Aksi Kekerasan Anak Pejabat Jadi Sorotan Masyarakat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Aksi Kekerasan Anak Pejabat Jadi Sorotan Masyarakat


 Ikeu
(Member Ksatria Aksara Kota Bandung)

Sungguh membuat geger publik atas kasus yang terjadi baru-baru ini dimana polisi telah menetapkan Mario Dandy Satriyo (20), anak pejabat Ditjen Pajak Kemenkeu sebagai tersangka atas kasus penganiayaan terhadap David (17), putra dari salah satu pengurus pusat GP Anshor. Menteri Polhukam Mahfud MD mengaku tak habis pikir ada anak pejabat pajak yang tega menganiaya seseorang hingga koma. Menurut Mahfud, orang tua Mario, yakni Rafael juga harus bertanggungjawab atas tindakan sang anak.

“Kalau lihat videonya, itu jahat sekali. Anak tidak berdaya diinjak kepalanya, dipukul perutnya, dan macam-macam. Itu jahat sekali. Kalau perlu bapaknya dipanggil juga kok bisa punya anak kayak begini,” ujar Mahfud dalam keterangannya. (Krjogja.com 24/2/2023)

Sebrutal ini generasi sekarang, sehingga krisis moral menjadi fakta yang tidak bisa dipungkiri. Seolah hilang kepekaan sesaat, tidak ada rasa belas kasihan menyakiti orang lain demi kepuasan pribadi. Kengerian akan balasan di akhirat sama sekali tak terpikirkan.
Sebenarnya, mereka seharusnya masih dalam bimbingan orang tua. Sayangnya, sistem kapitalisme sukses membuat masyarakat memandang dunia sekedar tempat bersenang-senang semata. Sehingga membuat para orang tua tidak berusaha mendidik anak menjadi orang bertakwa. Kalaupun ada yang berusaha, mewujudkannya sangat sulit di sistem saat ini.

Makin banyaknya tindak kekerasan yang dilakukan oleh pemuda, menggambarkan ada yang salah dalam sistem kehidupan saat ini. Mulai dari gagalnya sistem pendidikan membentuk anak didik yang beriman bertakwa dan berakhlak mulia, lemahnya peran keluarga dalam meletakkan dasar perilaku terpuji hingga rusaknya masyarakat. Semua itu adalah buah dari kehidupan yang berdasar sekulerisme, yang menjadikan akal manusia sebagai penentu segala sesuatu.

Salah satu hal yang dikaitkan dengan perilaku buruk anak adalah kesalahan pola asuh dalam keluarga. Hal ini dapat terjadi karena ketidaksiapan dalam berperan sebagai orang tua. Peran ini adalah satu keniscayaan, sehingga seharusnya menjadi bagian dalam kurikulum pendidikan dalam semua jenjang pendidikan. Namun saat ini hal tersebut justru tidak didapatkan dalam sistem pendidikan Indonesia. Kesadaran akan pentingnya ilmu menjadi orang tua malah menjadi salah satu peluang bisnis dalam sistem kapitalisme.

Negara dengan sistem kapitalisme pun minim upaya untuk membentuk kepribadian Islam pada diri generasinya. Bahkan sebaliknya, negara menyiapkan generasi untuk menjadi budak korporasi. Tontonan-tontonan yang mengandung kekerasan dan pergaulan bebas serta budaya hedonisme dibiarkan beredar. Bukan hanya sekedar merasa heran, tapi para penguasa dan masyarakat seharusnya sadar kalau generasi sengaja dirusak oleh sistem yang diterapkan saat ini.

Menerapkan sistem Islam solusinya. Dimana Islam memahami peran penting orang tua dalam mendidik generasi. Oleh karena itu Islam memiliki tuntunan bagaimana menjadi orang tua, tidak saja dalam menyiapkan anak untuk mengarungi kehidupan di dunia, namun juga agar selamat di akhirat. Tuntunan tersebut akan diintegrasikan dalam sistem pendidikan mengingat setiap orang, laki-laki atau perempuan akan menjadi orang tua. Mulai dari laki-laki sebagai ayah dipahamkan betul kalau mereka adalah pemimpin dalam rumah tangga, dimana setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban, wajib melindungi keluarga dari api neraka. Senantiasa mendidik anak agar jauh dari berlaku amoral.

Allah Swt. berfirman dalam surah At Tahrim ayat 6 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.

Kemudian penting sekali setiap wanita atau ibu-ibu dan calon ibu untuk mempelajari ilmu agama membekali diri, karena mereka adalah pendidik generasi, madrasah utama bagi anak-anaknya, menentukan baik buruknya generasi yang dilahirkan.
Seperti kata-kata penyair mesir

“Ibu itu madrasah (sekolah). Jika Anda mempersiapkan (dengan baik) kaum ibu, berarti Anda mempersiapkan (dengan baik) generasi keturunan yang baik.”

Ini adalah bentuk tanggung jawab yang Islam bebankan kepada negara, karena Islam menyadari pentingnya generasi dalam membangun peradaban yang mulia.

Wallahu a’lam bishshawab

 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *