Oleh : M Azzam Al Fatih (Penulis dan aktivis dakwah)
Orang yang telah mengikrarkan diri sebagai pengemban dakwah, artinya dia rela berkorban baik harta, waktu, tenaga, pikiran, bahkan nyawa sekalipun. Mengutamakan kepentingan agama diatas kepentingan pribadi serta Memaksimalkan apa yang dia punyai. Bergerak dan melangkah atas perintah dari Tuhannya, “Allah SWT”.
Walau sesungguhnya ada pertentangan batin pada dirinya. Hal itu tidak bisa dipungkiri sebab dirinya hanya manusia biasa. Yang mana pada setiap manusia memiliki nafsu yang merupakan fitrah manusia. Memang, kadang merasa jenuh terhadap aktivitasnya, kadang merasa ingin dekat dengan keluarganya, bercanda dan bergurau seperti keluarga pada umumkan.
Pejuang dakwah harus iklas tatkala harus pergi meninggalkan rumah demi amanah besar. Menahan rindu terhadap istri dan buah hatinya. Semua dilakukan demi proyek besar dalam rangka mengukir peradaban islam. Demi tercapainya kemuliaan hidup semua manusia.
Ingatlah, bahwa kedepan akan berhadapan dengan tantangan yang lebih besar. Laksana tembok Cina dengan dikelilingi tentara lengkap dengan persenjataan atau laksana berhadapan dengan militer Amerika yang terkenal kuat. Maka persiapkan diri baik mental, emosi, kreatifitas dan taktik yang cerdik. Ingatlah kedepan hanya menyisakan pejuang yang pemberani, kreatif, dan ketaqwaan yang tinggi kepada Allah SWT. Di tangannya kemenangan kan diraih. Ingatlah sosok Sultan Muhammad Al Fatih, sosok pemuda yang menaklukkan konstantinopel secara menakjubkan. Ingatlah Sholahuddin Al Ayyubi, dan para sahabat Rasulullah Saw yang selalu membersamai Rosululloh disetiap laga pertempurannya. Mereka semua adalah contoh pejuang yang pemberani dan kreatif dalam medan dakwah.
Pejuang, meskipun berhadapan dengan kekuatan besar, janganlah kendor dalam semangat dan jangan kecil nyali. Tetaplah bertahan dan istiqamah di jalan yang telah kita pilih, meski penuh dengan onak dan duri. Ingatlah Dien agama hanya bisa tegak di atas pundak orangg- orang yang memiliki Azzam yang kuat. Seperti azzamnya Annas bin Nadlar yang pernah berkata ” sekiranya Allah memberi kesempatan kepadaku untuk memerangi orang-orang musyrikin, niscaya Dia akan melihat apa yang aku lakukan.” Kemudian dia pun mengikuti perang uhud, berperang, dan syahid dengan luka ditubuh lebih dari 80 luka anak panah, pedang, dan tombak. Tubuhnya terkoyak dan tidak dikenali kecuali oleh saudara perempuannya lewat jari – jemarinya.
Ketahuilah bahwa Islam tidak akan tegak dan kembali mendapatkan kemuliaan dan izzahhya tanpa tekad baja seperti Mush’ ab bin Umair. Tekad yang meninggalkan masa mudanya, bahwa beliau adalah pemuda yang paling ganteng di masanya. Namun Kuah ‘ab bin Umair lebih memilih kehidupan yang keras, fakir dan bersahaja. Dan tekad inilah yang menjadi pintu masuk Islamnya kebanyakan penduduk Madinah. Mush’ ab bin Umair, sosok pemuda yang memiliki tekad baja, sampai beliau syahid di Medan jihad Uhud dengan kedua tangan putus karena mempertahankan Panji Rosululloh SAW.
Wahai pejuang dakwah, kalian adalah pilihan Allah untuk menggenggam bara api kemenangan Islam, meski kalian syahid di tengah jalan. Namun pejuang telah menempatkan diri sisi Allah SWT dan layak mendapatkan cinta NYA berupa Kemuliaan di akhirat yang tidak diberikan kepada siapapun kecuali para pembela agama.
Maka genggamlah risalah cinta dari Allah SWT, dengan tetap berdiri tegak bermental baja untuk menyambut kemenangan yang Allah SWT janjikan.
Tetap Istiqomah dengan segala kemungkinan resiko yang harus dialaminya. Genggam, dan genggam eratlah Sampai bisa melepas rindu bertemu SANG KEKASIH, pemilik cinta hakiki. Dan InsyaAllah, kalianlah yang layak. Aamiin.
Gunungkidul.