Oleh: Anggun Permatasari
Tanggal 3 Maret 1924, adalah hari paling buruk dalam sejarah umat Islam. Hari itu, dimana institusi penjamin tegaknya syariat Islam secara sempurna runtuh. Peristiwa memilukan terjadi menimpa sebuah perisai umat, penjaga umat dan pelindung umat dilenyapkan dari muka bumi.
Kekuasaan yang telah berlangsung sekitar 13 abad lamanya dengan cakupan wilayah ⅔ bagian dunia kini hanya mengisi lembaran sejarah. Jangankan manusia, hewan, tumbuhan pun pasti ikut bersedih.
Wacana melenyapkan negara paling berpengaruh pada saat itu dimulai sejak didirikannya “base camp” para misionaris di Malta pada abad ke 16 dan pada tahun 1625 dipindah ke wilayah Syam. Hingga akhirnya berhasil mencatut agen-agennya dari berbagai negeri di wilayah Daulah Ustmaniyah dan menyusup hingga menempati posisi strategis di pemerintahan Daulah.
Adalah Musthafa Kamal Attaturk (semoga laknat Allah swt. menyertainya) yang merupakan masih keturunan Yahudi menjadi agen setia Inggris. Dia bersekongkol dengan kafir barat menggerogoti Daulah Islam dari dalam hingga Daulah Islam lemah dan sakit. Mustafa Kamal mengawali aksi revolusinya dengan mengganti kekhilafahan dengan baju kebangsaan. Sampai akhirnya melenyapkan kekhilafahan dan memisahkan Turki dari bagian wilayah Daulah Utsmaniyah.
Melalui beberapa muktamar yang dia gelar, dia berhasil menaklukan sebagian anggota parlemen untuk membuat konsesus deklarasi kebangsaan. Dengan manuver politik busuknya Musthafa Kamal berhasil memindahkan ibu kota Daulah yang semula di Istanbul ke Ankara.
Mustafa Kemal mengganti bahasa nasional Daulah Islam. Bahasa Arab sedikit demi sedikit dijauhkan dari umat Islam. Sekolah-sekolah agama Islam diganti dengan sekolah umum. Sungguh, Musthafa Kamal dan pengikutnya adalah para pengkhianat, penjilat dan pendusta. Wajar jika saat ajal menjemput, jasadnya ditolak bumi.
Padahal tinta emas sejarah mencatat, Daulah Khilafah merupakan negara digdaya paling disegani pada masanya. Daulah Khilafah sukses membuat negeri-negeri di bawah naungannya sejahtera. Rakyatnya baik muslim dan non-muslim diberikan hak-hak yang sama.
Will Durant dalam bukunya Story of Civilization, mengatakan, “Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan kerja keras mereka. Para Khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang untuk siapapun yang memerlukan dan memberikan kesejahteraan selama beradab-abad dalam wilayah yang sangat luas. Fenomena seperti itu belum pernah tercatat (dalam sejarah) setelah zaman mereka.”
Namun, sejak keruntuhannya, problematika kaum muslimin tidak mendapat solusi tuntas yang bersumber dari syariat Islam. Semua diselesaikan dengan hukum buatan kafir penjajah. Hukum-hukum syariat diabaikan dan bahkan direndahkan sebagai hukum yang dianggap tidak sesuai perkembangan zaman.
Sumber daya alam negeri-negeri muslim dijadikan bancakan para imperialis. Penguasa yang memimpin adalah penguasa boneka bentukan penjajah. Walhasil, negeri-negeri kaum muslimin membebek pada kafir penjajah. Kehormatan kaum muslim diinjak-injak sehingga banyak yang diuji dengan kepapaan.
Problematika ekonomi yang carut-marut, hingga umat dipaksa bergumul dengan riba. Harga kebutuhan pokok yang mahal membuat kemiskinan merajalela. Namun, sistem kapitalis sekuler melahirkan orang-orang yang memiliki gaya hidup bebas dan hedonis. Sehingga, banyak dari kalangan umat Islam yang terjangkit penyakit wahn (cinta dunia takut mati).
Sistem pendidikan yang tidak berlandaskan aqidah Islam membuat pemuda Islam asing dengan aturan Tuhannya sendiri. Generasi muda asing dengan syariat Islam, istilah-istilah bahkan simbol-simbol Islam. Tujuan pendidikan dibuat hanya untuk menyukseskan dan menggerakan roda perekonomian para kapital yang materialistis.
Muslimah saat ini dihinakan dengan gaya hidup sekuler dan liberal. Para wanitanya lebih suka mengejar karir di luar rumah ketimbang mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk mendidik anak dan mengurus keluarga. Keluarga sebagai banteng terakhir penanaman aqidah dan praktik penerapan syariat Islam semakin lemah bahkan direkayasa untuk dihancurkan melalui beragam cara oleh sistem sekuler kapitalis.
Belum lama ini muncul gerakan satu hari tanpa hijab yang merupakan propaganda para pendengki yang gerah melihat geliat hijrahnya para muslimah. Mereka tidak tinggal diam melihat muslimah yang mulai sadar bahwa menutup aurat adalah kewajiban.
Oleh karena itu, adalah tanggung jawab seluruh umat khususnya kaum muslimah untuk berjuang merebut kembali mahkota umat yang direnggut kafir penjajah. Mengingat peristwa keruntuhan khilafah merupakan dalam rangka menyadari urgensitas keberadaannya dan mendorong kaum muslimin, muslimah khususnya mewujudkan kembali perisai umat saat ini.
Allah swt. berfirman dalam surat Al-imran ayat 104: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
Kita harus optimis akan kembalinya khilafah ala minhaj annubuwah yang dijanjikan Allah swt. dan rasulNya. Oleh sebab itu, kita harus optimalkan segala daya dan upaya untuk menyongsong janji tersebut.
Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada. Lalu, Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan yang zhalim; ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan diktator yang menyengsarakan; ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya (no. 18430), Abu Dawud al-Thayalisi dalam Musnad-nya (no. 439); Al-Bazzar dalam Sunan-nya (no. 2796))
Semoga Allah swt. segera mendatangkan pertolonganNya atas kaum muslimin. Hingga agama Islam dimenangkan dan syariatNya sempurna terlaksana. Aamiin