Antara Radikal dan Takwa

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: M. Azzam al Fatih

Kata radikal sudah tidak asing lagi di negeri ini.
Karena kata radikal digaungkan terus oleh mereka yang mempunyai niat dan tujuan tertentu.
Hampir semua lapisan mengenalnya, mulai dari pelosok desa hingga masyarakat kota, dari anak – anak sampai nenek-nenek . Seolah kata itu sudah melekat pada dirinya.

Namun sayang, kata radikal yang mereka kenal adalah sesuatu yang buruk dan menakutkan. Sebab kata radikal telah dijadikan alat oleh orang- orang kafir untuk mencitrakan dan memukul Islam dan para aktivisnya.

Padahal arti dan makna dari kata itu sesuatu yang baik. Sebagaimana yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu sesuatu yang mendasar sampai keakar -akarnya. Dalam agama Islam, kita mengenal Istilah islam kaffah dan Memang kita diperintahkan untuk memahami dan mengamalkan Islam dari akar sampai daunnya.

Meskipun kata radikal secara bahasa artinya sesuatu baik, harusnya umat Islam menolak sebutan radikal disematkan kepada islam. Mereka jualan isu radikal hanya untuk memukul dakwah Islam dan para aktivis serta membuat citra buruk ajaran- ajaran Islam seperti khilafah.

Mereka selalu membuat narasi bahwa Islam identik dengan kekerasan, intoteleransi dan mudah mengkafirkan orang lain. Padahal tuduhan itu tidak sesuai dengan ajaran Islam.

-Mereka bilang Islam mengajarkan kekerasan.
-Mereka bilang Islam mengajarkan tidak toleransi.
-Mereka bilang Islam mengajarkan kebencian.
-Mereka bilang Islam menginginkan kehancuran suatu negara.
-Mereka bilang Islam pengadu domba.l

Itu semua hanya framing jahat yang dibangun oleh orang kafir. Yang dalam hatinya sudah tertanam rasa kebencian terhadap Islam. Lihatlah abu Jahal, abu lahab dan kroni kroninya yang terus membenci ajaran Allah SWT dan Rasulullah Saw.

Itu semua adalah propaganda orang – orang munafiqun yang harga diri dan surganya telah ditukar dengan kenikmatan dunia.

Islam mengajarkan bagaimana menghormati orang yang lebih tua.
Islam mengajarkan bagaimana mencintai dan membenci karena Allah SWT. Benci karena melanggar syariatNya, namun tidak lantas memaki – maki, memukul bahkan membunuh.
Islam mengajarkan menjunjung tinggi adab dan sopan santun.
Islam juga mengajarkan bagaimana bersikap keras terhadap orang kafir dan lemah lembut terhadap muslim. Keras bukan berarti seenaknya menghilangkan nyawa orang lain. Kafir dzimi, seorang kafir yang terikat dengan perjanjian maka kafir ini wajib dilindungi. Sedang kafir Harbi, kafir yang terlibat perang atau memerangi negara islam maka kafir ini wajib diperangi.

Sungguh sangat mulia sekali ketika syariat Islam di terapkan Secara Kaffah. Membuat kedamainya, kemakmuran, keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia baik muslim maupun non muslim.

Pertanyaan, Dimanakah letak keradikalan yang mereka tuduhkan?
Tak satupun dalam Al Qur’an yang mengajarkan kekerasan untuk seenaknya mendzolimi, membunuh, meneror dan sebagainya.
Itu hanya tuduhan yang tidak berdasar dan itu semua hanya wujud kebencian dari orang – orang kafir penjajah.

Jelas sudah bahwa Islam sama sekali tidak mengajarkan kekerasan ( radikal menurut definisinya orang kafir). Di dalam Islam hanya mengajarkan bagaimana seseorang bertaqwa kepada Allah SWT secara kaffah. Mengamalkan dan menerapkan ajaran Islam secara menyeluruh. Sehingga mencapai derajat taqwa yang tinggi yaitu la ‘ allakun tattaquun.
Sebagaimana yang selalu dipesankan oleh Khotib jum’at, yang mana menjadi syarat sahnya khutbah dan Yang tercantum dalam Al Qur’an surat Ali Imran ayat 102.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim”.

Akhir kata, Radikal framing jahat orang kafir untuk menghancurkan Islam dan taqwa adalah perintah Allah untuk mengamalkan Islam secara kaffah agar kehidupan didunia sesuai aturan dari Al Kholiq melalui institusi Daulah Khilafah Islamiyyah.

Wallahu ‘Alam Bhishowwab. []

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *