Bayi Mengalami Gizi Buruk: Tanggung Jawab Siapa?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Sherly Agustina M.Ag

Dilansir oleh Radar Banten, Qonita Zalfa Fatimah, balita berusia 13 bulan, warga Lingkungan Kracak, Kelurahan Banjarnegara, Kecamatan Ciwandan, diduga menderita gizi buruk. Akibatnya, putri dari pasangan Sarmani dan Masitah itu pun tak seperti balita pada umumnya. Ia hanya bisa berbaring di tempat tidur, sesekali ia menangis. Masitah, ibu dari Qonita menuturkan, saat lahir pada 12 Desember 2018 lalu, kondisi anaknya normal dengan berat badan 3,8 kilogram. Ia besama sang suami pun tidak menaruh curiga terhadap kondisi kesehatan anaknya.

Mulai merasa aneh setiap bulan berat badanya terus turun bukan naik. Curiga dengan kondisi kesehatan anaknya, Masitah pernah membawa anaknya tersebut ke RSUD Cilegon pada September 2019 lalu. Di sana, Qonita mendapatkan perawatan medis selama enam hari.

Upaya memberikan penanganan medis di rumah sakit dianggap tidak memberikan pengaruh signifikan. Ditambah, biaya hidup yang tinggi selama menjalani perawatan membuatnya tak melanjutkan pengobatan. Masitah dan keluarga pun memutuskan untuk membawa pulang Qonita. (21/01/20)

Sangat memprihatinkan, hal ini terjadi di kota Industri Cilegon. Namun sayang, pribumi hanya menjadi buruh kasar bahkan tidak mendapat pekerjaan di pabrik-pabrik yang ada di Cilegon. Sehingga mereka kesulitan untuk menafkahi anak dan istrinya.

Dan kemungkinan gizi buruk ini bukan hanya terjadi di Cilegon saja, bisa jadi di tempat lain juga ada. Karena kesejahteraan seakan menjadi barang mahal yang sulit didapat bagi kalangan menengah ke bawah di sistem kapitalisme ini.

Apa saja penyebab gizi buruk, di antaranya:

1. Ketidaktahuan orang tua tentang gizi

Kurangnya pengetahuan orang tua terhadap pola makan sehat dan gizi yang seimbang merupakan penyebab paling umum kurang gizi pada anak. Bila orang tua tidak mengetahui jenis dan jumlah nutrisi yang dibutuhkan anak, asupan nutrisi yang diberikan bisa tidak mencukupi kebutuhan anak sehingga ia menjadi kurang gizi.

2. Tingkat sosial ekonomi yang rendah

Kondisi sosial ekonomi keluarga yang kurang baik juga bisa menjadi penyebab anak mengalami kekurangan gizi. Hal ini karena jika porsi dan jenis makanannya tidak memenuhi kebutuhan gizi dalam waktu yang lama, anak akan mengalami gizi kurang.

Namun, hal ini bisa diakali dengan mengetahui sumber-sumber makanan yang bergizi lengkap yang mudah ditemui. Sumber makanan ini tidak perlu mahal, tetapi tetap terjaga kebersihannya.

3. Kebersihan lingkungan yang buruk

Lingkungan yang tidak bersih juga dapat menyebabkan anak mengalami kekurangan gizi, sebab lingkungan yang kotor bisa membuat anak terserang beragam penyakit. Hal ini dapat menyebabkan penyerapan gizi terhambat, meskipun asupan makanannya sudah baik.

4. Menderita penyakit tertentu

Selain karena makanan, anak kurang gizi bisa juga disebabkan oleh suatu penyakit atau kondisi medis, terutama penyakit saluran pencernaan yang membuat tubuh anak sulit mencerna atau menyerap makanan. Contohnya adalah penyakit celiac, penyakit Crohn, dan radang usus. Selain itu, penyakit jantung bawaan dan penyakit infeksi, seperti TB paru, juga bisa menyebabkan anak mengalami kurang gizi.

