Al-Quran, Politik dan Nasionalisme

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Kamal Aboe Zaid (Aktivis Hizbut Tahrir Netherlands/Belanda)

Dalam Alquran kita diingatkan tentang kondisi suku Aus dan Khazraj selama Jahiliah. Kedua suku ini sering melakukan peperangan antar suku selama beberapa dekade sebelum Allah membuka hati mereka untuk Islam. Kebencian dan saling dendam yang sudah mengakar berubah menjadi cinta karena Allah. Perjanjian antar suku yang batil ditukar dengan perjanjian ideologis berdasarkan kesaksian Islam. Setelah memeluk Islam, emosi kesukuan yang mendarah daging-pun berubah setelah Nabi Muhammad SAW mengingatkan mereka tentang laranga kesukuan. Mereka akhirnya meletakkan senjata mereka, saling memaafkan dan saling berpelukan. Mereka juga diingatkan dalam sebuah ayat tentang pentingnya persatuan berdasarkan Islam.

Pada abad terakhir kita melihat sebuah pergeseran di dunia Muslim. Khususnya setelah runtuhnya Khilafah Islam pada 1924, yang dipicu oleh sentimen nasionalisme. Perpecahan politik di dunia Muslim saat ini adalah karena ditunjuknya boneka-boneka rezim yang hanya mementingkan keadaan nasional dan hanya menjaga ‘keseimbangan Kekuasaan’ di wilayah masing-masing. Oleh karena itu tidak mengherankan jika para penguasa di dunia Muslim saat ini banyak yang menyatakan bahwa penderitaan Muslim Rohingya atau Muslim Uyghur adalah masalah nasional yang tidak menjadi perhatian mereka. Atau para pemimpin tersebut mulai bergerak jika keamana nasional wilayah mereka diusik oleh negara lain (sesama negara Muslim). Ada beberapa hadist yang dengan tegas melarang nasionalisme, patriotisme, dan kesukuan, salah satunya:

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda: “man kharaja minath thâ’ati wa fâraqal jamâ’ata tsumma mâta mâta mîtatan jâhiliyyatan wa man qutila tahta râyatin ‘ummiyyatin yaghdhabu lil ‘ashabiyati wa yuqâtilu lil ‘ashabiyati falaysa min ummatî wa man kharaja min ummatî ‘alâ ummatî yadhribu barrahâ wa fâjirahâ lâ yatahâsya min mu`minihâ wa lâ yafî bidzi ‘ahdihâ falaysa minnî”

“Siapa saja yang keluar dari ketaatan dan memecah belah jamaah lalu mati, dia mati dengan kematian jahiliyah. Dan siapa yang terbunuh di bawah panji buta, dia marah untuk kelompok dan berperang untuk kelompok maka dia bukan bagian dari umatku. Dan siapa saja yang keluar dari umatku memerangi umatku, memerangi orang baik dan jahatnya dan tidak takut akibat perbuatannya terhadap orang mukminnya dan tidak memenuhi perjanjiannya maka dia bukanlah bagian dari golonganku-” (HR Muslim, Ahmad, Ibnu Majah, an-Nasai).

Karena itu, pengambilan keputusan politik harus didasarkan pada Islam dan buka hanya untuk kepentingan bendera nasionalisme atau pemimpin yang sok berkharisma namun ternyata hanya pencitraan. Ketika ada penderitaan didalam ummat, kita harus bertindak sebagai satu tubuh dan itu adalah bagian dari masalah kita. Ini juga berarti kita harus memberikan solusi Islam dan bergerak tidak hanya saat menyangkut negara ‘kita’ apalagi kemudian bergerak berdasarkan sentimen nasionalisme. Terutama ketika kita tahu bahwa berbagai tindakan dan operasi militer yang dijalankan setelah mendapat lampu hijau dari Washington, London atau Moskow.

Nation state (negara-negara bangsa) di dunia Muslim saat ini dirancang justru agar mereka terus-menerus menyulut sentimen nasionalis dan mempertahankan status quo. Kita didorong kembali seperti saat perpecahan politik antara Aus dan Khazraj selama Jahiliah untuk melemahkan kita. Ekploitasi politik ini ditujukan untuk mengkonsolidasikan hegemoni barat di wilayah kaum muslimin. Negara-negara Muslim di adu satu sama lain dan setiap negara mengibarkan bendera masing-masing.

Aus dan Khazraj akhirnya menjadi Anshar yang dipuji oleh Allah dalam Alquran. Mereka melayani Islam dan memainkan peranan penting dalam mendirikan Daulah Islam pertama di Madinah. Jika kita ingin mencapai perubahan Islam di dunia Muslim, ini kita juga harus memahami struktur kekuasaan di sebuah wilayah, tidak bergantung pada sentimen nasionalisme, dan menyadari bahwa rezim saat ini tidak dirancang untuk melayani Islam dan kaum Muslimin. []

Alih Bahasa oleh: Gesang Ginanjar

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *