Binar Sistem Keuangan Islam

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Erin Azzahroh

 

Sungguh menarik statement bendahara negara Republik Indonesia. “Saat ini, keuangan Islam telah menjadi salah satu segmen dengan pertumbuhan tercepat dari industri keuangan global dan terus berkembang,” katanya dalam keynote speech secara daring pada Brunei Darussalam Islamic Capital Market Conference (BICAM) 2021 dengan topik Stimulating the Development of Islamic Capital Market Sector: A Story from Indonesia, Rabu (2/6/2021).

Lebih lanjut, Sri Mulyani mengatakan aset keuangan Islam telah meningkat secara signifikan dan jumlahnya meningkat tiga kali lipat selama pasca krisis keuangan global. Bahkan sekarang mewakili sekitar USD2 triliun dalam aset perbankan dan sekitar USD400 miliar dalam aset pasar modal.

“Tren positif ini diprediksi akan terus tumbuh sekitar 3 triliun dolar AS pada tahun 2024,” jelasnya. (Liputan6.com, 2/6/2021)

Menanggapi hal ini setidaknya ada empat poin yang dapat disimpulkan.

Pertama, bahwa hal ini merupakan berita gembira. Negeri dengan penduduk muslim terbesar ini patut berbangga sebab secuil dari tuntunan agama mayoritasnya mampu membawa pada prestasi ekonomi. Faktanya memang keuangan islam mampu berkembang dan mencapai pertumbuhan tercepat di industri keuangan global.

Kedua, tentu hal ini menjadi angin segar bagi Indonesia. Sebab dari prediksi beberapa ekonom, ekonomi Indonesia pada tahun 2021 bakal mengalami krisis. Ada beberapa faktor yang memengaruhinya, seperti besarnya akumulasi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), rapuhnya ketahanan fiskal, hingga daya beli masyarakat yang rendah.

Ketiga, sayangnya sorotan kepada keuangan islam hanya sebatas demi kepentingan materi. Namun memang demikianlah sifat dari sistem kapitalisme yang sekarang diterapkan. Padahal justru krisis ekonomi yang menghadang Indonesia kini tak lepas dari efek penerapan sistem kapitalis.

Pada dasarnya, substansial masalah ekonomi sekarang adalah sistem ekonomi Kapitalis itu sendiri. Awalnya memang kapitalisme bisa mendatangkan keuntungan yang banyak bagi pemilik modal. Namun sebenarnya dalam jangka panjang, justru merusak dirinya sendiri.

Sebagaimana kata Antony Giddens, seorang sosiolog dari Inggris. Sistem Kapitalisme ini ibarat jugernath. Awalnya ia memang seperti kuda yang menarik kereta sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi juga memberikan keuntungan kepada para pemilik modal. Namun semakin lama pergerakan semakin cepat dan tidak lagi terkendali, sehingga pada akhirnya jugernath itu pun bisa membanting dan menghancurkan kereta yang ditariknya. Demikian juga yang terjadi pada sistem Kapitalisme saat ini. Dan saat ini sistem kapitalisme sekarang sudah mendekati tahap penghancuran diri sendiri.

Beberapa sistem ekonomi Kapitalis yang menimbulkan masalah itu antara lain: adanya uang kertas, lembaga perbankan, dan ekonomi spekulatif yang kian marak. Ketiga hal inilah yang dijalankan untuk kepentingan pemilik modal.

Penggunaan dan pemaksaan uang kertas menyebabkan membengkaknya volume sirkulasi uang kertas di dunia yang tidak seimbang dengan jumlah komiditi di seluruh dunia sekali pun. Ini disebabkan karena uang kertas dicetak sesuai keinginan tanpa disandarkan pada ketersediaan komoditi.

Kelemahan yang kedua dalam sistem Kapitalis berada pada institusi perbankan. Dunia perbankan menawarkan fasilitas kredit berikut bunganya. Padahal Allah dengan jelas mengharamkan riba. Dalam dimensi duniawi, rasional jika riba membawa kepada kerusakan. Saat bank memberi kredit berbunga, maka sebenarnya bank telah menciptakan uang dari sesuatu yang tidak ada. Selain itu, keberadaan bunga pinjaman sama dengan menambahkan jumlah uang yang beredar di masyarakat. Situasi ini berperan dalam menciptakan inflasi. sebab semakin banyak bunga pinjaman yang didapatkan bank, berarti semakin banyak tambahan uang yang beredar di masyarakat tanpa diimbangi ketersediaan komoditi.

Kelemahan ketiga dari sistem kapitalis adalah maraknya ekonomi spekulatif, yakni perdagangan valuta asing, surat berharga, dan komoditi berjangka. Begitu pula dengan perdagangan elektronik. Padahal perdagangan elektronik ini merugikan dan menyengsarakan masyarakat. Bahkan tidak jarang pemerintah harus membuang cadangan devisa hanya untuk bermain-main dengan spekulator. Ini menunjukkan pemerintah tidak lagi mempu melindungi rakyatnya pada waktu berhadapan dengan spekulator yang bisa mempermainkan uang dan harga komoditi.

Keempat, jika pemerintah melihat prestasi keuangan islam, sejatinya hal itu hanyalah secuil dari keunggulan sistem islam. Sebab sistem keuangan islam hanyalah salah satu komponen dari seperangkat aturan yang diturunkan oleh Allah SWT. Aplikasinya, seperangkat aturan islam tidak afdhal jika diambil sebagian yang disukai dan ditinggalkan yang selainnya. Apalagi jika diambil berdasarkan kemanfaatannya saja. Sebagaimana telah dijelaskan Allah SWT dalam firman-Nya di Alquran surat Al Baqarah ayat 208:
“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.”

Penerapan sistem Islam selama 13 abad terbukti mampu mewujudkan negara yang tangguh dan mensejahterakan rakyat. Hal ini tergambar dari tingginya pencapaian peradaban di masa itu. Bahkan, di era kepemimpinan  Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz, Khalifah dari Dinasti Umayyah sangat sulit menemukan orang miskin. Begitu kontras perbedaannya dengan kondisi sekarang, saat sistem kapitalisme diterapkan. Jadi, Islam lebih pantas menjadi solusi alternatif dari segala kesempitan hidup ini kan?

Wallahua’lam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *