksiatan merajalela dimana-mana. Seakan menjadi hal biasa. Pernikahan sejenis, laki-laki, perempuan-perempuan. Yang laki-laki jika ingin punya anak menyewa rahim wanita yang mungkin tidak dikenal. Lalu sel telur dari wanita tersebut. Bagaimana nasabnya?
Pernikahan kakak dengan adik kandung, incest. Anak menggagahi ibunya, dan sebagainya.

Free sex, pornografi merajalela. Riba dimana-mana. Pembunuhan, pencurian sudah hal biasa. Syirik dianggap ciri khas negeri ini, padahal kemaksiatan yang besar. Hutang negara begitu besar dengan ribanya. Jeratan musuh Islam begitu kuat dan leluasa mencengkeram.

Pemerintah semakin dzalim dengan kebijakan-kebijakan barunya. Mempermasalahkan celana cingkrang dan cadar sementara biasa saja melihat fenomena incest, free sex dan pornografi.

Mempermasalahkan para ulama dalam menyampaikan ceramah, dengan dalih jangan menyampaikan hadis sensitif. Padahal hadis jelas merupakan sumber hukum Islam kedua. Mengkriminalisasi ulama, ajaran Islam dan orang-orang yang menginginkan aturan Allah diterapkan di muka bumi dengan sebutan radikalisme. Fitnah-fitnah yang kejam.

Sementara kesejahteraan yang harusnya jadi prioritas pemerintah seperti diabaikan. Alih-alih rakyat mendapatkannya dengan mudah, BPJS naik 100%. Listrik dan yang lain kemungkinan naik juga. Rakyat semakin terjepit padahal saat pemilu kemarin mereka para pejabat berjanji akan mensejahterakan rakyat, dan lain lain. Nyatanya janji tinggallah janji. Tak ada bukti dan lagi-lagi rakyat gigit jari.

Duhai kekasih Allah, ketiadaan Khalifah membuat kami seperti anak kehilangan induknya. Pada siapa kami harus mengadukan semua ini?

Seandainya engkau ada di sini kami ingin mengadukan semua ini padamu. Betapa sulitnya untuk taat pada saat ini. Sementara untuk maksiat sangat dimudahkan.

Kami rindu padamu wahai Rasul. Kami rindu pada syariat kekasihmu. Kami rindu suasana yang penuh keimanan dan ketaqwaan, semata-mata untuk taat padamu dan kekasihmu.

Cinta bukan hanya sekedar kata ialah cinta pada Rasulullah Saw juga cinta pada syariahNya. Karena Allah adalah kekasih Rasul.

Maka berjuang untuk mewujudkan syariahNya adalah bagian dari cinta pada Rasulullah Saw. Semoga kami dicatat sebagai umat yang benar-benar mencintaimu, bukan hanya sekedar kata tapi ada bukti nyata dengan memperjuangkan syariahNya. Allahu A’lam bi ash-Shawab.[]

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *