Oleh: Komariah S.S
Wacana RUU HIP (Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila) direspon negatif oleh banyak pihak.
Banyak kalangan menilai RUU HIP tidak urgen untuk dibahas, terlebih di tengah kondisi penanggulangan pandemi Covid-19 yang menyita tenaga, dana dan air mata dari semua pihak masyarakat dan pemerintah.
Sementara itu kaum muslimin diwakili oleh ormas-ormas Islam menolak RUU HIP dilandasi semangat menyelamatkan agama dan negara ini dari (ide-ide) Komunisme yang termuat dalam RUU HIP (detik.com)
Berbagai aksi penolakan dilakukan kaum muslimin dan ormas Islam di berbagai daerah. Namun seperti biasa, kebanyakan aksi-aksi masa yang dilakukan kaum muslimin tidak ramai liputan media. Nahas memang, terkadang berita yang muncul di beberapa media justru adanya eksploitasi anak-anak di bawah umur yang turut serta pada aksi penolakan RUU HIP oleh kaum muslimin (liputan6.com)
Padahal, aksi tersebut adalah aksi yang sangat prinsipil bahwa kaum muslimin tengah berupaya menyelamatkan aqidahnya kalau-kalau RUU HIP beraroma komunis ini gol di negeri mayoritas muslim ini. Wakil Ketua Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Muhyiddin mengatakan bahwa ketika RUU HIP memeras Pancasila menjadi Trisila, lalu Ekasila yakni gotong royong, secara terselubung ingin melumpuhkan keberadaan Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa yang telah dikukuhkan dengan Pasal 29 Ayat (1) UUD Tahun 1945, serta menyingkirkan peran agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (riaupos.com)
Islam adalah agama yang lurus. Islam memiliki tuntutan yang jelas guna memecahkan seluruh problematika manusia. Dalam pada itu, Islam memiliki acuan agar ide-ide Islam terjaga kemurniannya sehingga terjauhkan dari ide-ide diluar Islam.
Dikala Islam mengajarkan tauhid, beriman kepada sang Pencipta, yakni Allah SWT, maka hal tersebut meniscayakan Islam dari ide tanpa Tuhan ala Komunis. Jika Islam meminta kita mengambil seluruh ajaran Agama Islam secara total (kaffah) sebagai wujud keimanan terhadap sang Pencipta, maka Komunis dengan pongahnya mengatakan agama adalah candu bagi masyarakat yang membuat masyarakat malas dan mundur.
Begitulah, kaum muslimin masih punya rasa itu, bahwa mereka tidak sudi ide diluar agama mereka merangsek ke tengah mereka ditambah pengalaman pahit masa pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) di negeri mayoritas muslim ini yang telah menumpahkan darah para ulama dan syuhada.
Namun perlu kita catat, bahwa bukan hanya Komunisme yang bertentangan dengan Islam dan perlu ditolak. Sekulerisme sebagai ide yang memisahkan peran agama dalam kehidupanpun semestinya mendapat perlakuan yang sama dari umat ini. Meski Sekulerisme mengakui keberadaan agama, tetapi ia telah mengkerdilkan agama (Islam) sebatas untuk mengatur masalah peribadatan saja, seraya menolak agama (Islam) untuk mengatur kehidupan manusia dalam hal ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, kesehatan, dll.
Maka, perlulah kaum muslimin berfikir mendalam dan memahami bahwa tidak hanya Komunisme musuh Islam, tapi juga Sekulerisme-Kapitalisme. Janganlah menolak Komunisme, tapi di sisi lain, kaum muslimin masih tetap bermesraan dengan Sekulerisme-Kapitalisme dengan ogahnya kaum muslimin menerapkan aturan Islam secara kaffah (totalitas) dalam bingkai negara.