Oleh: Evrita Febri
Fix. Hal yang paling ditunggu elite politik kini tercerahkan. Reshuffle kabinet pertama Jokowi untuk Kabinet Indonesia Maju resmi diumumkan sang Presiden. Pengumuman nama para menteri baru Jokowi ini digelar di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Selasa (22/12/2020).
Dalam reshuffle kabinet kali ini, Jokowi meracik ulang kabinetnya. Jokowi tidak hanya menampilkan wajah baru untuk menjadi pembantunya tapi juga melakukan pergeseran nama lama untuk menjabat posisi baru.
Komposisi menteri baru Jokowi diantaranya adalah Tri Rismaharini atau Risma sebagai Menteri Sosial yang menggantikan Juliari Batubara karena terjerat kasus dugaan korupsi dana bansos Corona. Kemudian Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengisi posisi Edhy Prabowo yang juga tersandung kasus dugaan korupsi.
Berikutnya, ada Menteri Perdagangan Muhammad Lutfhi yang menggantikan posisi Agus Suparmanto. Menteri Kesehatan diduduki oleh Budi Gunadi Sadikin menggantikan Terawan Agus Putranto dan Yaqut Cholil Qoumas menggantikan Fachrul Razi sebagai Menteri Agama.
Ada satu nama yang dinilai mencuri atensi publik, dialah Sandiaga Uno. Sandiaga Uno kini menjabat sebagai menteri baru Jokowi bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggantikan Wishnutama.
Tentu saja hal ini menjadi sorotan, karena sebelumnya Prabowo-Sandi dahulu rival politik Jokowi-Ma’ruf di pilpres 2019, setelah setahun yang lalu beradu di kontestasi politik kini bersatu dalam pemerintahan. Begitulah akhir kontestasi 2019. Happy Ending!
Sejalan dengan meme yang diposting Jokowi tentang reshuffle kabinetnya yaitu “Yang lalu biarlah berlalu, menjadi kenangan, juga pelajaran. Kita menatap hari esok dengan tekad, semangat, dan memancang harapan yang baru.”
Benar memang, ada Pelajaran yang bisa dipetik di masa lalu serta kenangan pahit pilpres dengan kuatnya persaingan dua kubu hingga jatuhnya para korban saat pemilu. Lantas, pelajaran apa yang bisa diambil dari kehadiran lawan politik di kabinet?
Inilah menunjukkan wajah demokrasi sebenarnya. Dalam sistem Demokrasi apapun niscaya terjadi. Tidak ada lawan dan kawan sejati, yang ada hanyalah kepentingan abadi.
Sudah kesekian kalinya rakyat dikhianati cukuplah fenomena itu dapat membuka mata rakyat bahwa sistem demokrasi tak bisa lagi diharapkan. Mau sampai kapan ditipu berulangkali?
Sudah saatnya beralih ke sistem yang jauh dari tipu-tipu dan pastinya tidak akan mengecewakan. Sistem itu ialah Islam dalam bingkai khilafah yang bersumber dari pencipta manusia dimana aturan yang dibuat sudahlah tentu paket lengkap untuk memudahkan manusia menjalani hidup di dunia.
Dalam khilafah, pemimpin yang dipilih pun sudah ditetapkan syarat-syaratnya diantaranya muslim; laki-laki; baligh; berakal; adil; merdeka; dan memiliki kemampuan menjalankan amanah pemerintahan. Dengan ketujuh syarat inilah yang mampu menjaga institusi dari tangan-tangan yang haus kekuasaan sekaligus mewujudkan penguasa yang mampu membawa rakyat kepada kesejahteraan hakiki.
Wallahua’lam bishawab.