Beberapa gejala berikut bisa dialami oleh anak yang mengalami kurang gizi: Berat badan dan tinggi badan anak berada di bawah kurva pertumbuhan, kurang nafsu makan, pertumbuhannya terlambat, mudah merasa lelah dan terlihat lesu, lebih rewel, kurang perhatian terhadap lingkungan sekitar, kulit dan rambut tampak kering, rambut mudah rontok, pipi dan mata terlihat cekung, jaringan lemak dan otot berkurang, mulut dan gusi mudah terluka, rentan terkena infeksi karena menurunnya sistem kekebalan tubuh, proses penyembuhan luka lambat.

Selain itu, perkembangan anak yang kurang gizi juga akan terganggu. Anak bahkan bisa mengalami kesulitan belajar ketika kebutuhan gizinya tidak terpenuhi. (www.Alodokter.com)

Dalam sistem kapitalisme dimana materi seakan menjadi tuan, dan manusia diperbudak oleh dunia. Pemimpin yang ada ketika mendapat kekuasaan hanya sibuk bagaimana mengembalikan modal saat kampanye dan bagaimana membayar modal kepada para cukong yang sudah membantunya memenangkan pertarungan pada saat pemilu.

Lupa pada janji-janji saat kampanye. Bahkan dianggap angin lalu, karena rakyat didekati hanya ada maunya saja untuk diambil suara saat pencoblosan. Setelah itu say good bye.

Lalu, tanggung jawab siapa jika ada bayi atau rakyat yang mengalami gizi buruk? Jawabannya adalah tanggung jawab pemimpin. Sabda Rasulullah Saw:

” Dari Ibnu Umar RA dari Nabi SAW sesunggguhnya Rasulullah SAW bersabda: setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara adalah pemimpin atas rakyatnya dan akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya.” (H.R. Muslim).

Seorang kepala negara akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya. Maka kewajiban pemimpin untuk melaksanakan Syariah Allah SWT dan memastikan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Bahan-bahan pangan terdistribusi dengan baik, murah bahkan gratis.

Hal ini pernah dilakukan oleh Sahabat Umar bin Al Khattab pada saat beliau menjadi khalifah atau Amirul mukminin.

Beliau berjalan keliling kampung untuk memastikan apakah rakyatnya kelaparan atau tidak, dan ketika Umar bin Al Khattab mendengar suara tangisan dari sebuah rumah ternyata anak itu menangis karena lapar sedang menunggu ibunya memasak batu di atas kuali, sambil berkata: “Tunggu sampai makanan ini matang”. Padahal yang dimasaknya adalah batu.

Mengetahui hal itu Umar bin al-khattab tak bisa menahan rasa sedihnya, lalu beliau segera pergi ke gudang tempat menyimpan bahan makanan. Dan beliau membawanya sendiri untuk diberikan kepada anak yang kelaparan tersebut. Bahkan Khalifah Umar yang memasak untuk anak tersebut hingga tidak lagi kelaparan. Setelah itu, diberikan cadangan makanan untuk beberapa hari selanjutnya.

Beginilah sosok pemimpin di dalam Islam, bertanggung jawab untuk kesejahteraan warganya. Karena akan dimintai pertanggungjawan oleh Allah Swt di akhirat nanti.

Selain itu, di dalam Islam ada pengaturan jika ada sanak family yang memiliki kelebihan harta dibanding saudaranya yang gizi buruk, maka memiliki tanggung jawab untuk memberi sodaqoh. Kecuali tidak ada sama sekali yang bisa membantu maka tanggung jawab pemerintah untuk memberikan hak pada warganya. Hanya di dalam sistem Islam yang menerapkan aturan Allah Swt secara kaffah, tercapainya kesejahteraan bagi seluruh warga negaranya.

Allahu A’lam bi Ash Shawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *