Mengokohkan Nafsiyah Islamiyah Pengemban Dakwah di Tengah Wabah

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Ira Ummu Syaiq

Wabah pandemik virus Corona (Covid-19) yang menggemparkan publik dunia masih terus
memakan korban. Dunia masih dicekam kecemasan dengan penyebarannya. Apalagi hingga
saat ini belum ada obat dan vaksin untuk mengatasi virus tersebut.

Dalam situasi seperti ini, di atas pondasi akidah, umat Islam khususnya para pengemban
dakwah selayaknya terus mengokohkan nafsiyah Islamiyah. Kekuatan nafsiyah (pola jiwa)
akan menjadi bekal berharga dalam menghadapiberbagai ujian.
Tetap Optimis dan Berbaik Sangka Kepada Allah

Semua bencana, termasuk wabah Covid-19 ini pasti berlalu dengan seizin Allah. Mentalitas
seorang Muslim yang meyakini keterbatasan serta kelemahan alam semesta dan kehidupan
ini, serta semua fenomena yang menimpanya, membuatnya yakin bahwa segala sesuatu yang
terindra memiliki ajal. Allah-lah yang berkuasa menetapkannya.

Dalam Shahih al-Bukhari dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah saw bersabda:
“Allah tidak akan menurunkan penyakit melainkan menurunkan obatnya juga.”

Hendaknya kita mengingat dengan baik wasiat Nabi saw kepada Ibnu Abbas:
“Bahwa apa saja yang menimpamu (sebagaimana yang sudah ditakdirkan), maka tidak akan
pernah meleset darimu, dan apa saja yang tidak terkena padamu (karena bukan ditakdirmu),
maka tidak akan menimpamu.”

Maka kita ada alasan bagi kita untuk tetap berprasangka baik (husnuzhan) pada-Nya,
mempercayai janji-janji-Nya, dan mengagungkan-Nya.
Menghiasi Diri dengan Mental Syukur dan Sabar

Dibandingkan dengan musibah yang datang, nikmat yang Allah berikan masih jauh lebih
banyak. Selain itu, dengan wasilah berbagai musibah itulah Allah Swt menggugurkan dosa-
dosa seorang hamba, yang mungkin sudah terlanjur menumpuk dan tak sempat ditaubati.Hal
ini akan mendorong kita selalu bersyukur kepada-Nya, meski musibah tengah melanda.

Sebagaimana firman Allah SWT, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, maka pasti Aku akan
menambah (nikmat) kepadamu,” (Q.S. Ibrahim: 7).

Bagaikan dua sisi mata uang, selain rasa syukur, seorang muslim juga dituntut untuk bersabar
dalam menghadapi cobaan atau musibah.

Allah Swt berfirman:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar. orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi
wa innaa ilaihi raaji’uun” . (Q.S. al-Baqarah [2] : 155-156).

Dari Shuhaib, Rasulullah Saw bersabda:
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang Mukmin. Seluruh urusannya itu baik. Ini tidaklah
didapati kecuali pada seorang yang beriman. Jika mendapatkan kesenangan, ia bersyukur. Itu
baik baginya. Dan jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Dan Itu pun baik baginya.”
(H.R. Bukhari-Muslim).
Tetap Istiqomah Dalam Dakwah

Tidak sedikit keluarga pengemban dakwah yang terdampak Covid-19. Sebagian penghasilan
kepala keluarganya berkurang, bahkan menghilang. Mereka semakin kesulitan memenuhi
berbagai kebutuhan hidup yang tidak mengenal kompromi.

Keadaan seperti ini terkadang menggerus ghirah juang para pendakwah. Namun kesadaran
bahwa hidup ini hanyalah wasilah menuju akhirat akan menguatkan mereka. Dakwah
merupakan jalan mulia, bagaimanapun kondisinya harus tetap berjalan.

Kita bisa berkaca pada kehidupan Nabi saw dan para sahabat. Berbagai ujian hidup sepahit
apa pun tidak pernah menyurutkan langkah dakwah mereka.Oleh karena itu, saat ini dakwah
ini tak boleh melemah, justru sebaliknya, harus lebih digencarkan.

Dakwah harus terus dilakukan agar Islam layak memimpin dunia. Kebaikan-kebaikan nilai
Islam dan solusi menyeluruh (dan parsial) dari konsep Islam kaffah dalam menangani wabah
dan berbagai persoalan harus terus disampaikan kepada masyarakat.
Mengokohkan Ukhuwah Islamiyah

Wabah Corona telah menjadikan banyak orang kehilangan mata pencahariannya. Kesulitan
mencari nafkah, terbelit utang, serta terancam kelaparan. Mereka yang semula punya mata
pencaharian menjadi terjepit. Siapa saja yang sudah sulit, semakin terbelit.

Berbagai musibah yang menimpa masyarakat, khususnya saudara seiman, sepantasnya
memunculkan rasa kasih sayang dan jiwa tolong-menolong. Demikianlah yang diperintahkan
oleh Allah Swt dan Rasul-Nya.

Itulah ciri setiap hamba yang ingin menjadi umat Muhammad saw (Q.S. Muhammad [47]: 48).
Begitu pentingnya kasih sayang kepada sesama Muslim, Nabi saw sampai mengingatkan
bahwa tanpa kasih sayang maka tak sempurnalah keimanan seorang Mukmin (H.R. Bukhari).

Wujud kecintaan pada sesama Muslim adalah dengan memberikan perhatian, bantuan, dan
doa. Memberikan bantuan dan perhatian pada sesama Muslim memiliki kemuliaan amat
besar di hadapan Allah Swt.

Demikianlah beberapa sikap dan akhlak terpuji pengokoh nafsiyah Islamiyah yang layak
menghiasi diri seorang muslim, khususnya para pengemban dakwah, dalam menyikapi
berbagai wabah dan beban hidup yang semakin berat seperti saat ini.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *