Oleh: Riris Dwi (Member Akademi Menulis Kreatif)
Disadari atau tidak, hal yang paling mendasar dan paling sering dilupakan oleh orang yaitu bersyukur. Walaupun terkadang banyak yang melupakan hal yang terlihat ringan namun kerap disepelekan. Hal yang mudah untuk dilakukan namun tak banyak dilakukan oleh orang. Bersyukur adalah menerima dengan lapang dada dan ikhlas segala apapun yang diberikan oleh Allah kepada kita. Baik berupa materi, kesehatan, rezeki, nikmat duniawi, ilmu, saudara seiman, lingkungan yang mendukung berbuat kebaikan, dan lain sebagainya.
Terkadang pula, banyak ekspetasi atau keinginan manusia tidak sesuai yang diharapkan manusia itu sendiri. Namun, Allah lah yang mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk bagi hamba-Nya. Seperti firmanNya dalam Q.S 2- 216
وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللَّـهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216).
Jika kita sudah mengaku menjadi hamba Allah, berarti harus siap untuk melaksanakan segala konsekuensi dari syahadat kita. Tidak boleh ada keterpaksaan atau keberatan bahkan ketidakikhlasan. Karena setiap perbuatan kita haruslah dilandasi dengan niat yang ikhlas. Dan perbuatan itu harus Ma’ruf atau baik. Tidak boleh melakukan kemaksiatan dengan ikhlas. Karena perbuatannya salah tapi niatnya iklhas, itu juga tidak benar. Jadi harus ada komponen niat yang ikhlas lillahi ta’ala dan perbuatan itu juga harus dibenarkan hukum syara’.
Sebagai seorang muslim, kita juga harus mempunyai syakhshiyah atau kepribadian Islam. Jadi, Islam itu bukan hanya ibadah ritual saja. Yang mengatur perkara ibadah. Namun Islam itu jangkauannya sangat luas. Maka wajar, jika Islam juga mempunyai aturan mengenai aqliyah (pola pikir) dan nafsiyah (pola sikap) islami. Karena, perbuatan manusia itu disebabkan karena pemahaman atau pemikirannya tentang kehidupan ini. Apabila, ndak merubah tingkah laku manusia yang rendah menjadi luhur, yang buruk menjadi baik, tidak ada jalan lain kecuali harus mengubah pemahaman atau pemikirannya tentang kehidupan dunia. yang terkait dengan kehidupan setelah dan sebelum dunia.
Jadi, haruslah ditanamkan pada diri kita untuk bersyukur, mensyukuri nikmat Allah di setiap harinya.
Semoga kita senantiasa termasuk golongan hamba-Nya yang selalu bersyukur dan tidak kufur nikmat-Nya.
Wallahua’lam bishowab