Bukan Apresiasi Sehari

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : L. Nur Salamah, S. Pd (Aktivis Muslimah Batam)

 

“… Oh Ibuku… Engkaulah wanita yang kucinta selama hidupku, maafkan anakmu, bila ada salah, pengorbanannya tanpa balas jasa… ”

Lirik lagu di atas begitu menyentuh hati dan sangat cocok sebagai kado terindah yang dipersembahkan untuk wanita hebat dan mulia pada saat peringatan hari ibu tanggal 22 Desember.

Hampir di semua beranda media sosial, mulai dari facebook, tweeter, instagram penuh dengan ungkapan cinta dan penghargaan yang ditujukan untuk Bunda tercinta. Ada yang mengungkapkan lewat puisi, lagu, quote  dan berbagai kata mutiara bahkan mengunggah foto bersama, sebagai ungkapan perasaan dihari istimewa tersebut.

Hampir semua kalangan, mulai dari kalangan pejabat, akademisi, selebritis hingga masyarakat umum, mereka serta merta ikut merayakan moment spesial tersebut.

Bukan hanya di Indonesia, peringatan hari ibu diselenggarakan disejumlah negara di dunia,  seperti yang dilansir dari laman KOMPAS.com (22/12/2020). Peringatan Hari Ibu tidak hanya ada di Indonesia. Dunia dan sejumlah negara juga melakukan peringatan Hari Ibu, seperti Polandia, India, Malawi, Qatar, dan Thailand.

Betapa tidak, sebagai seorang ibu dengan segudang amanah, mengurus rumah tangga, yang seakan tak pernah usai dari bangun tidur hingga tidur lagi, kemudian mendidik anak-anak dengan berbagai keunikan sungguh suatu karir yang sangat luar biasa, belum lagi melayani segala kebutuhan suami, sungguh pekerjaan yang sangat berat dan cukup melelahkan. Namun seorang ibu menjalaninya dengan penuh kenikmatan.

Sejarah dan Latar Belakang

Pernahkah terbesit dalam hati kita mengapa kok ada istilah Hari Ibu?  Dilihat dari berbagai referensi, peringatan Hari Ibu ini diawali dengan adanya pergerakan perempuan Indonesia, yang menyelenggarakan Kongres Perempuan pertama tepatnya pada tanggal 22 Desember 1928 bertempat di Yogyakarta dengan mengusung tema

“Memperjuangkan hak perempuan dalam rumah tangga, melawan pernikahan dini, melawan poligami dan pendidikan perempuan”.

Jika melihat tema yang diusung, bagi masyarakat awam seolah merupakan program istimewa yang ditujukan kepada kaum perempuan. Namun jika kita perhatikan, dari sejarah tersebut ada sebuah narasi yang ingin dibangun untuk menyerang dan menyudutkan Islam, memonsterisasi ajarannya.

Bagaimana tidak, bicara mengenai pernikahan, dalam Islam, ketika sudah balig, dan mampu baik dari sisi fisik maupun psikis, maka tidak ada masalah baginya. Seperti dijelaskan dalam QS. An-Nur : 32, yang artinya  “Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang diantara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah SWT akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah maha luas (pemberian-Nya), maha mengetahui.”

Juga dalam ayat berikutnya, QS. An-Nur : 33, yang artinya, “Dan orang-orang yang tidak mampu menikah hendaklah menjaga kesucian (dirinya), sampai Allah memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Ny. Dan jika hamba sahaya yang kamu miliki menginginkan perjanjian (kebebasan), hendaklah kamu buat perjanjian kepada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu. Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya perempuanmu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri menginginkan kesucian, Karena kamu hendak mencari keuntungan kehidupan duniawi. Barang siapa memaksa mereka, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (kepada mereka) setelah mereka dipaksa.”

Begitu juga dengan masalah poligami, juga ada petunjuknya dengan jelas, tidak seperti yang digambarkan dalam sinetron atau oleh orang-orang ataupun kelompok yang membenci Islam. Perlu diketahui bahwa poligami di dalam Islam bukanlah wajib, bukan sunnah juga, namun mubah (boleh). Boleh dilakukan boleh tidak, dan kesemuanya ada penjelasannya dalam hukum syara’.

Seperti dijelaskan dalam QS. An-Nisa’ : 3.

Maka dari itu jika dilihat dari latar belakang dicetuskannya Hari Ibu,  maka akan tampak ada upaya untuk memonsterisasi ajaran Islam yang mulia.

Kemudian bagaimana dengan perayaanya, silakan dilakukan boleh-boleh saja, selama itu tidak ada aktivitas maksiat di dalamnya. Namun sangat kurang tepat jika ungkapan cinta dan penghormatan kepada sosok Ibu yang pengorbanannya luar biasa untuk suami dan anak-anaknya mulai mengurus rumah hingga pendidikan merupakan amanah besar yang ada dipundaknya, hanya dihargai sebatas ucapan atau lagu atau puisi atau cuma sekedar memberikan hadiah di hari itu saja.

Bagaimana Islam memandang. Dalam Islam, sosok Ibu ini mendapatkan derajat yang sangat mulia, karena di pundaknyalah amanah besar dipikulnya. Pengorbanannya yang luar biasa, mulai dari mengandung dan melahirkan dengan bersusah payah, mendidik anak-anaknya tanpa mengenal lelah, maka dalam Islam mengatur bagaimana seorang anak harus berbakti kepada orang tuanya terutama Ibu tanpa mengenal batasan waktu. Seperti dijelaskan dalam Kitab Al-Adab Al-Mufrad, sebuah hadits dari Bahz bin Hakim, dari ayahnya dari kakeknya, “Aku bertanya kepada Rasulullah, ‘ Wahai Rasulullah, kepada siapa aku berbakti? Beliau bersabda, ‘Ibumu. ‘Aku bertanya lagi, ‘Lalu? ‘Ibumu, ‘ jawab beliau. Aku bertanya lagi, ‘lalu? ‘ Beliau menjawab, Ibumu.’ Aku bertanya lagi, lalu? ‘ Beliau menjawab, ‘Ayahmu, lalu orang yang dekat, lalu yang dekat.”

Penjelasan kata berbakti (البر) yaitu berbuat baik kepada kerabat yang lebih dekat hubungan keluargaannya, kemudian kepada yang lain.

Adapun kandungan hadits tersebut yaitu :

1). Kewajiban berbakti kepada orang tua Dan haramnya durhaka kepada mereka.

2). Ridho ibu lebih didahulukan dari ridho ayah. Ibu patut diperlakukan dengan baik karena ia telah menjalani berbagai kesulitan ketika hamil, melahirkan dan menyusui.

3). Perintah untuk berbakti kepada sanak saudara sesuai dengan urutan kekerabatan mereka.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ungkapan rasa cinta dan penghormatan setinggi-tingginya untuk orang tua terutama seorang Ibu tidak mengenal waktu. Yaitu setiap saat setiap waktu. Bukan apresiasi yang hanya sehari saja.

Wallahu’alam bishowab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *