Oleh: Ummu Arsyila (Pena Muslimah Cilacap)
Pada tanggal 16 Oktober lalu kota Prancis di kejutkan dengan peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh seorang murid terhadap gurunya. Peristiwa ini bermula ketika seorang guru sejarah dan geografi di sebuah sekolah pinggiran di kota Paris, bernama Samuel Paty (47 tahun) menunjukkan karikatur tokoh panutan umat Islam Nabi Muhammad SAW dalam kelas pada 6 Oktober.
Hal ini tentu mendapat kecaman dari sejumlah wali murid. Namun sang guru mengatakan hal tersebut merupakan bagian dari kebebasan berekspresi.
Sepuluh hari berselang, tepatnya pada tanggal 16 oktober, kejadian buruk menimpa Paty. Seorang remaja kelahiran Rusia bersuku Chechen membunuhnya.
Hal ini membuat publik gempar. Berawal dari peristiwa belajar mengajar berbuntut kejadian tragis pembunuhan. Lalu kemarahan umat Islam menyeruak ke permukaan setelah Presiden Prancis Emanuel Macron mengatakan tak akan menarik karikatur tersebut. Bagi umat muslim potret Nabi adalah hal yang tabu.
Karya karikatur Nabi Muhammad dianggap sebagai bentuk penghinaan dan serangan terhadap umat Islam. Prancis yang beraliran sekuler pun mendapat protes keras dari banyak pihak terutama komunitas muslim dan para pemimpinnya.
Berbagai tagar seperti #Boycottfrance #Boycott_French_products #ProphetMuhammad membanjiri media sosial. Tak hanya di media sosial, isu boikot produk-produk Prancis pun diserukan oleh para pemimpin negara-negara Islam.
Di Kuwait, beberapa jaringan supermarket mulai mengeluarkan semua produk Prancis dari rak sebagai bentuk aksi protes. Di Qatar, Alwajba Dairy Company dan Almeera Consumer Goods Company mengatakan mereka akan memboikot produk Perancis dan akan memberikan alternatif lain.
Kampanye lain juga dilaporkan di Yordania, Palestina hingga Israel. Universitas Qatar juga bergabung dalam kampanye boikot, mengumumkan bahwa mereka memutuskan untuk menunda Pekan Budaya Prancis sebagai protes atas penghinaan anti-Islam.
Di Arab Saudi, seruan untuk memboikot jaringan supermarket Prancis, Carrefour, menjadi tren di media sosial. Sementara merek mewah seperti L’Oréal, Garnier, dan Lancôme menjadi target dalam daftar merek yang harus dihindari di pos media sosial.
Di Indonesia sendiri, lembaga Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan imbauan kepada umat Islam Indonesia untuk memboikot segala produk asal negara Prancis.
Selain aksi boikot, MUI juga meminta Presiden Prancis Emmanuel Macron mencabut ucapannya dan meminta maaf kepada Ummat Islam se-Dunia.
Seruan boikot MUI dilayangkan melalui surat pernyataan Nomor: Kep-1823/DP-MUI/X/2020 tertanggal 30 Oktober 2020.
“MUI menyatakan sikap dan mengimbau kepada Ummat Islam Indonesia dan dunia untuk memboikot semua produk yang berasal dari negara Perancis,” bunyi salah satu pernyataan dalam surat yang ditandatangani Wakil Ketua Umum MUI, Muhyiddin Junaidi dan Sekjen MUI Anwar Abbas itu.
Boikot ini dilakukan setidaknya hingga Macron mencabut perkataannya dan meminta maaf pada umat Islam dunia yang disebut berjumlah 1,9 milyar jiwa di seluruh dunia.
MUI juga mendesak Pemerintah Indonesia untuk menekan dan mengeluarkan peringatan keras kepada Perancis dengan cara menarik sementara Duta Besar Republik Indonesia yang ada di Paris.(kompas.com, 31/10/2020)
Melalui akun media sosialnya twitter Presiden Emanuel Macron membela diri dan mengatakan tak akan menyerah dengan berbagai aksi protes tersebut dalam rangka menegakkan nilai-nilai kebebasan berekspresi yang dianut.
Sebagai negara yang terbuka dengan total pangsa ekspor terhadap PDB mencapai lebih dari 30%, ekspor Prancis ke negara-negara muslim seperti Timur Tengah pasti akan mengalami penurunan.
Namun banyak ekonom menilai dampak ekonomi yang ditimbulkan terbilang kecil dan hanya bersifat jangka pendek saja.
Andrew Kenningham, kepala ekonom Eropa di Capital Economics, mengatakan kepada The National,
“Ada beberapa ekspor persenjataan dan beberapa merek mewah di mana Anda mungkin akan melihat beberapa dampak, tetapi persentase ekspor Prancis yang masuk ke negara-negara itu akan sangat, sangat kecil. Jadi jika Anda berpikir, apa dampaknya pada perekonomian secara keseluruhan, itu tidak akan terlalu besar sama sekali, terutama sekarang, mengingat semua hal lain sedang terjadi”
Direktur Forecast Global di Economist Intelligence Unit, Agathe Demarais, mengatakan boikot itu akan berlangsung singkat jika mengacu pada peristiwa tahun 2015. Saat itu, protes serupa terjadi menyusul pembunuhan 12 orang di majalah satir Charlie Hebdo di Paris atas publikasi kartun yang sama.
“Ini adalah kejadian ulang dari apa yang terjadi pada 2015 ketika ada seruan untuk boikot produk Prancis di beberapa belahan dunia Muslim. Kejadian ini paling berumur pendek dan saya rasa perusahaan Prancis tidak memiliki masalah nyata dalam menjual produk mereka di Timur Tengah pada saat itu,” kata Demarais.
Sementara seruan boikot disebut Kementerian Luar Negeri Prancis tak ada gunanya. Asosiasi Industri Makanan Nasional Prancis (ANIA) mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk menilai konsekuensi ekonomi bagi pasar Timur Tengah yang mewakili 3% dari semua ekspor.
Kasus pelecehan terhadap umat muslim juga sempat terjadi tahun 2006 silam. Buntut karikatur Nabi Muhammad yang dilansir koran Denmark membuat marah kaum muslim di Arab Saudi.
Boikot terhadap produk-produk Denmark terus dikampanyekan. Di banyak supermarket dipasang spanduk penolakan terhadap produk-produk Denmark.
Ekspor ke negara muslim lain seperti Libya, Suriah, Sudan dan Yaman juga mengalami penurunan besar. Denmark pun harus menderita kerugian yang tak kecil kala itu.(CNBCIndonesia.com, 27/10/2020)
Fakta diatas menunjukkan bahwa boikot produk hanya berdampak kecil bagi para penghina nabi dan tidak mampu untuk menghentikan penghiaan terhadap nabi Muhammad SAW. Peristiwa penghinaan nabi berulang kali terjadi dan akan terus terjadi selama kita tidak ikut memboikot sekulerisme-liberalisme, demokrasi dan kapitalisme dalam setiap sendi kehidupan kita.
Kafir barat dengan seluruh sistemnya hanya akan melahirkan kesengsaraan dan kerusakan bagi manusia. Terutama bagi kaum muslim, karena sejatinya mereka sangat membenci Islam dan menginginkan Islam hilang dari muka bumi ini.
Padahal sejarah membuktikan bahwa Islam mampu membawa manusia pada peradaban yang gemilang. Bukan hanya mensejahterakan manusia namun juga seluruh alam. Bukti-bukti kegemilangan peradaban Islam:
a. Infrastruktur
Dalam hal infrastruktur bisa terlihat dalam bagaimana tata ruang kota-kota besar pada era khilafah. Utamanya terdapat di dalam kota-kota besar Islam pada waktu itu yang pada waktu menjadi satu bentuk keagungan tersendiri dibandingkan peradaban lainnya, khsusunya barat.
Pada masa Bani Umayyah, Cordoba menjadi ibukota Andalus yang muslim. Kota ini dikelilingi dengan taman-taman hijau. Pada malam harinya diterangi dengan lampu-lampu sehingga pejalan kaki memperoleh cahaya sepanjang sepuluh mil tanpa terputus. Lorong-lorongnya dialasi dengan batu ubin, dan sampah-sampah disingkirkan dari jalan-jalan. Penduduknya lebih dari satu juta jiwa.
Tempat-tempat mandi berjumlah 900 buah dan rumah-rumah penduduknya berjumlah 283.00 buah. Gedung-gedung sebanyak 80.000 buah, masjid ada 600 buah dan luas kota Cordoba adalah 30.000 hasta. Tiinggi menaranya 40 hasta dengan kubah menjulang berdiri di atas batang-batang kayu terukir yang ditopang oleh 1093 tiang yang terbuat dari berbagai marner.
Pada malam hari ada sebuah masjid dengan 4.700 buah lampu yang meneranginya dan setiap tahunnya menghabiskan 24.000 ritl minyal. Di sisi selatan masjid tampak 19 pintu berlapiskan perunggu yang sangat menakjubkan kreasinya, sedang di pintu tengahnya berlapiskan lempengan-lempengan emas.
Di Granada terdapat bangunan di dalam Istana Al-Hamra yang merupakan lambang keajaiban dari masa ke masa. Istana ini didirikan di atas bukit yang menghadap ke kota Granada dan hamparan ladang yang luas dan subur mengelilingi kota itu sehingga tampak sebagai tempat terindah di dunia.
Jika beralih ke Baghdad akan dijumpai bahwa biaya yang dibelanjakan untuk membangun kota ini mencapai 4.800.000 dirham, sedang jumlah pekerja mencapai 100.000 orang. Kota ini mempunyai tidak lapis tembok besar dan kecil mencapai 6.000 buah di bagian timur dan 4.000 buah di bagian barat. Selain sungai Dijlah dan Furat, di situ juga terdapat 11 sungai cabang yang airnya mengalir ke seluruh rumah-rumah dan istana-istana Baghdad. Di sungai Dijlah sendiri terdapat 30.000 jembatan. Tempat mandinya mencapai 60.000 buah. Masjid-masjid mencapai 300.000 buah. Bukti majunya peradaban Islam dalam hal bangunan tentu tidak terbatas dalam tempat tersebut.
b. Pendidikan dan Kesehatan
Dalam bidang pendidikan, khilafah Islam sangat memperhatikan agar rakyatnya cerdas. Anak-anak dari semua kelas sosial mengunjungi pendidikan dasar yang terjangkau semua orang. Negaralah membayar para gurunya. Selain 80 sekolah umum Cordoba yang didirikan Khalifah Al-Hakam II pada 965 M, masih ada 27 sekolah khusus anak-anak miskin. Di Kairo, Al-Mansur Qalawun mendirikan sekolah anak yatim. Dia juga menganggarkan setiap hari ransum makanan yang cukup serta satu stel baju untuk musim dingin dan satu stel baju untuk musim panas.
Bahkan untuk orang-orang badui yang berpindah-pindah, dikirim guru yang juga siap berpindah-pindah mengikuti tempat tinggal muridnya.
Seribu tahun yang lalu, universitas paling hebat di dunia ada di Gundishapur, Baghdad, Kufah, Isfahan, Cordoba, Alexandria, Cairo, Damaskus dan beberapa kota besar Islam lainnya. Perguruan tinggi di luar khilafah Islam hanya ada di Konstantinopel yang saat itu masih menjadi ibukota Romawi Byzantium, di Kaifeng ibukota China atau di Nalanda, India. Di Eropa Barat dan Amerika belum ada perguruan tinggi.
Selain itu dikenal juga dengan istilah kuttab yang menjadi tempat belajar dan dibangun di samping masjid. Menurut Ibnu Haukal, di satu kota saja dari kota-kota Sicilia ada 300 kuttab, bahkan ada beberapa kuttab yang luas dan mampu menampung hingga ratusan bahkan ribuan siswa,
Dalam bidang kesehatan, pada kurun abad 9-10 M, Qusta ibn Luqa, ar-Razi, Ibn al-Jazzar dan al-Masihi membangun sistem pengelolaan sampah perkotaan, yang sebelumnya hanya diserahkan pada kesadaran masing-masing orang, yang di perkotaan padat penduduk akan menciptakan kota yang kumuh. Kebersihan kota menjadi salah satu modal sehat selain kesadaran sehat karena pendidikan.
Tenaga kesehatan secara teratur diuji kompetensinya. Dokter Kekhalifahan menguji setiap tabib agar mereka hanya mengobati sesuai dengan pendidikan atau keahliannya. Mereka harus diperankan sebagai konsultan kesehatan dan bukan orang yang sok mampu mengatasi segala penyakit. Ini adalah sisi hulu untuk mencegah penyakit sehingga beban sisi hilir dalam pengobatan jauh lebih ringan.
Negara membangun rumah sakit di hampir semua kota di seantero Khilafah Islam. Bahkan pada tahun 800 M di Bagdad sudah dibangun rumah sakit jiwa yang pertama di dunia. Sebelumnya pasien jiwa hanya diisolasi dan paling jauh dicoba diterapi dengan ruqyah. Rumah-rumah sakit ini bahkan menjadi favorit para pelancong asing yang ingin mencicipi sedikit kemewahan tanpa biaya, karena seluruh rumah sakit di dalam Khilafah Islam ini bebas biaya.
c. Pertanian dan Industri
Dalam bidang pertanian, dikenal dengan ‘revolusi pertanian Muslim’ yang menyinergikan semua teknologi baik cuaca, peralatan untuk mempersiapkan lahan, teknologi irigasi, pemupukan, pengendalian hama, teknologi pengolahan pasca panen hingga manajemen perusahaan pertanian.
Dengan adanya revolusi ini menaikkan panen hingga 100% pada tanah yang sama. Kaum Muslim mengembangkan pendekatan ilmiah yang berbasis tiga unsur: sistem rotasi tanaman; irigasi yang canggih; serta kajian jenis-jenis tanaman yang cocok dengan tipe tanah, musim dan jumlah air yang tersedia. Inilah cikal-bakal “precission agriculture“. Revolusi ini ditunjang juga dengan berbagai hukum pertanahan Islam sehingga orang yang memproduktifkan tanah mendapat insentif. Tanah tidak lagi dimonopoli kaum feodal yang menyebabkan banyak penindasan sebagaimana pernah terjadi di Eropa.
Dalam bidang industri, khilafah ternyata memiliki spektrum yang sangat luas. Donald R. Hill dalam bukunya, Islamic Technology: an Illustrated History (Unesco & The Press Syndicate of the University of Cambridge, 1986), membuat sebuah daftar yang lumayan panjang dari industri yang pernah ada dalam sejarah Islam; mulai dari industri mesin, bahan bangunan, persenjataan, perkapalan, kimia, tekstil, kertas, kulit, pangan hingga pertambangan dan metalurgi.
Alih teknologi dalam Islam berlangsung sejak Abad Pertama hingga Abad Kesepuluh Hijrah. Selama periode tertentu, sebagian besar alih teknologi itu berlangsung dari Islam ke Eropa dan bukan sebaliknya.
Dalam sebuah kota yaitu Sevilla terdapat 6.000 alat tenun untuk sutera. Setiap penjuru kota dikelilingi pohon-pohon zaitun sehingga di situ terdapat 100.000 tempat pemerasan minyak zaitun. Secara umum, kota-kota peninggalan Islam yang sekarang masuk Spanyol di dalamnya terdapat pabrik-pabrik baju besi, topi baja dan alat perlengkapan baja lainnya.
Bukti-bukti tentang kesejahteraan era Khilafah tidak sebatas pada apa yang disebutkan di atas. Masih sangat banyak bentuk kegemilangan yang menjadi catatan emas sejarah Islam dari mulai masa Khulafaur Rasyidin, hingga masa khalifah-khalifah setelahnya. Seperti masa khalifah Umar bin Abdul Aziz, Harun Ar Rasyid dan setiap khalifah pada masa khilafah Islamiyyah masih tegak. Catatan-catatan tersebut bisa dirujuk dalam banyak karya seperti dalam kitab Min Rawa’i Hadhratina, dalam buku 1001 Inventions Muslim Heritage in Our World dan karya-karya lainnya.
Rekaman jejak emas masa peradaban Islam hingga sekarang masih ada dan bahkan bisa ditemukan dalam banyak catatan-catatan sejarah yang ditulis oleh orang non-muslim. Sebagai contoh adalah apa yang dikatakan Will Durant seorang sejarawan barat. Dalam buku yang dia tulis bersama Istrinya Ariel Durant, Story of Civilization, dia mengatakan, “Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan kerja keras mereka. Para Khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang untuk siapapun yang memerlukan dan memberikan kesejahteraan selama beradab-abad dalam wilayah yang sangat luas. Fenomena seperti itu belum pernah tercatat (dalam sejarah) setelah zaman mereka”
Jaminan kesejahteraan era khilafah dapat terwujud bukan karena kebetulan, namun karena khilafah memiliki seperangkat aturan atau kebijakan . Aturan maupun kebijakan ini bersumber dari Islam. Karena sejatinya khilafah adalah representasi dari penerapan Islam secara menyeluruh dan utuh. Aturan-aturan ini mencakup ranah individu, keluarga, masyarakat dan negara. Sehingga secara sederhana semua keagungan khilafah terwujud karena Islam diterapkan secara penuh.
Beberapa bentuk aturan atau kebijakan dalam khilafah sehingga ada keterjaminan kesejahteraan bagi rakyat antara lain:
Pertama. Khilafah adalah sebuah negara yang Islam diterapkan menetapkan bahwa setiap muslim laki-laki, khususnya kepala rumah tangga memiliki tanggung jawab untuk bekerja guna memberikan nafkah baginya dan bagi keluarga yang menjadi tanggung jawabnya.
Kedua. Islam mengatur ketika masih ada kekurangan atau kemiskinan yang menimpa seseorang, maka tanggung jawab itu menjadi tanggung jawab sosial. Maksudnya keluarga dan tetangga turut dalam membantu mereka yang masih dalam kekurangan dengan berbagai macam aturan Islam seperti zakat, sedekah dan lainnya.
Ketiga. Khilafah melalui pemimpin tertingginya yaitu seorang khalifah adalah pihak yang mendapatkan mandat untuk mengayomi dan menjamin kesejehteraan rakyat. Dia yang akan menerapkan syariah Islam, utamanya dalam urusan pengaturan masyarakat seperti sistem ekonomi dan lainnya.
Dalam sistem ekonomi, khilafah memiliki kebijakan dalam mengatur kepemilikan kekayaan negara sesuai Islam. Ada kepemilikan individu, umum dan negara yang semua diatur sedemikian rupa untuk kemakmuran rakyat. Pengaturan tersebut kemudian akan masuk dalam Baitul Mal yang menjadi pusat kekayaan khilafah. Arahnya adalah untuk menjamin kehidupan per-individu rakyat agar benar-benar mendapatkan sandang, pangan dan papan. Serta untuk mewujudkan jaminan bagi rakyat dalam bidang pendidikan, kesehatan, keamanan, pertanian, industri, infrastruktur dan lainnya.
Secara rinci akan dijumpai dan merujuk dalam aturan Islam mengenai pengaturan ekonomi dalam negara yang disebut dengan sistem ekonomi Islam. Dan dalam era khilafah dulu ataupun yang akan tegak nantinya, sistem ekonomi Islam menjadi salah satu paket dari sistem lainnya seperti politik-pemerintahan, hukum dan sebagainya yang akan diterapkan secara utuh dan menyeluruh.
Pada era Khilafah, dunia Islam mendapatkan tempat istimewa dari lawan maupun kawan karena keagungan yang dimilikinya. Pernah suatu ketika Raja Spanyol Kristen, Ardoun Alfonso pada tahun 351 H berkunjung kepada Khalifah Al-Mustansir. Melihat bagaimana keadaan peradaban Islam pada waktu, tatkala menghadap khalifah, Alfonso merebahkan diri bersujud sesaat kemudian berdiri tegak, lalu maju beberapa langkah dan kembali bersujud. Itu dilakukan berulang-ulang sampai dia berdiri tegak di hadapan khalifah, kemudian membungkukkan lagi untuk mencium tangan khalifah.
Hal ini mengisyaratkan tentang bagaimana kewibawaan peradaban Islam dimata lawan maupun kawan dengan segala keutamaan yang ada padanya. Tidak seperti sekarang dimana Islam disandingkan dengan aksi-aksi terorisme, radikalisme. Orang-orang dan para ulama yang lantang menyuarakan khilafah dipersekusi dianggap intoleran, anti-pancasila, dan anti-NKRI. Islam seringkali direndahkan dan dilecehkan oleh musuh-musuh Islam. Bahkan sosok yang menjadi panutan bagi seluruh umat manusia, nabi Muhammad SAW berulangkali mendapatkan penghinaan.
Akankah kita akan terus diam ketika nabi kita dihina, ketika Islam dilecehkan, ketika saudara seiman kita di adu domba dan dibantai ?
Inilah saatnya kita kembali kepada sistem Islam yang diterapkan dalam naungan Daulah Khilafah. Agar Islam benar-benar menjadi perisai yang mampu melindungi umat dan menjadi rahmatan lil ‘alamin, rahmat bagi seluruh alam.
.
.
Wallahu a’lam bishawab