Menembus Keterbatasan
Oleh : Maulli Azzura
Seringkali kita menganggap diri kita sudah maksimal dalam beraktivitas. Begitupun ketika kita bercermin, menganggap kelebihan kita cuma segini segitu dan tidak mampu lagi begini begitu.
Sehingga kita merasa sudah cukup dan hanya itulah batas kemampuan kita. Lalu akhirnya kita terbelenggu oleh pikiran kita sendiri daripada tindakan-tindakan kecil yang membuat kita terus berkembang. Biasanya seseorang terbelenggu sama pemikirannya sendiri, merasa diri tidak ada perubahan dan meremehkan hanya segini kemampuan kita. Lambat laun, di distrik sama lingkungan, akhirnya stagnan. Kalau sudah stagnan pasti akan terjadi kemunduran dan tertinggal dari yang lain.
Kebanyakan orang tidak tahu bagaimana cara mencapai
target-target mereka. Karena umumnya terhalang rasa
tidak percaya diri. Lalu timbulah rasa malas.
Keinginanya,*Saya Akan Jadi Kuat dan Gak Akan Lemah*
Maka saya harus apa?, ya harus memberikan makanan pada jiwa (spiritual), hidup yang seimbang, lakukan zikir, baca buku-buku self help yang membangkitkan semangat, mengingat nasehat guru, mengingat mati, atau lebih santai dengan Mendengarkan musik yang menggairahkan hingga kita tergugah untuk bergerak bangkit.
Intinya, jangan pernah takut mengahadapi kesalahan
kecil. Karena dengan kesalahan itu akan membuat kita tahu dimana letak kekurangan kita sehingga kita bisa lebih memperbaiki di bagian itu.
Pernah baca tulisan :
“Kalau Anda menginginkan
perubahan kecil dalam hidup,
ubahlah perilaku Anda. Tetapi bila Anda menginginkan perubahan yang besar dan mendasar, ubahlah pola pikir Anda.”
Semisal kutu anjing yang mempunyai kelebihan lompatan tiga ratus kali dari tinggi tubuhnya.Tapi dia terkurung dalam kotak korek api. Setiap kali melompat tubuhnya terbentur dengan dinding kotak korek api.
Akhirnya dia memutuskan untuk melakukan lompatan yang rendah supaya tubuhnya tidak terbentur kotak korek api tersebut. Begitupun seterusnya dia lakukan lompatan, hingga kutu anjing tersebut terbelenggu oleh pemikirannya ” Sepertinya lompatan saya cuma segini saja”. Yang penting aman tidak kebentur dinding.
Itulah zona nyaman yang sedang membelenggu diri kita, asalkan kita ga sakit, asalkan kita masih bisa makan, asal kita masih sanggup menjalani kehidupan tanpa kesulitan dan masih-masih bla bla lain nya.
Harusnya seorang pengemban dakwah berusaha melepaskan diri dari belenggu pemikiran yang demikian. Sehingga kita akan mampu melakukan lompatan-lompatan yang jauh melampui pemikiran kita selama ini. Dan itu semua tidak lepas dari circle yang kita tempati.
Bukan pula dari segi pendidikan rendah atau umur yang mulai menua. Tapi karena keinginan untuk berubah dan salah satunya yang buat kita ga maju adalah merasa sudah umur, atau merasa pendidikan rendah. Padahal itu bukan sebuah masalah, melainkan mindset berpikir kita yang harus diubah.
Lihat Kol Sander sukses di umur 70 th, Nelson Mandela sukses di umur 65 th. Apakah mereka orang-orang yang beriman?. Mereka cuma modal gigih, kuat, dan pantang menyerah. Sedangkan kita punya Islam, Iman, Aqidah yang melahirkan konsep berfikir yang benar. Harusnya kita bisa melebihi ekspektasi mereka.
Mulailah dari pemikiran yang benar. Bukan hanya sekedar tujuan tapi tujuan yang benar. Awali dengan sebuah misi dan gambarkan tujuan serta cita-cita dakwah. Lebih baik proaktif, bertindak cepat mengenali lapangan dan memiliki pertimbangan yang ‘Good’, daripada sesuatu yang lambat meskipun dengan pertimbangan yang ‘Great’.
Dari situlah perilaku efektif menjadi luar biasa. Mulailah dengan menemukan atau mengenali keunikan diri sendiri. Dengan Motivasi yang tinggi, Mindset yang benar dan Make it ( Just Do It ). Gunakan Kekuatan Terbesar dalam diri kita, Mulai Hidup dengan penuh Energi, dan Jadilah Pribadi yang Lebih Luar Biasa untuk diri sendiri, orang lain dan dakwah.
Wallahu a’lam bish-shawwab
Be Inspire!!!