KEJAHATAN MENINGKAT DI BULAN RAMADHAN, KOK BISA?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

KEJAHATAN MENINGKAT DI BULAN RAMADHAN, KOK BISA?

Murni Supirman

(Aktivis Dakwah)

Bulan Ramadhan harusnya menjadi bulan intropeksi dan muhasabah diri bagi seluruh kaum muslim sebab, bulan Ramadhan bulan yang suci bulan penuh ampunan serta bulan dimana pahala dan dosa dilipat gandakan. Namun bukannya aktifitas kejahatan berkurang, yang ada justru kasus kejahatan semakin marak dan meningkat pada bulan Ramadhan ini.

Dilansir dari RADAR BOGOR, Kasat Reskrim Polresta Bogor Kota, Kompol Luthfi Olot Gigantara mengatakan, Jajaran Polresta Bogor Kota jauh jauh hari telah mengantisipasi terkait kerawanan kejahatan selama Ramadan.

Salah satunya, dengan menyiapkan enam pos penjagaan untuk mengantisipasi adanya kerawanan tersebut mulai dari pukul 21.00 sampai 06.00 WIB.

“Namun tentu kami membutuhkan adanya partisipasi langsung dari masyarakat untuk memberikan informasi secara cepat, kepada kami yang ada di 6 pos ini untuk segera kamu bisa merespon dengan cepat juga dan mencegah adanya tindak pidana,” kata Kompol Luthfi Olot Gigantara

Dalam tiga pekan terakhir saja Polresta Bogor Kota berhasil mengungkap tiga kasus kejahatan pencurian yang terjadi di wilayahnya. Pertama, kasus pencurian kendaraan bermotor (curanmor) di Jalan Warung Bandrek, Kelurahan Bondongan, Kecamatan Bogor Selatan, pada Jumat (23/2) lalu.

Polisi berhasil menangkap pelaku curanmor berinisial YG (26). Kasus tersebut bermula saat YG melakukan aksinya di Warung Bandrek. Pada saat itu pelaku berhasil mencuri sepeda motor beat street dengan nopol F4171DX milik Herry menggunakan kunci palsu.

“Pelapor langsung melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Bogor Selatan Kota Bogor agar dapat ditindak lanjuti,” ucapnya. (www.radarbogor.id)

Pengamat kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto mengungkapkan, meningkatnya kebutuhan masyarakat jelang Lebaran memicu tingginya angka kejahatan pada bulan Ramadhan.

Menurut Bambang, dengan adanya peningkatan kebutuhan, maka pengeluaran dari masyarakat juga pasti akan meningkat. Sementara, bagi sebagian masyarakat banyaknya pengeluaran dan biaya hidup tidak sebanding dengan penghasilan yang ada.

“Makanya ada masyarakat yang mencari jalan pintas untuk mendapatkan peningkatan pendapatan agar dapat memenuhi kebutuhannya selama Ramadan hingga jelang Lebaran dengan melakukan kejahatan,” kata Bambang saat dihubungi, Kamis (27/3).(mediaindonesia.com)

Sungguh miris jika kesucian bulan Ramadhan ternodai oleh maraknya kejahatan di tengah masyarakat. Sepanjang Ramadhan ini saja tidak sedikit kita melihat diberbagai flatform media sosial vidoe rekaman CCTV pencurian di toko kelontong, pencurian setandan pisang bahkan di dalam mesjid tak luput dari incaran si tangan panjang dll.

Tidak bisa kita pungkiri banyaknya kejahatan yang kerap terjadi di negeri ini akibat kemiskinan yang mendera masyarakat dan lemahnya iman yang menghujam di dada kaum muslim karena lemahnya pemahaman umat terhadap Aqidah Islam. Kondisi ini diperparah dengan naiknya harga bahan pokok jelang Ramadhan dan lebaran makin menguatkan tekad mereka untuk berbuat jahat. Andai saja mereka memiliki pekerjaan tentu mereka tak punya waktu untuk berbuat jahat. Sebab alasan yang kerap ada ketika seorang pelaku kejahatan tertangkap semuanya berlatar belakang ekonomi.

Penerapan sistem sekuler kapitalisme menjadi biang kerok munculnya permasalahan di tengah masyarakat bahkan semua terasa dalam segala lini. Pada akhirnya sistem ini menciptakan kemiskinan akut tak berujung. Ditambah lagi hilangnya peran negara dalam mendidik aqidah umat menjadi faktor merosotnya iman kaum muslim.

Penguasa seakan berlepas tangan atas segala urusan rakyatnya. Rakyat dibiarkan bertaruh dengan nasibnya sendiri, diperas atas nama pajak ditambah biaya pendidikan dan kesehatan semakin mahal hingga sulit rasanya hidup dengan ekonomi yang pas-pasan di negeri ini. Sementara para penguasa dan kroni-kroninya lebih fokus menyusun skenario demi mempertahankan kekuasaannya. Jadi wajar saja jika kejahatan terus ada dan meningkat sebab kebanyakan masyarakat bingung harus bagaimana bertahan hidup maka jalan pintas atas masalah itu ya mengadu nasibnya di jalan yang salah. Inilah realitas yang terjadi dalam sistem kapitalis sekulerisme.

Pada dasarnya, dalam kacamata kapitalis, negara hanya fokus pada penyebab terjadinya masalah tanpa fokus kepada solusi atas masalah tersebut. Hingga mereka hanya bisa menyalahkan kondisi masyarakat dari sisi luarnya saja sementara masalah pokoknya ada pada sistem yang diterapkan.

Berbeda dengan sistem Islam, Islam menjadikan negara sebagai ra’in. Negara hadir menjamin kesejahteraan rakyat melalui pemenuhan kebutuhan pokok rakyat seperti kesehatan, pendidikan dll. Negara juga akan menyediakan lapangan pekerjaan yang luas untuk rakyat sesuai skill yang dimiliki para laki-laki atau kepala keluarga. Hingga dalam sistem ini tidak ada pihak yang hidup dalam kemiskinan parah atau hidup menganggur. Negara akan menjamin keamananan di tengah masyarakat dengan pelayanan terbaik. Sebab dalam Islam negara berkewajiban memelihara keamanan, harta dan jiwa rakyatnya.

Dengan Islam negara akan membangun kehidupan yang aman dan tentram dengan kekuatan tiga pilar yakni ketakwaan individu dalam hal ini negara berperan menjaga ketakwaan itu dengan cara mengedukasi masyarakat dengan pemikiran islam dan mendakwahkan kepada masyarakat bahwa setiap perbuatan ada konsekuensi hukum yang akan dipertanggungjawabkan oleh mereka yang melanggar atau berbuat kejahatan berdasarkan hukum syariat Islam.

Negara juga berupaya mencegah pemikiran asing masuk ke dalam wilayah daulah baik dari segi tontonan atau hal-hal yang mampu mempengaruhi pemikiran masyarakat. Dalam bidang pendidikan negera menerapkan kurikulum berbasis aqidah Islam yang ditanamkan sejak dini kepada para siswa tujuannya agar ketakwaan itu sudah terbangun sejak dini. Pilar berikutnya adalah masyarakat yang peduli artinya aktifitas kontrol masyarakat berjalan dalam bentuk amar ma’ruf nahi mungkar di tengah masyarakat selanjutnya adanya negara yang menerapkan aturan berdasarkan syariat Islam dimana dalam pelaksanaannya negara akan memberi sanksi tegas dan menjerakan bagi para pelaku kejahatan. Dengan demikian Islam pada akhirnya mampu meminimalisir tindak kejahatan terlebih dalam suasana Ramadhan karena kuatnya ukhuwah Islam yang terjalin di tengah masyarakat.

Wallauhu’alam bish-showab

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *