Eksploitasi Ibu Di Hari Ibu

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Eksploitasi Ibu Di Hari Ibu

Oleh Agung Andayani (Kontributor Suara Inqilabi)

 

Selama ini negara yang mengadopsi sistem kapitalis cara menghormati ibu dengan memperingatinya setiap setahun sekali yaitu setiap tanggal 22 Desember. Karena sistem kapitalis ini membuat pengembannya sibuk dengan urusan materi. Sehingga banyak anak yang mengabaikan dan bahkan ada yang melupakan ibunya. Maka agar tidak melupakan ibunya dibuatlah peringatan hari ibu untuk menghormatinya.

Di Indonesia sendiri dalam menyambut memperingati hari ibu 22 Desember kemarin. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar pameran bertema The Truth Inside You: Alunan Kisah Tentang Perempuan. Tema yang diangkat dalam pameran menampilkan kondisi dan peran perempuan dalam keseharian.

Sedangkan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) telah membuat tema Hari Ibu 2022. Tema Hari Ibu 2022 dan Sub Tema Tema utama PHI ke-94 adalah PEREMPUAN BERDAYA INDONESIA MAJU. Sub Tema 1 Kewirausahaan Perempuan, Sub Tema 2 Perempuan dan Digital Economy Latar Belakang, Sub Tema 3 Perempuan dan Kepemimpinan Latar Belakang, dan Sub Tema 4 Perempuan Terlindungi, Perempuan Berdaya Latar Belakang.

Diera sekarang perempuan khususnya ibu kalo tidak bisa menghasilkan cuan dianggap wanita tidak produktif. Inilah sudut pandang perempuan dalam sistem kapitalis. Semua dinilai dari sudut materi. Semakin manyak nilai materi yang diperolehnya pertanda semakin produktif.

Hal itu bisa kita lihat dari tema utama dan sub tema dalam memperingati hari ibu. Yang semuanya mengarah kepada pemberdayaan ekonomi, tujuannya memperoleh nilai materi. Kaum Ibu selalu digenjot dalam pemberdayaan ekonomi agar dapat meningkatkan perekonomian keluarga juga negara.

Pemberdayaan ekonomi terhadap kaum ibu ini sejatinya adalah suatu bentuk eksploitasi. Dikemas dengan bahasa yang halus terstruktur sehingga dipandang menawan membuat para ibu tidak merasa sedang di eksploitasi.

Membicarakan soal pemberdayaan ibu seharusnya dikembalikan kepada peran utama ibu sebagai pendidik generasi calon pemimpin masa depan. Karena ibulah pendidik yang pertama dan utama para generasi yang akan menjadi calon pemimpin dimasa yang akan datang.

Sejatinya peran ibu dalam kaca mata Islam adalah sebagai Ummu wa rabbatul bait. Maksudnya yakni menjadi ibu sekaligus manager rumah tangga. seorang ibu untuk anak-anaknya (ummu) dan pengurus rumah tangga (rabbatuil bait). Inilah cara Islam memuliakan seorang ibu. Ibu tidak bertanggung jawab dalam hal mencari nafkah atau menjadi tulang punggung rumah tangga. Rasulullah SAW bersabda:

“Seorang wanita adalah pengurus rumah tangga suaminya dan anak-anaknya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepengurusannya.” (HR Muslim)

Inilah bedanya pemberdayaan ibu ala kapitalis dengan pemberdayaan ibu ala islam. Tidaklah mudah pemberdayaan ibu sebagai pendidik generasi. Untuk itu dibutuhkan suatu sistem pendukung yang dibangun oleh negara dalam semua sistem kehidupan. Dengan demikian ibu bisa fokus dalam mengemban tugasnya dan tidak dibebani dengan kewajiban mencari nafkah. Sistem yang mendukung itu tidak lain adalah sistem Islam, sistem warisan Rosululloh Saw.

Wallahu a’lam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *