Sekulerisme Mengoyak Tatanan Keluarga, Islam Solusi Nyata

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Sekulerisme Mengoyak Tatanan Keluarga, Islam Solusi Nyata

Oleh Suaibah, S.Pd.I.

(Pemerhati Masalah Umat) 

 

Berdasarkan hasil survey aplikasi just dating, Indonesia menjadi negara kedua di Asia yang terbanyak terjadi kasus perselingkuhan. Sementara Thailand menduduki peringkat pertama negara di Asia yang banyak kasus perselingkuhan. Sebanyak 50 persen responden mengaku pernah berselingkuh dari pasangannya masing-masing.

Untuk Indonesia hasil survei menunjukkan sebanyak 40 persen mengaku pernah menyelingkuhi pasangannya. Disusul kemudian ada Taiwan dan Singapura dengan hasil 30 persen pasangan mengaku berselingkuh. Sementara negara yang penduduknya paling setia adalah Malaysia. Hanya 20 persen penduduknya mengaku pernah berselingkuh (Tribunnews.com, 18/2/2023).

Banyak alasan yang membuat seseorang memutuskan untuk berselingkuh, meskipun alasan-alasan itu tidak selalu beralasan atau benar. Berikut beberapa alasan umum mengapa orang berselingkuh: Ketidakpuasan dalam hubungan, kesenangan, masalah dalam diri sendiri, dan kurangnya komitmen.

Sesungguhnya, akar masalah dari maraknya kasus perselingkuhan ini adalah karena diterapkannya sistem sekuler kapitalis ditengah-tengah kehidupan kita. Sebuah sistem yang memisahkan kehidupan dari agamanya. Sehingga orang tidak lagi takut untuk melakukan maksiat, agama cukup sebagai identitas tanpa aplikasi dalam kehidupan. Sekulerisme telah menjadikan manusia menghamba kepada nafsu, sehingga manusia hanya mengejar kesenangan jasadiyah belaka sebagai tujuan dari perbuatannya. Maka atas dasar kesenangan itulah kasus perselingkuhan dan perzinahan marak hingga merusak tatanan keluarga.

Maraknya perselingkuhan adalah bukti rapuhnya ikatan pernikahan dan bangunan keluarga. Tidak bisa dipungkiri bahwa faktor ketertarikan fisik dan mencari kesenangan adalah hal yang dominan. Ini adalah hal yang biasa dalam sistem sekuler. Dimana kesenangan jasadiyah adalah tujuan dari perbuatan maka tak heran orang akan melakukan apapun untuk meraih tujuannya termasuk selingkuh.

Oleh karena itu, masyarakat disibukkan untuk memenuhi kesenangan itu, mengumpulkan banyak materi hanya untuk menggapai kesenangan semu. Ditambah rendahnya keimanan, selingkuh dianggap salah satu solusi persoalan yang dihadapi.

Terlebih, buruknya sistem pendidikan sekuler yang diterapkan, telah menjauhkan masyarakat dari agamanya. Sekolah hanya seperti tempat untuk mencetak generasi yang pekerja, bukan generasi yang siap membangun peradaban. Proses pembelajaran yang tidak membekas, hanya sekedar tranfer of knowledge yang mengakibatkan ilmu hanya sekedar kekayaan intelektual semata yang minim aplikasi.

Ditambah lagi sistem pergaulan yang tidak islami, campur baur laki-laki dan perempuan yang tanpa batas dapat mengkondisikan selingkuh, sosial media yang bebas. Tata pergaulan yang bebas dan media yang tanpa batas ini sejatinya lahir dari sistem sekuler kapitalis yang menjunjung tinggi ide kebebasan, alhasil sistem sekuler kapitalislah yang menjadi biang kerok mudahnya masyarakat melakukan perselingkuhan.

Beda halnya dalam pandangan islam, ikatan pernikahan adalah sebuah ibadah bahkan perjanjian kuat dihadapan Allah SWT. Olehnya, itu pernikahan bukan hanya meraih kesenangan semata namun ada tujuan mulia lainnya yang harus dijaga agar terjalin rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar Rum 30: Ayat 21)

Jika dipahami dengan benar sesungguhnya tujuan pernikahan, maka akan mudah bagi suami-istri untuk meraih kebahagiaan dan terhindar dari konflik yang berlarut-larut. Islam tak hanya menjadikan keberlangsungan pernikahan wajib dijaga pasangan saja namun juga oleh masyarakat yang senantiasa melakukan kontrol sosial, beramar makruf nahy mungkar bahkan negara akan turut menjawab dengan berbagai hukum Islam yang diterapkan ditengah-tengah umat.

Sistem pergaulan yang diatur antara laki-laki dan perempuan dengan tidak adanya campur baur antara laki-laki dan perempuan kecuali dalam 3 hal yakni jual beli, pendidikan dan kesehatan, selain itu maka dilarang dalam pandangan islam. Media yang mengumbar aurat ataupun yang berbau pornografi-poroaksi akan diberantas oleh negara. Negara akan membuka lapangan pekerjaan yang luas dengan gaji yang tinggi sehingga memudahkan para suami untuk mencari nafkah keluarga. Beban pikiran pun tak berat karena kepala keluarga hanya memenuhi kebutuhan pokok saja yakni sandang, pangan dan papan. Sementara pendidikan, dan kesehatan gratis disediakan oleh negara. Para istripun ketika memilih bekerja bukan karena tuntutan hidup, namun untuk mengamalkan ilmu dan membangun negeri. Sehingga ketika masih ada yang melakukan perbuatan maksiat seperti selingkuh maka negara akan memberikan sanksi tegas kepada pelaku.

Wallahu a’lam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *