Bunuh Diri Bukan Solusi

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh:Femilakareni

Dunia remaja tak ada hentinya dari pemberitaan, mulai yang berprestasi sampai yang membuat orang tua tak bisa tertahan malu nya dengan kelakuan anaknya . Di tengah pandemi seperti ini masih saja aktifitas remaja seperti pacaran, banyak kita jumpai di tengah keramaian. Dia beranggapan bahwa tak akan tertular virus covid 19 yang semakin hari jumlah korban yang terkonfirmasi positif kian meningkat . Aktifitas yang perlu di fikirkan ulang oleh remaja yang ingin selamat Dunia dan Akhirat .

Sebagaimana yang di beritakan RadarSurabaya pada 06 juni 2020, telah di temukan jasad seorang remaja perempuan berinisial UN/18, warga Jalan Akim Kayat Kelurahan Sukorame Kecamatan Gresik. Salah satu siswi SMK tersebut di temukan jasadnya di lantai 2 Rumahnya pada hari jumat pukul 16:30 wib karena masalah Asmara , pada saat bersamaan di temukan sebungkus minuman dan handphone yang tergelak dekat dengan jasad .

Kapolsek Gresik Inggit Prasetyanto menuturkan bahwa korban nekat gantung diri di atas ventilasi pintu kamarnya ” Kami menduga sudah satu jam tergantung, sebelum di temukan bapaknya yang bekerja sebagai tukang bakso keliling, dan ibunya sudah lama meninggal”.

Astagfirullahaladzim, permasalahan putus Asmara yang membuat nya gelap mata. Hingga mengakhiri hidupnya menjadi pilihan atau jalan terakhir menghadapi masalah putus Asmara.

Perjalanan yang masih panjang, sangat di sayangkan ia harus mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri, sungguh tragis dan miris. Ini adalah hasil pemikiran sempit dari produk Pendidikan sekulerisme, yaitu memisahkan Agama dengan kehidupan sehari-hari. Tak sedikit remaja yang sudah memisahkan diri dari Agama/aturan dari Allah SWT. Maka tak heran bila banyak permasalahan remaja yang sudah melampui batas norma Agama. Karena pendidikan turut andil dalam mempengaruhi pemikiran dan aktifitas sehari-harinya. Dimana remaja saat ini mudah stres karena banyak tekanan di sekolah maupun di rumah, yang membuat fikiran mereka mudah capek dan stress hingga acuh terhadap nasihat guru dan orang Tua.
Apalagi di masa pandemi seperti ini segala aktifitas remaja banyak berhubungan dengan handphone.

Utamanya Sekolah dilakukan secara online. Hingga orang tua pun tak luput dari mengambil peran dalam pembelajaran secara online, tak sedikit orang tua yang mengeluh merasa kesulitan saat pembelajaran secara online, terutama bagi mereka yang gagap dengan teknologi. Selain itu mata pelajaran yang semakin sulit membuat orang tua pun di tuntun untuk belajar mendampingi buah hatinya. Dari sini terbongkarlah bagaimana dan apa yang di ajarkan sekolah selama ini.

Pendidikan Sekuler hari ini sudah merasuk kedalam diri siswa mulai dari tingkat yang paling bawah hingga mahasiswa. Dimana mereka masih belum bisa memahami apa dampak yang akan mereka terima di dunia dan akhirat. Akhirnya mereka melakukan sesuatu semaunya sendiri tanpa memikirkan apakah hal ini di larang atau tidak dalam Aturan Agama (syariat).

Hingga keberadaan Iman kepada Allah kian hari kian terkikis bahkan hilang rasa takut (khauf)nya kepada Sang Khalik. Ditambah lagi semakin banyak informasi yang mudah di akses dan banyak nya konten-konten yang tak mendidik mewarnai pemikiran mereka yang awalnya memang Handphone untuk keperluan belajar, tetapi malah dimanfaatkan melihat konten sampah di youtube, main game sampai mereka lupa untuk belajar, makan, dan beribadah kepada Allah pun mereka lalaikan sehingga mereka kecanduan dengan gadget. Satu jam tak pegang handphone bisa marah marah hingga stres, begitu lah potret buruknya sistem pendidikan di era sekulerisme kapitalis yang hanya menghasilkan para pemuda yang cinta dengan dunia tapi lalai dengan Akhiratnya.

Berbeda dengan pendidikan Islam yang memprioritaskan Akhirat sebagai tujuannya dan dunia sebagai ladang untuk berbekal, dengan menanamkan Aqidah mulai pendidikan dasar akan membuat kokoh keimanannya kepada Allah SWT. Bahwa ia berkeyakinan di dunia ini untuk beribadah kepada Allah SWT semata, bahwa setiap apapun yang di kerjakan baik atau buruk pasti akan di pertanggung jawabkan saat pandemi atau tidak, saat sendiri atau dengan manusia lainnya, saat sembunyi-sembunyi pun tak akan luput dari pengawasanNYA. Maka dari situ lah terbentuk Nafsiyah Islamiyah ( kepribadian islam) yang akan menjadi peradaban yang mulia. Semua itu bisa terwujud bila sistem pendidikan hari ini sekuler menjadi pendidikan Islam yang membawa rahmat bagi seluruh Alam. Allah SWT berfirman:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَا تَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَا لْاَ رْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَ خَذْنٰهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf 7: Ayat 96)

Pendidikan dengan Sistem Islam hanya bisa terlaksana dalam bingkai Negara Khilafah. Dimana pendidikan berbasis islam sangat di terapkan sebaik baiknya. Fasilitas yang sangat memadai, hingga biaya pendidikan pun akan di gratiskan bagi seluruh lapisan masyarakat dalam daulah islamiyah . Begitu lah potret pendidikan dalam sistem Islam yang mencetak generasi gemilang. Mari kita wujudkan pendidikan Islam dalam daulah khilafah Islamiyah.
AllahuA’lam bissawab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *