AS Berganti Pemimpin, Apa Pengaruhnya bagi Islam?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Atika Marsalya, S.Pd

Joe Biden memenangkan pemilu AS. Ia meraih 290 suara elektoral mengalahkan Trump yang hanya meraih 214 suara elektoral. Biden dibanjiri ucapan selamat dari para pemimpin negara di dunia, tak terkecuali Indonesia. Hanya Rusia, Cina, dan Turki yang absen mengucap selamat. Pasangan Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Biden-Haris dianggap mewakili warna AS yang plural.

Biden seolah membawa pesan yang lebih menggugah ketimbang Trump. Dalam kampanye kala itu, ia bahkan mengutip hadis Nabi Saw. tentang melawan kemungkaran. Pidato kemenangan Biden juga menghipnotis warga dunia. Ia berjanji akan menjadi Presiden AS yang menyatukan semua pihak, bukan memecah belah. Biden-Harris juga menjanjikan tidak akan membeda-bedakan ras maupun etnis. Biden mengungkapkan pernyataan itu, melalui kanal YouTubenya. “Saya berjanji kepada Anda sebagai presiden, Islam akan diperlakukan sebagaimana mestinya, seperti keyakinan agama besar lainnya. Saya sungguh-sungguh bersungguh-sungguh,” kata Joe Biden. (Jakbarnews, 7/11/2020)

Biden sesumbar akan lebih memperhatikan umat Islam. Ia berjanji akan mengisi jajaran stafnya dari kaum muslim. Dalam acara online yang dipandu Emgage Action, Biden memuji Islam dan mengatakan Islam adalah salah satu agama terbaik.

Ia juga berjanji akan mencabut kebijakan Trump tentang “Larangan Muslim” masuk ke negaranya. Terpilihnya Joe Biden dianggap memberi harapan baru bagi penyelesaian konflik Palestina-Israel. AS di bawah kepemimpinan Biden diperkirakan akan menyelesaikan konflik Palestina-Israel ke meja perundingan atau jalur diplomatik. Benarkah Biden akan membawa harapan baru bagi umat Islam?

Siapa pun presidennya, wajah AS tetap sama.

Kemenangan Biden tidak terlepas dari kontroversi yang kerap ditunjukkan Trump selama menjabat sebagai Presiden AS. Trump lebih frontal, sarkas, dan cenderung blak-blakan. Biden ingin menampilkan kembali wajah AS yang tenang dan stabil, bukan meledak-ledak sebagaimana yang dilakukan Trump selama ini. Warga AS pun berujar, “Siapa pun dia, asal bukan Trump.”

Kebijakan Trump sejauh ini secara terang-terangan tidak memihak kepada umat Islam. Ia bahkan dengan lantang mendukung penuh kebijakan Israel. Saat Israel mengakuisisi wilayah Tepi Barat, Trump diam. Terhadap isu umat Islam, Trump bungkam. Biden pun datang seakan memberi harapan baru bagi nasib umat Islam dengan tampilan kalem dan lebih merangkul.

Mencermati respons umat Islam terhadap Biden, tampaknya umat kembali terlena dengan kampanye dan janji “islami” Biden. Seolah lupa siapa AS dan bagaimana politik luar negeri mereka. Hingga saat ini, dominasi AS sebagai polisi dunia belum tergantikan. Juru atur dunia ini meski berganti wajah Presidennya, mereka tetap berada pada jalur kapitalis sekuler yang menjadi ideologinya.

Jangan lupa! AS adalah negara pengemban ideologi kapitalisme. Ideologi ini disebarkan ke negeri-negeri muslim demi menjalankan misi politik luar negerinya. Imperialisme sebagai metode khas bagi ideologi kapitalisme adalah jati diri AS yang sesungguhnya. Jika nantinya Biden memimpin, hal itu tak akan membawa perubahan berarti bagi kaum muslim. Mau Biden atau Trump, Palestina tetap terjajah. Negeri muslim tetap dalam cengkeraman imperialisme kapitalis seperti AS.

Biden bukanlah harapan baru bagi umat Islam. Obama, Trump, atau Biden hanyalah pion dalam menjalankan kebijakan politik luar negeri AS yang bersandar pada ideologi kapitalisme mereka. Lantas, bagaimana harapan baru bagi umat Islam sendiri?

Khilafah, Mampu Wujudkan Harapan Umat

Harapan baru itu ada pada Islam dan Khilafah. Hanya Khilafah yang mampu menandingi kekuatan AS sebagai negara adidaya. Hanya Khilafah pula yang akan mempersatukan kekuatan kaum muslim dunia. Dan hanya Khilafah yang mampu membebaskan negeri muslim dari penjajahan AS dan sekutunya. Penegakan Khilafah adalah agenda masa depan bagi umat Islam.

Di bawah payung kapitalisme, kondisi dunia Islam terpuruk dan terjajah. Di bawah naungan Khilafah, umat Islam mampu berdiri tegak dan tampil sebagai negara adidaya yang mandiri tanpa harus menghamba pengharapan dan belas kasih dari Barat.

Hal itu sudah pernah terjadi saat Islam berkuasa selama 13 abad di pentas dunia. Dan inilah yang ditakutkan Barat –termasuk AS– terhadap ideologi Islam yang akan mengancam hegemoni ideologi kapitalis sekuler. Sejarah kegemilangan Islam kelak akan terulang di masa depan sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah swt dalam firman-Nya

وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ كَمَا ٱسْتَخْلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ ٱلَّذِى ٱرْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِى لَا يُشْرِكُونَ بِى شَيْـًٔا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”(QS. An-Nuur: 55).

Wallahua’lam bishowab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *