Oleh: Aisyah Farha
Dunia medsos Indonesia kembali diramaikan oleh challenge. Kali ini Lathi challenge hits diikuti oleh banyak kaum wanita terutama beauty vlogger. Challenge ini menampilkan transformasi wanita yang ditampakkan melalui make up yang kontras, dari wanita jawa yang cantik menjadi wanita mengerikan.
Seiring dengan penggemarnya, banyak juga yang menghujat Lathi. Bahkan Ustadz dari negeri sebrang Malaysia mengharamkan Lathi challenge dan menyerukan untuk menghentikan challenge ini.
Jika dilihat dari kacamata para penggemarnya, Lathi adalah ekspresi kebebasan wanita yang selama ini masih terjajah. Mereka merasa masih berada di level dua kemanusiaan, karena selalu menjadi korban kekerasan fisik dan mental.
Serta merta challenge ini menjadi viral karena banyak wanita yang merasa dibela kemuliaanya oleh lagu ini. Wajar, karena sistem kehidupan saat ini tidak memprioritaskan kemuliaan wanita. Sehingga banyak wanita yang mencari jalan keluar sendiri untuk memuliakan dirinya. Salah satunya dengan Lathi challenge ini. Namun apakah dengan challenge ini kemuliaan wanita berhasil didapatkan?
Jika dikaji lebih lanjut, challenge ini sama sekali tidak memiliki dampak apapun pada kemuliaan wanita. Sistem sekuler memang sudah membuat kaum wanita semakin nestapa. Alih-alih menyuarakan feminisme, para wanita malah menjadi objek yang menggiurkan. Tenaga mereka murah sehingga banyak digunakan oleh pabrik. Wajah dan tubuh merekapun diekploitasi untuk meraup keuntungan di bidang kosmetik dan lainnya.
Jika melihat dari sejarah, wanita zaman dulu dan zaman sekarang memiliki masalah yang sama, yaitu merasa direndahkan. Merasa tidak dihargai karena terbiasa menjadi objek kekerasan. Pada saat zaman jahiliyah, wanita juga menjadi objek kekerasan fisik dan mental oleh para pria.
Maka jika mencari solusi untuk permasalahan ini, kenapa tidak kita lihat dari agama kita dulu? Yang sudah tercatat dalam sejarah tinta kegemilangannya.
Sejarah telah menuliskan dengan tinta emas bagaimana Islam telah mengangkat derajat wanita menjadi mulia. Islam memuliakan wanita dari ia manjadi anak, menjadi saudara, kemudian menjadi siswa, anggota masyarakat, lalu menjadi ibu bahkan menjadi tetangga. Dalam semua level ini Islam telah memuliakan wanita.
Kita lihat bagaimana Islam memuliakan wanita. Rasulullah menyebut ibu tiga kali lebih banyak dari pada ayah yang harus lebih dulu dimuliakan. Juga saat Rasul bersabda, bahwa jika sesorang memiliki anak perempuan dua orang dan mendidiknya menjadi shalihah maka akan bersama dengan Rasul di surga.
Wanita tidak diminta untuk mencari nafkah, karena bukan kodratnya untuk hal itu. Namun Islam meminta wanita menjadi pendidik dan pengurus rumah tangga. Mendidik para generasi yang akan meneruskan kejayaan Islam. Dan syariat Islam dengan maksimal mengerahkan aspek yang lain agar wanita tetap berada pada jalur ini.
Masya Allah, begitu luar biasanya Islam telah memuliakan wanita. Mengapa masih mencari jalan keluar lain yang belum tentu keberhasilannya? Marilah kita ulang kembali sejarah itu, saat wanita begitu dimuliakan.
Wallahu A’lam Bish-shawab.