“Berkah” Corona

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Siti Maftukhah, SE. (Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban)

Ada berkah tersendiri dari corona. Itu candaan seorang guru, ketika anak-anak sekolah secara offline, berbeda dengan belajar secara online. Saat offline, apa yang dilakukan anak ya itu yang menjadi penilaian guru.

Tapi saat belajar online, tentu guru juga tidak bisa seratus persen mengawasi dan mengontrol. Bahkan bisa jadi guru kesulitan untuk memastikan bahwa tugas yang diberikan benar-benar si anak yang mengerjakannya. Memang adakalanya guru meminta bukti berupa foto saat anak mengerjakan, tapi siapa yang bisa memastikan bahwa itu benar-benar dilakukan. Jangan-jangan hanya saat difoto saja mereka mengerjakan, namun setelahnya yang mengerjakan bisa si kakak atau bahkan si orang tua. Atau malah tetangganya.

Akhirnya nilai anak didik menjadi sangat baik semenjak belajar diberlakukan secara online. Padahal saat offline, nilai si anak pas-pasan.

Namun ini juga menjadi pelajaran penting bagi para orang tua, bagaimana wabah telah menunjukkan bahwa orang tua ternyata tak siap untuk mendidik anak-anak mereka sendiri.

Ini juga menjadi hikmah corona. Dengan adanya wabah corona ini, serasa menyadarkan kita para orang tua akan kewajiban kita sebagai pendidik pertama dan utama.

Nah, hikmah yang satu ini lebih dahsyat. Masyarakat akhirnya menyadari bahwa sistem kehidupan yang selama ini mengatur mereka telah menampakkan kebobrokannya. Menampakkan ketidakmampuannya dalam mengatasi masalah saat pandemi.

Jika sistem kehidupan yang saat ini diambil tidak mampu mengatasi masalah yang timbul akibat wabah, maka masyarakat pastinya menginginkan alternatif solusi. Di sinilah berkah corona itu.

Kaum Muslim harusnya bangga, karena ada solusi yang komprehensif yang dimiliki oleh Islam dalam penanganan wabah. Bahkan sudah terbukti mampu menyelesaikannya.

Di masa kepemimpinan Umar bin Khaththab, telah terjadi wabah yang mematikan. Maka khalifah Umar segera memberlakukan karantina atau lockdown atas wilayah tempat wabah muncul, agar wabah tidak semakin menyebar ke wilayah yang lain.

Khalifah bergerak cepat bersama jajarannya untuk melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan oleh rakyatnya waktu itu. Bersama para pembantu-pembantunya, khalifah memberikan pelayanan pengobatan kepada yang sakit. Memberikan pemenuhan kebutuhan pangan kepada rakyat yang sedang dikarantina.
Anggaran yang digunakan untuk memberikan pelayanan itu diambilkan dari kas Baitul Maal.

Selain itu, khalifah juga memimpin rakyat untuk melakukan taubatan nasuha. Memohon kepada Allah agar dihilangkan wabah ini, seraya mengoreksi perilaku mereka. Bisa jadi perilaku mereka telah mendatangkan musibah. Perilaku yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Perilaku yang menyelisihi aturan Allah.

Itulah kepemimpinan dalam Islam. Kepemimpinan yang didasarkan pada ketaatan kepada Allah, kepemimpinan yang didasarkan atas takutnya kepada Allah semata, kepemimpinan yang didasarkan pada ketundukannya kepada hukum Ilahi bukan ketaatan, ketakutan dan ketundukan kepada manusia atau lembaga-lembaga atau negara-negara yang ada di dunia.

Semoga corona ini membawa berkah bagi kaum Muslim untuk menyadari bahwa ajaran agamanya benar-benar sempurna dan mampu menyelesaikan masalah wabah dengan cepat dan tepat. Wallahu a’lam[]

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *