Apa Resolusimu untuk Islam?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Novianti (Member Revowritter, Garut)

Tak lama kita akan berada di penghujung tahun. Tahun 2020 tinggal hitungan hari. Banyak yang sudah membuat rencana. Liburan mau dimana, mau makan di restoran apa. Dan sederet rencana lainnya di tahun berikutnya.

Namun.. sadarkah bahwa saat tahun berganti, setiap diri ini kian dekat dengan kematian? Malaikat maut bisa datang kapan saja dan tidak menunggu kita siap. Karena itulah nabi menyampaikan bahwa manusia cerdas adalah manusia yang selalu ingat akan mati. Dan yang paling cerdas adalah yang paling baik dalam menyiapkan kematiannya.

Setiap orang menginginkan kematiannya dengan husnul khatimah, dan masuk di jannahNya dalam hidup keabadian. Namun, bagaimana saat menjemput kematian bukan kekuasaan manusia karena tidak ada seorang yang tahu kapan ajalnya datang. Karenanya kita berusaha agar setiap waktu dalam keta’atan.

Siapa tak kenal dengan Khalid bin Walid, panglima perang yang mengagumkan. Sedikitnya jumlah pasukan yang ia pimpin melawan musuh yang berjumlah lipatan, tak pernah membuatnya gentar. Kehebatan strategi yang ia gunakan, kemenangan demi kemenangan dalam setiap peperangan, membuat terkagum kagum banyak orang.

Namun kehebatan Khalid di medan perang, ternyata tidak menjamin di sanalah kematiannya datang. Syahid ia rindukan dalam setiap perang, namun Allah yang punya ketetapan.

Sebelum tiba wafatnya, Khalid bin Walid harus menerima kenyataan melewati tahun-tahun tanpa pergi ke medan perang. Ia menyebutnya sebagai ‘Tahun-tahun para Wanita’, tahun yang ia tidak dapat pergi dan bertempur. Khalid tidak menyia-nyiakan waktunya. Ia membaca Al-Qur’an dari fajar sampai zuhur setiap hari. Sampai ia berkata penuh haru, “Jihad mengalihkan aku dari belajar Al Qur’an”.

Di saat-saat berinteraksi dengan Al-Qur’an itulah Khalid bin Walid sering menangis karena takut kepada Allah. Terus-menerus begitu sampai dekat masa kematiannya. Ia terbaring padahal ialah yang mengalahkan 2 super power dunia saat itu (Romawi Timur dan Persia).

Semua yang datang menjenguk melihat tangan, kaki, dan dada Khalid penuh dengan luka pertempuran, tak ada tempat kosong tersisa. Sampai Khalid berkata sedih, “Aku telah melalui ratusan duel, karena aku ingin syahid di medan tempur, namun kini aku akan mati di tempat tidurku”.

Khalid sangat menginginkan syahid karena ia tahu seorang syuhada tidak disebut mati, tetapi tetap hidup di sisi Allah dimana darah dan bajunya yang berlumuran darah akan menjadi saksi syahadahnya.

Namun salah seorang sahabat Nabi berkata menghiburnya, “Wahai Khalid, saat Rasulullah menjulukimu ‘Sang Pedang Allah’, maka engkau tidak ditakdirkan untuk mati di medan tempur. Sebab bila kau gugur di peperangan, itu artinya pedang Allah bisa dikalahkan orang kafir, padahal sudah seharusnya pedang milik Allah tak pernah terkalahkan.”

Maa syaa Allah, betapa Khalid bin Walid berjuang agar mati dalam keadaan syahid. Untuk itulah ia tak gentar setiap memasuki arena peperangan. Namun pada akhirnya kematian menjadi rahasia Allah.

Lantas bagaimana dengan kita? Sudahkah menyiapkan diri untuk menjemput kematian dengan indah?
“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya”. (QS. Ali Imran : 145).

Cara menyiapkan mati dengan indah adalah seperti Khalid yang hidupnya dibaktikan untuk agama Allah. Beliau meneladani Nabi yang hidupnya dihabiskan untuk Islam.

Menjelang di penghujung tahun, waktu yang baik untuk membuat resolusi . Adakah dari sederet rencana berupa sumbangsih untuk agama Nya?

Resolusi untuk islam artinya memilih prioritas untuk memastikan bahwa pilihan akan menumbuhkan kualitas di hadapan Allah. Memilih yang berkaitan dengan visi akhirat. Tidak menyibukkan dengan yang mubah dengan melalaikan yang sunnah bahkan yang wajib.

Bukan waktu yang merubah kita melainkan pilihan yang kita buat dalam perjalanan waktu yang mempengaruhi perkembangan hidup kita. Seringkali kesempatan baik datang berkali-kali. Namun waktu yang sama tidak akan pernah datang untuk yang kedua kali. Pemenang bukan yang mendapatkan keberuntungan melainkan mereka yang memperoleh kesempatan baik di saat yang tepat.

Naikkan level hidup dengan kerelaan menanggung amanah lebih besar. Bertambah usia bukan bertambah gaya hidup, tapi bertambah amal, bukan untuk sendiri tapi banyak mengabdi untuk agama.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *