Bullying, Potret Buruk Sistem Pendidikan

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Bullying, Potret Buruk Sistem Pendidikan

 

Oleh Nelliya Azzahra (Penulis Novel)

 

Bullying adalah tindakan mengintimidasi dan memaksa seorang individu atau kelompok yang lebih lemah untuk melakukan sesuatu di luar kehendak mereka, dengan maksud untuk membahayakan fisik, mental atau emosional  melalui pelecehan dan penyerangan.

Tindakan bullying kembali terjadi. Kali ini dilakukan oleh pelajar kepada seorang nenek. Entah apa yang mendorong pelajar ini melakukan perbuatan itu.

Dilansir oleh KumparanNews, total ada 6 pelajar yang diamankan polisi terkait kasus ini. Saat diperiksa polisi, mereka mengaku iseng saat menendang korban.

Para pelajar itu bahkan terlihat tertawa terbahak-bahak usai melakukan perbuatannya. Video itu pun viral di media sosial.

“Jadi untuk sementara ini, [alasan menganiaya] tidak sengaja atau iseng-iseng. Para pelajar ini [mengaku] tidak ada niat untuk melukai dan lain sebagainya,” ujar Kapolres Tapsel, AKBP Imam Zamroni, Minggu (20/11/20210).

Kejadian ini teramat disayangkan mengingat pelajar adalah generasi masa depan. Harusnya sebagai generasi, mereka mampu membentuk pola pikir dan pola sikap yang benar. Dan apa yang dilakukan oleh para pelaku, menggambar buruknya potret sistem pendidikan hari ini yang gagal membentuk akhlak yang baik bagi pelajarnya.

Hal ini juga tidak terlepas dari tontonan yang disuguhkan yang tidak memberikan contoh yang baik.

Semua ini bisa langsung diindera oleh anak-anak dan media-media dapat diakses dengan mudah. Mereka meniru dengan cepat kemudian mempraktikkan langsung melalui bullying. Baik secara langsung maupun melalui media sosial.

Mereka dengan komunitas atau kelompok yang diikuti cenderung mengikuti isu atau tren yang lagi populer di kalangan remaja, baik yang viral di dunia media sosial maupun di lingkungan nyata sosial masyarakat. Sayangnya tindakan ini tidak diimbangi dengan kemampuan remaja dalam mengontrol emosi mereka sendiri. Remaja pada fase ini mengalami perubahan pergerakan emosi dan sosial lingkungannya, merasa selalu ingin terdepan dan tidak mau tersaingi mendominasi perilaku remaja tersebut.

Bukan hanya bullying kepada orang yang lebih tua, bullying dan perudungan antar pelajar pun tidak pernah usai. Bullying memiliki banyak dampak pada korban. Hal itu bisa menjadikan korban depresi sampai menutup diri, bahkan yang paling fatal adalah terjadinya tindakan bunuh diri. Bentuk dari perundungan pun ada beberapa macam, baik secara kontak fisik maupun media sosial.

Menilik akar permasalahan ini, seharusnya kita melihat bagaimana lemahnya sistem saat ini melakukan kontrol terhadap masyarakatnya. Tindakan dan solusi yang diambil tidak memberikan solusi tuntas. Seperti tambal sulam. Tidak melihat problem secara menyeluruh. Sehingga masalah tidak selesai sampai akarnya.

Islam memandang bahwa menjaga generasi bukan hanya tugas orangtua, namun juga perlu adanya peran dari negara dan juga masyarakat. Negara perlu mengambil peran dalam menyeleksi segala macam pengaruh media. Begitu pun dengan masyarakat, mereka juga memiliki tanggung jawab untuk saling menasihati, mengajak kepada kebaikan, dan mencegah tindakan yang buruk.

Orang tua juga ambil peran ketika anak mulai mencari jati dirinya. Membersamai mereka, memberikan pemahaman yang benar bagaimana seharusnya sikap dan akhlak seorang muslim.

Sampaikan bahwa sesama muslim dan sesama manusia haruslah menjaga dan menebar kasih sayang pada semua, bukan justru berbuat zalim sesama manusia. Rasulullah. saw bersabda:

“Muslim adalah orang yang menyelamatkan semua orang muslim dari lisan dan tangannya. Dan Muhajir adalah orang yang meninggalkan segala larangan Allah.” (HR. Bukhari No. 10)

Tentunya, kasus bullying dan perundungan ini akan mampu dituntaskan ketika adanya pengaturan Islam secara sempurna di seluruh aspek kehidupan.

 

Wallahu a’lam bishshawab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *