Bahaya Arus Deras Modersasi Islam

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Dila

 

Baru baru ini mentri agama Yaqut memilih artis blasteran Jerman-Indo Cinta Laura sebagai duta Moderasi.

Aktris Cinta Laura menyatakan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat di Indonesia adalah saling menjatuhkan karena adanya perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan. Padahal, menurut cinta, pondasi Indonesia adalah Bhinneka Tunggal Ika yang seharusnya saling memeluk perbedaan dan bertoleransi.“Karena pemahaman yang terbatas dan pemikiran yang tidak kritis, orang-orang terjebak dalam cara berpikir di mana mereka telah ‘memanusiakan’ Tuhan. Mereka merasa memiliki hak mendikte kemauan Tuhan, tahu pemikiran Tuhan, dan berhak bertindak atas nama Tuhan yang akhirnya seringkali berubah menjadi sifat radikal,” kata Cinta dalam launching ‘Aksi Moderasi Agama’, Rabu (22/9). Dilansir dari REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA

Dari perbincangan beberapa waktu lalu dengan Habib Husein Ja’far, cinta sepakat bahaya yang di alamai masyarakat Indonesia saat ini adalah mengatasnamakan Tuhan untuk kepentingan pribadi. Cinta menegaskan, menyesatkan generasi penerus bangsa dengan prinsip hidup yang sebenarnya tidak ada dalam kitab suci agama.

Menurut cinta, kondisi ini terjadi karena beberapa faktor. Pertama, kurangnya bimbingan secara berkala kepada masyarakat Indonesia supaya memahami sebuah ajaran dengan akal kritis sehingga tidak tersesat dalam cara berpikir mereka.

Kedua, Cinta meminta agar ajaran agama yang ada dalam sistem pendidikan harus adil dalam merepresentasikan agama-agama lain.

Perihal tersebut menjadikan karakter Muslim menjadi moderat yang tidak boleh membeda-bedakan agama atau menganggap semua agama benar.

Islam moderat menurut Janine adalah Islam yang menerima sistem kufur yakni demokrasi. Sebaliknya, Islam radikal adalah Islam yang menolak sistem kufur demokrasi dan ide sekularisme yakni pemisahan antara agama dan kebidupan. Maka moderasi Islam dalam pengertian ini bermakna membangun Islam yang menerima demokrasi dan kesetaraan gender atau juga bisa diartikan pemahaman Islam yang disesuaikan dengan pemikiran, pemahaman dan peradaban Barat.

Dengan demikian Muslim moderat adalah sosok Muslim yang menerima, mengadopsi, menyebarkan dan menjalankan pemahaman Islam ala Barat.

Pemahaman Islam moderat dibungkus dengan sangat indah seolah-olah berasal dari Islam yakni dengan istilah Islam wasathiyah. Wasathiyah diambil dari istilah al-Quran, wasathan atau (pertengahan) atau adil, tetapi Islam moderat adalah Islam yang sesuai selera Barat.

Maka kita penting untuk mengembalikan istilah wasathan ke makna yang sebenarnya menurut al-Quran. Yakni secara bahasa bermakna sesuatu yang memiliki dua belah ujung yang ukurannya sebanding, pertengahan (Raghib al-Isfahani, Mufradat Alfâzh al-Qur’ân, jilid II, entri w-s-th).

Allah SWT berfirman:

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَٰكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى ٱلنَّاسِ وَيَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا

Demikian pula Kami telah menjadikan kalian (umat Islam) sebagai umatan wasathan agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kalian (TQS al-Baqarah [2]: 143).

Maka makna umat Islam sebagai umat wasathan adalah umat yang adil. Adil adalah menempatkan sesuatu pada tempat semestinya, yakni sesuai syariah Islam yang diturunkan oleh Allah SWT. Umat Islam justru harus mengambil dan menerapkan aturan Allah yang berupa syariah Islam. Tidak membuat hukum sendiri yang bertentangan dengan syariah Islam.

Wallahua’lam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *