Istiqomah dalam Mengemban Metode Dakwah Rasulullah

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Istiqomah dalam Mengemban Metode Dakwah Rasulullah

Ummu Fathya

Kontributor Suara Inqilabi

 

Pasca runtuhnya Khilafah Utsmaniyah pada 1924 M, kaum muslim terpecah-pecah dalam banyak negara dan mengalami keterpurukan dalam segala aspek kehidupan. Berbagai upaya kebangkitan terus dilakukan. Telah berdiri berbagai macam lembaga, harakah, kelompok, organisasi, yayasan maupun partai. Masing-masing telah menetapkan manhaj (metode) mereka sendiri dan menggunakan berbagai macam uslub (cara) yang berbeda-beda.

Ada yang menyeru kepada aktivitas khairiyah, menyeru pada nasionalisme & patriotisme, ada yang memilih bergabung dengan sistem yang ada (dengan alasan melakukan perubahan dari dalam), ada yang menggunakan jalur kekuatan dan ada juga yang berpandangan wajibnya menggunakan metode dakwah Rasulullah Saw. Kelompok ini berpandangan bahwa metode shahih bagi kebangkitan adalah metode perjuangan politik untuk melanjutkan kehidupan Islam dengan jalan mendirikan Daulah Islamiyyah.

Begitu juga di negeri ini. Berbagai macam kelompok dakwah Islam belum memahami wajibnya mengadopsi metode dakwah Rasulullah Saw. Bahkan menjelang pesta demokrasi 2024, kita menyaksikan sebagian parpol-parpol Islam ikut sibuk dalam kontestasi pemilu ala sistem demokrasi kapitalis. Terjebak dalam pragmatisme, mencari suara terbanyak agar mendapat jatah kursi di pemerintahan. Berharap mampu membangkitkan Islam dengan berjuang dari dalam sistem yang ada. Padahal sudah terbukti, berjuang untuk kebangkitan islam dari dalam sistem selalu berujung pada kegagalan. Walaupun mereka berhasil mendapat suara terbanyak di parlemen, ujung-ujungnya dikudeta oleh pihak militer atau mendapat penolakan dari umat. Sebagaimana yang pernah dialami oleh Ikhwanul Muslimin di Mesir, partai FIS di Al Jazair serta partai Refah di Turki.

Selain kurang memahami metode dakwah Rasul yang shahih. Umat pun masih kurang paham menggunakan uslub dakwah yang shahih. Sehingga sempat viral sekelompok muslim yang shalawatan di panggung perayaan natal, shalawatan atau khataman Al Qur’an ditutup dengan acara dangdutan. Ada juga kajian islam remaja yang diadakan sebelum acara prom nite konser musik K-pop dan sebagainya.

Setelah dikaji dengan seksama, berbagai kelompok dakwah yang tidak menggunakan metode dakwah Rasulullah Saw berujung pada kegagalan. Padahal mereka telah eksis cukup lama dalam aktivitas dakwah membangkitkan umat.

Mengapa Hal Ini Terjadi?

Lemahnya pemahaman umat terhadap Islam mabda dan serangan pemikiran Barat telah membajak gerakan-gerakan kebangkitan Islam. Mereka gagal dan bergerak ibarat binatang yang disembelih. Bergerak dengan penuh semangat di awal dan berujung pada kematian. Syaikh Taqiyyudin An Nabhani dalam kitab Takatul Hizb, menjelaskan Penyebab kegagalan tersebut, yaitu ;

1. Gerakan-gerakan tersebut berdiri di atas pemikiran yang bersifat umum tanpa ada batasan yang jelas (ammah ghayr muhaddadah) bahkan samar.

2. Gerakan-gerakan tersebut tidak memahami metode untuk merealisasikan fikrahnya.

3. Bertumpu pada orang-orang yg tidak memiliki kesadaran & iradah yang benar.

4. Orang-orang yang memikul tugas kepartaian tidak memiliki ikatan yang benar. Sekedar ikatan keorganisasian dan jargon-jargon partai belaka.

Lalu bagaimana sebenarnya gambaran metode dakwah yang shahih? Metode dakwah yang dicontohkan Rasulullah Saw yang terbukti telah berhasil mencapai kemenangan dengan tegaknya Daulah Islam.

Mengikuti Manhaj Dakwah Rasulullah

Dalam kitab Takatul Hizb, syaikh Taqiyyudin juga menjelaskan bagaimana metode dakwah yang ditempuh Rasulullah, yaitu ;

1. Tasqif (Pembinaan dan pengkaderan)

2. Tafaul ma’al ummah (berinteraksi dengan umat) dengan melakukan shiraul fikr (perang pemikiran), kifahus siyasi (perjuangan politik) dan thalubun nushroh

3. Istislam fil hukmi (tahap penerimaan kekuasaan dan penerapan hukum-hukum Islam)

Semua aktifitas ini haruslah bersama dengan umat. Partai harus mampu meraih kepemimpinan umat untuk bersama-sama berjuang melanjutkan kembali kehidupan Islam dengan tegaknya daulah Islamiyah atas manhaj kenabian.

Metode dakwah Rasulullah Saw terbukti telah berhasil membawa kemenangan Islam dengan tegaknya Daulah Islamiyyah di Madinah. Sudah seharusnya kaum muslimin meyakini keshahihan metode ini dan senantiasa istiqomah mengembannya hingga terwujud kembali kehidupan Islam yang kedua dengan izin Allah Ta’ala.

Janji Pertolongan dan Kemenangan

Kemenangan dakwah adalah suatu keniscayaan. Pertolongan itu ternyata ada pada puncak penderitaan dan kesabaran. Ketika Rasul saw. dan para sahabat mengalami penderitaan, mereka tetap bersabar dan tetap berpegang teguh pada syariah-Nya.

Diriwayatkan bahwa karena penderitaan yang luar biasa yang mereka alami, akibat berbagai macam siksaan dan penganiayaan orang-orang kafir, mereka sampai bertanya-tanya kapan pertolongan Allah akan datang. Allah SWT lalu berfirman:

“Apakah kalian mengira akan masuk surga, padahal belum datang atas kalian cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta diguncangkan (dengan berbagai macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersama dia, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” (QS al-Baqarah [2]: 214).

Karena itu yang dituntut dari para pengemban dakwah dalam menghadapi semua tantangan, gangguan dan ancaman dalam dakwah adalah meneladani Rasul saw dan para sahabat beliau. Mereka selalu yakin dengan pertolongan Allah SWT sehingga mereka selalu berkata:

“Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan sebaik-baik Pelindung” (QS Ali Imran [3]: 173).

Sesungguhnya cahaya Allah tidak akan pernah bisa dipadamkan oleh makar manusia. Islam pasti menang. Sesuai janji Allah SWT, sebentar lagi pertolongan-Nya akan segera datang. Islam akan menjadi satu-satunya mabda (ideologi) yang menang atas semua ideologi lain. Allah SWT telah berfirman:

“Orang-orang kafir itu kehendak memadamkan cahaya (agama) Allah, tetapi Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya (agama)-Nya meskipun orang-orang kafir itu membencinya” (QS at-Taubah [9]: 32).

Wallahu’alam bishshawaab.

 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *