Antara Khilafah dan Nusantara

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Khaulah (Aktivis BMI Kota Kupang)

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS. al-Anbiya ayat 107). Kutipan salah satu ayat Alquran ini menegaskan bahwa ajaran mulia yang dibawa Rasulullah saw. adalah bukan untuk kaum Muslim saja. Bukan juga hanya untuk tanah tempat sang pembawa risalah mulia ini lahir. Lebih dari itu, ialah untuk seluruh alam. Termasuk di dalamnya tanah tercinta, Nusantara.

Kutipan ayat Alquran ini selaras dengan sejarah peradaban Islam. Apalagi tatkala kita menapaktilasinya, akan kita jumpai kemakmuran menghiasi sepanjang perjalanan daulah Islam. Dengan daulah Islam dapat diwujudkan Islam sebagai rahmatan lil-‘aalamiin.

Berbicara perihal Nusantara jika menyelisik kaitannya dengan tersebarnya Islam ke penjurunya, ternyata tak bisa lepas dari eksistensi dan peran Khilafah. Ya, dengan adanya Khilafah yang pada saat itu menjadi episentrum peradaban dunia, yang menaungi dua per tiga dunia, maka tak heran apabila utusan Khilafah berhasil menjejakkan kaki pada bumi Nusantara. Kita memang mengenal bahwa yang membawa ajaran Islam ke bumi Nusantara ialah Wali Songo. Tetapi, kita tak menyelam lebih jauh sebenarnya dari mana Wali Songo berasal.

Hari ini justru kita menjumpai begitu banyak pihak (ada dari kalangan kaum Muslim) yang bahkan alergi terhadap kata Khilafah. Mengapa demikian? Tentu salah satunya karena sejarah akan hubungan antara Khilafah dan Nusantarasudah dikaburkan bahkan dikuburkan.

Oleh karena itu, menjadi hal yang sangat urgen untuk menggali kembali kebenaran soal jejak Khilafah di Nusantara. Hal ini untuk menepis segala stigma buruk terkait Khilafah. Juga untuk menolak anggapan bahwa perjuangan Khilafah adalah perjuangan yang ahistoris. Tentu yang paling penting ialah mengenalkan kepada umat akan tapak tilas Khilafah di Nusantara juga memunculkan bara-bara perjuangan untuk tegaknya.

Jejak Khilafah di Nusantara begitu apik tersaji dalam film Jejak Khilafah di Nusantara (JKDN) yang tayang perdana pada Kamis 20 Agustus bertepatan pada tahun baru Islam, 1 Muharram 1442 Hijriah. Film JKDN ini mengungkap jejak-jejak Khilafah yang sempat terkaburkan dan terkuburkan. Film ini juga mendapat sambutan luar biasa dari berbagai kalangan masyarakat. Tagar #DakwahSyariahKhilafah dan #SejarahIslamIndonesia menjadi trending di jagat Twitter setelah beberapa puluhan menit diputarnya film itu.

Hal ini menunjukkan antusiasme masyarakat terhadap opini Khilafah yang digaungkan. Masyarakat begitu bergairah menapaktilasi Khilafah dari scene demi scene yang disajikan. Antusiasme masyarakat tak terlepas dari peran para hamlud dakwah dalam menyuarakan ide-ide Islam. Ya, hal ini menunjukkan perjuangan penegakannya begitu semangat dilakoni.

Ketika kita menyelami sejarah, tampak jelas bahwa Islam menjadi kunci perjuangan para pahlawan di negeri ini melawan penjajah. Mengapa demikian? Karena dalam Islam terdapat ajaran jihad yang akhirnya menginspirasi perlawanan tersebut. Perlawanan membela agama, membela kehormatan dan lainnya yang diiringi takbir yang membahana.

Lebih lanjut, pada masa penjajahan Belanda atas Nusantara, Khilafah Utsmani pernah mengirimkan perwakilannya ke Nusantara, menyokong umat untuk melawan penjajah. Penguasa Aceh Sultan Alauddin Riayat Syah al-Qahhar juga mengirim utusan ke Istanbul guna meminta bantuan militer untuk menghadapi Portugis. Jelas perjuangan melawan penjajah berpijak pada ajaran Islam. Yaitu ukhuwah Islamiyyah. Gamblang terlihat adanya persatuan antar sesama kaum Muslim dalam melawan penjajah. Kaum Muslim tidak tersekat oleh batas wilayah. Sekali-kali tidak.

Jelas sekali bahwa dengan adanya Khilafah, kaum Muslim tak seperti realita hari ini yang bak anak ayam kehilangan induknya. Sejatinya kaum Muslim mempunyai perisai, mempunyai pelindung. Ialah Khilafah Islamiyyah.

Dengan adanya Khilafah, tidak ada lagi kaum Muslim yang diinjak-injak kehormatannya. Khilafah yang digadang-gadang sebagai pemecah belah bangsa tak terbukti merugikan negara apalagi umat. Dan memang begitu potretnya. Justru dengan keberadaannya, bisa melindungi negara dan umat dari tangan-tangan durjana kafir penjajah.

Lihat saja realita hari ini. Kekayaan milik umum justru dijual ke tangan-tangan asing. Umat yang tak berpunya, dibantu ‘seadanya’. Padahal begitu banyak uang yang dijejal dalam saku-saku pribadi penguasa. Hari ini dengan sekularisme yang merasuk pada diri umat membuat umat tak mengenal Islam seutuhnya.

Oleh karena itu, penegakan Khilafah selaras dengan kebutuhan akan perubahan bangsa ini. Perubahan dari sistem sekuler kepada sistem Islam. Yang dengannya akan memberi perubahan secara sistemik.

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. al-A’raf ayat 96). Maka, dengan itu insya Allah jadilah Islam sebagai rahmat bagi semesta alam.

Wallahu a’lam bishshawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *