BANJIR BANDANG DAN WASPADA KRISIS LINGKUNGAN

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Fenti Fempirina K, S.Pd

 

Jagat maya dihangatkan dengan doa dan ungkapan bela sungkawa atas musibah banjir bandang yang menerjang Kota Batu, Jawa Timur. Banjir yang terjadi pada Kamis, 4 November 2021 ini berdampak pada setidaknya enam desa di Kecamatan Bumiaji, yakni Desa Sumber Brantas, Desa Bulu Kerto, Desa Tulung Rejo, Desa Pandan Rejo, Desa Sido Mulyo dan Desa Punten. Banjir ini, menurut pernyataan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur, telah menghanyutkan 15 orang dengan dua diantaranya ditemukan meninggal, dua orang lainnya terisolasi, sedangkan 11 orang masih dalam pencarian (cnnindonesia.com,5/11/21).

Intensitas hujan yang tinggi diduga kuat sebagai penyebab banjir bandang di Kota Batu. Tingginya curah hujan pada 4 november 2021 menyebabkan aliran air di sungai Brantas meluap dan akhirnya menerjang desa-desa di dekat aliran sungai.

Selain faktor curah hujan yang tinggi, musibah ini diyakini adalah imbas dari alih-fungsi lahan di lereng Gunung Arjuna. Profauna menyebut sekitar 90 persen hutan lindung di lereng Gunung Arjuna lahannya telah dialih fungsikan menjadi lahan pertanian (malang.suara.com,4/11/21). Hal ini tentu berbahaya mengingat fungsi hutan lindung sebagai daerah resapan air dan untuk mencegah tanah longsor.

Potensi kebencanaan banjir dan longsor di Kota Batu sebenarnya telah diungkapkan oleh BPBD Kota Batu sejak Oktober lalu. BMKG pun telah memberi peringatan akan fenomena La Nina yang akan berdampak pada naiknya curah hujan sebesar 20-40 persen selama musim penghujan khususnya selama November-Januari.

Waspada Perubahan Iklim dan Krisis Lingkungan

Curah hujan yang tinggi sebetulnya adalah salah satu bentuk dari cuaca ekstrem akibat perubahan iklim di bumi kita. Perubahan iklim adalah perubahan pada suhu, curah hujan, pola angin dan berbagai efek-efek lain secara drastis yang disebabkan baik secara langsung ataupun tidak langsung oleh aktivitas manusia (tirto.id,7/10/21).

Tak hanya curah hujan tinggi, perubahan iklim dalam waktu panjang dapat menimbulkan dampak serius bagi kehidupan manusia, seperti musim panas yang berkepanjangan, peningkatan volume air akibat mencairnya es di kutub, angin puting beliung, bencana kekeringan dan berkurangnya sumber air.

Tak diragukan lagi, perubahan iklim adalah masalah genting yang harus segera dicari pemecahan masalahnya. Jika tidak, bencana yang berdampak pada kesehatan, kehidupan serta perekonomian manusia akan terjadi dalam skala yang lebih besar lagi.

Sejauh ini berbagai forum dan perjanjian internasional telah diselenggarakan demi mengatasi permasalahan iklim dan lingkungan, seperti Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim 1992, Protokol Kyoto 1997, Kesepakatan Paris 2015, dan kini pada tahun 2021 diselenggarakan konferensi COP26 di Glasgow. Namun itu semua belum mampu memberikan solusi efektif bagi permasalahan iklim dan lingkungan. Diskusi dan perdebatan yang ada sejauh ini dinilai belum menyentuh akar masalah yang sesungguhnya.

Penggundulan hutan, penggunaan bahan bakar fosil, kebijakan peternakan dan pertanian yang tidak ramah lingkungan, tingkat produksi dan konsumsi manusia yang berlebihan, pencemaran air oleh limbah industri, penumpukan sampah plastik, adalah sebagian hal yang dianggap sebagai penyebab perubahan iklim dan kerusakan lingkungan. Padahal pada kenyataannya hal-hal tersebut hanyalah gejala bukan akar masalahnya.

Jika dilihat lebih jauh, maka akar penyebab masalah perubahan iklim dan kerusakan lingkungan dapat dikembalikan pada satu hal yakni Kapitalisme. Kapitalisme sebagai ideologi dan sistem yang sangat berorientasi keuntungan (profit oriented) telah menciptakan kerusakan di banyak negara. Demi mendulang keuntungan, pola produksi digenjot sedemikian rupa dengan mengesampingkan aspek sosial kemanusiaan dan lingkungan. Rusaknya lingkungan yang berimbas pada perubahan iklim ini adalah buah dari diterapkannya sistem rusak kapitalisme.

Oleh sebab itulah, selama kapitalisme masih diadopsi di tengah kehidupan, maka selama itu pula kerusakan lingkungan dan perubahan iklim tak akan menemukan solusi tuntasnya.

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar- Ruum: 41)

Wallahu’alam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *