Akibat Taraf Berpikir Rendah, Generasi Hasilkan Konten Unfaedah

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Akibat Taraf Berpikir Rendah, Generasi Hasilkan Konten Unfaedah

Asha Tridayana, S.T.

(Kontributor Suara Inqilabi)

 

Kecanggihan teknologi, ternyata tidak lantas membawa masyarakat pada taraf berpikir yang lebih mapan. Tidak sedikit masyarakat justru terjebak pada fasilitas teknologi sehingga menumpulkan logika berpikirnya. Keberadaan teknologi yang semakin maju, semestinya menjadi penunjang dalam mengelola akal dan tingkah laku. Harapannya, hal ini dapat memberikan perubahan yang berkualitas pada kehidupan masyarakat, bukan sebaliknya.

Seperti yang terjadi baru-baru ini, kecerobohan dalam memanfaatkan kemajuan teknologi telah menjerumuskan penggunanya hingga nyawa pun melayang. Di Kabupaten Bogor, seorang perempuan berusia 21 tahun meninggal dunia saat melakukan video call bersama teman-temannya. Korban tengah membuat konten candaan gantung diri dengan kain melilit di leher. Namun, tiba-tiba korban terpeleset dari kursi yang digunakan sebagai pijakan sehingga kain tersebut benar-benar melilit lehernya hingga tidak bernyawa. (https://www.cnnindonesia.com 03/03/23)

Tidak hanya itu, hobi memamerkan gaya hidup mewah pun kini menjadi tren di kalangan masyarakat dalam rangka eksistensi diri. Dikenal dengan istilah flexing. Pelaku flexing rela menghabiskan uang untuk membeli barang-barang bermerk hingga fasilitas mewah demi memberi kesan mampu pada orang lain, khususnya melalui media sosial. Kebanyakan pelaku flexing berasal dari kalangan muda yang memang lebih akrab dengan teknologi. Perilaku ini semata-mata dilakukan demi mendapat pengakuan dan didasari oleh perasaan kurang percaya diri, adanya tekanan sosial atau keinginan menarik perhatian lawan jenis,. (https://www.suara.com 26/05/23)

Kemajuan teknologi menjadi akses mendapatkan eksistensi diri atau pengakuan publik. Konten nyeleneh bahkan berbahaya pun dapat dilakukan sekalipun bertentangan dengan akal sehat. Mereka juga bersedia mengeluarkan banyak biaya dengan berbagai cara termasuk berhutang demi berlagak kaya. Asalkan dapat menunjang dan terpenuhi eksistensi diri yang kini menjadi prioritas. Hal ini terjadi karena orientasi hidup hanya untuk memuaskan diri dalam kesenangan semata atau hal-hal yang sebetulnya tidak bermakna dalam kehidupan.

Munculnya perilaku semacam itu berasal dari proses berpikir dan pemahaman individu yang rendah. Individu dengan taraf berpikir rendah berarti tidak memiliki pemahaman secara utuh terkait hakikat kehidupan. Oleh karena itu, terwujud perilaku yang rendah pula, yakni jauh dari logika. Sebaliknya, individu yang memiliki kaidah berpikir cemerlang (fikrul mustanir) akan senantiasa berhati-hati sebelum memutuskan atau melakukan sesuatu. Karena setiap perbuatan dikendalikan oleh pemikiran, sementara setiap perbuatan yang hendak dilakukan harus memiliki tujuan yang jelas.

Realita yang telah menjadi budaya ini menunjukkan bahwa kecenderungan individu telah bergeser dari fitrahnya sebagai manusia. Yakni akan merasa bersalah ketika melakukan sesuatu yang bertentangan dengan agama. Namun, masyarakat saat ini terutama generasi muda justru merasa baik-baik saja dengan perilaku buruk. Sensitivitas pada perilaku yang salah telah pudar karena kekeliruan ini telah terjadi secara berangsur-angsur dalam waktu yang lama. Sehingga perbuatan diluar akal sehat pun seolah menjadi hal yang wajar. Parahnya, malah mendapatkan apresiasi yang membuat pelaku serupa terus bermunculan.

Tentu saja, hal ini tidak terlepas dari pengaruh sistem kehidupan yang diyakini sekarang. Sistem yang telah mencengkeram kuat selama hampir 1 abad di seluruh dunia termasuk negara ini. Tidak lain, sistem kapitalis sekuler yang semakin merusak tatanan kehidupan dan menjadikan setiap individu tidak lagi mengenali ajaran agamanya. Bahkan semakin jauh dan terpisahkan di seluruh aspek kehidupan. Sehingga segala hal hanya bersandar pada keinginan tanpa peduli resikonya.

Sistem kapitalis sekuler semakin jelas menunjukkan kegagalannya dalam memuliakan manusia terlebih terkait kemampuan berpikirnya. Sistem kapitalis sekuler membuat manusia berpikir dangkal, hanya merespon fakta secara spontan. Bahkan tidak sedikit yang cenderung tidak mau tahu terhadap kebenaran yang hakiki. Mereka terbiasa dengan rutinitas yang melalaikan terlebih adanya fasilitas teknologi yang semakin mendukung kemalasan berpikir. Sehingga tidak dimungkiri taraf berpikir masyarakat sekarang semakin rendah dan sering kali diluar nalar.

Karena telah jelas ketidakmampuan negara melahirkan sosok individu yang berilmu tinggi dan peka terhadap kerusakan saat ini. Maka sangat dibutuhkan perbaikan yang signifikan dan mendasar dengan mengubah sistem kapitalis sekuler menjadi sistem yang shohih, sistem Islam. Sistem yang akan memuliakan manusia dengan menempatkan akal sesuai dengan fungsinya. Namun, peran akal ini tetap bersandar pada hukum-hukum Allah swt sehingga tidak melebihi batas. Dengan demikian, manusia senantiasa berpikir sebelum bertindak dan setiap tindakan memiliki tujuan yang jelas. Karena hal ini akan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah swt.

Negara yang menerapkan sistem Islam akan melakukan penjagaan terhadap umatnya melalui sistem pendidikan Islam. Setiap individu akan ditanamkan akidah Islam sebagai pondasi yang mengokohkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt sehingga memahami hakikat penciptaannya sebagai manusia dan tujuan hidupnya secara utuh. Kemudian dalam pergaulan di masyarakat pun akan terjaga dari konten-konten yang merusak karena negara membatasi dan memfilter segala tayangan di berbagai media.

Disamping itu, negara juga memfasilitasi umat terlebih generasi muda dengan berbagai kajian keilmuan untuk menajamkan akal dan meningkatkan taraf berpikirnya. Sehingga umat terbiasa berpikir kritis dan peka terhadap permasalahan kehidupan yang tengah dialami umat pada umumnya. Negara dengan penerapan sistem Islam menjadikan umat mampu berpikir cemerlang, yakni selalu merujuk pada syariat Islam dalam setiap perbuatan dan mengatasi persoalan bukan bersandar pada kepuasan hawa nafsu semata.

Allah swt berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:

“Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. al-Mujadalah ayat 11).

 

Wallahu’alam bishowab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *