BAHAN POKOK KENA PAJAK, RAKYAT SEMAKIN MENJERIT

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Ummu Chintya

 

Kementrian Keuangan (Kemenkeu) akhirnya memberi penjelasan terkait polemik rencana Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk komoditas Sembako dan jasa Pendidikan melalui Revisi Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan (UU KUP). Yustinus Prastowo, Staf Khusus Kementerian keuangan menyebutkan bahwa saat ini Pemerintah tengah mencari cara untuk pulih dari dampak Pandemi Covid-19. Ia menegaskan kebijakan ini tidak akan diterapkan tahun ini (kompas 11/06).

Indonesia Negeri kaya akan Sumber Daya Alam mulai dari tambang emas, perak, dan batu bara. Belum dari hasil perkebunan, pertanian, hutan bahkan laut dan masih banyak lagi. Namun ironis. Negeri dengan sumber daya alam berlimpah masih memungut pajak dari rakyatnya. Indonesia seharusnya bisa mandiri kalau pengelolaannya benar. Tetapi karena Sistem Kapitalisme Sekuler yang di terapkan di negeri ini, sumber Daya Alam malah diberikan pada pihak Swasta atau Asing untuk di kelola.

Rencana Pemerintah untuk menarik PPN untuk Sembako jelas sangat memberatkan rakyat. Sudahlah beban ekonomi berat, pemerintah mau menambah beban dengan wacana kebijakan tentang PPN. Kebijakan tersebut mendapatkan penolakan keras dari berbagai pihak. Tanpa PPN saja harga sembako sering kali naik turun. Kalau harganya sudah naik sulit sekali turun. Jika harga Sembako juga dipungut pajak, harga semakin melonjak dan dipastikan rakyat semakin menjerit.

Sayangnya, sebagian besar hasil Pajak tidak kembali kepada rakyat tetapi digunakan untuk membayar bunga utang. Di tahun 2021 Pemerintah harus membayar bunga utang sampai 270 triliyun lebih, sehingga alokasi APBN untuk rakyat kecil yang disebut Subsidi terus dikurangi dan akhirnya dihilangkan.

Pengamat ekonomi, Dr Arim Nasim mengkritisi bahwa saat ini Pajak hanya di jadikan eksploitasi negara terhadap rakyat. Menurutnya penarikan Pajak sebagai Sumber Pendapatan Negara adalah sebuah bentuk kedzoliman.

Sebagaimana Firman Allah Swt “Sesungguhnya dosa itu atas orang- orang yang berbuat dzalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa batas hak,mereka itu mendapat azab yang pedih”(QS Asy-Syura:42).

dan sabda Rasulullah saw.
“Barang siapa yang di serahi kepemimpinan terhadap kaum muslimin namun ia menutup diri tidak mau tahu kebutuhan mereka, niscaya Allah tidak akan memperhatikan kebutuhannya dan kefakirannya di hari kiamat (HR.Abu Dawud dan At-Tirmidzi).

Memang benar Islam membolehkan adanya Pajak yang dikenal sebagai nama Dharibah. Akan tetapi penerapannya sangat berbeda dengan Sistem Sekuler Kapitalisme saat ini. Sistem Islam tidak akan dikenakan Pajak pada seluruh warga negaranya. Negara hanya akan mewajibkan kepada orang-orang kaya saja dan Pajak tidak diambil dari individu kecuali dari kelebihan pemenuhan kebutuhan pokok secara makruf. Siapa saja dari kaum muslim yang memiliki kelebihan dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan pelengkapnya, maka darinya di ambil Pajak. Dan siapa saja yang tidak punya sesuatu setelah pemenuhan, maka darinya tidak di ambil sesuatupun.

Sabda Rasulullah Saw,
“Shadaqah yang baik adalah yang berasal dari orang kaya.”(HR Bukhari).

Pajak dalam Islam hanya akan di minta ketika kas Negara atau Baitul Mal kosong. Jadi dalam andangan Islam, menjadikan Pajak sebagai Sumber Pendapatan Negara adalah bentuk kedzoliman sebagai mana hadist Rasulullah Saw. Mengatakan, “tidak akan masuk surga para pemungut cukai(Pajak).”

Dalam Sistem Islam, Sumber Utama APBN adalah dari Pengelolaan Sumber Daya Alam. Maka dari itu dalam Pandangan Islam haram hukumnya Negara melakukan menyerahkan Pengelolaan Sumber Daya Alam yang melimpah ini kepada Swasta atau Asing. Oleh karena itu sudah seharusnya para penentu kebijakan berhati-hati terhadap peringatan Rasulullah Saw tentang pemimpin yang menyusahkan atau memberatkan rakyatnya. Konsekuensi yang harus di tanggung tidaklah main-main karena kelak akan dimintai pertanggung jawaban.

Sabda Rasulullah Saw.
“Ya Allah siapa saja yang menangani urusan umatku lalu ia menyusahkan mereka,maka susah kanlah dia,dan siapa saja yang menangani urusan umatku lalu ia berlaku lembut kepada mereka,maka berlaku lembutlah kepada dia.”(HR.Muslim dan Ahmad).

Maka wahai kaum muslim, mari kita campakan Sistem Kapitalisme Sekuler ini yang membawa kita kepada kehancuran dengan kembali nanti menerapkan Sistem Islam yang akan membawa keberkahan dunia dan akhirat.

Wallahu’alam Bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *