CHILDFREE, FENOMENA YANG MAKIN DIMINATI DI TENGAH BEBAN HIDUP YANG KIAN MENINGKAT

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

CHILDFREE, FENOMENA YANG MAKIN DIMINATI DI TENGAH BEBAN HIDUP YANG KIAN MENINGKAT

Oleh Ika Wulandari

Tren childfree adalah Keputusan/pilihan hidup pasangan pasutri untuk tidak memiliki anak. Tren ini semakin populer di kalangan masyarakat, terutama di kalangan generasi muda. Fenomena ini muncul sebagai respon terhadap berbagai faktor dan banyak yang mengaitkan tren ini dengan alasan ekonomi, biaya kebutuhan rumah tangga yang kian mahal, biaya pendidikan yang tinggi, mengejar karier, ingin terlihat awet muda, hingga gaya hidup yang lebih simple dan fleksibel. Di tengah biaya hidup yang terus melonjak, memiliki anak dianggap sebagai beban yang berat dan tidak semua orang siap menanggungnya.

Tren childfree ini tidaklah muncul secara tiba-tiba. Ada yang mendasarinya dan perlu diketahui bahwa childfree adalah prodak peradapan yang dilahirkan dari idiologi sekularisme. Idiologi sekularisme ini berasaskan memisahkan agama dari kehidupan. Maka melahirkan pemikiran-pemikiran yang menyebabkan meningkatnya tren childfree ini. Diantaranya,
Biaya Hidup yang Tinggi
Salah satu alasan utama mengapa pasangan memilih untuk childfree adalah meningkatkan biaya hidup. Dengan kebutuhan sehari-hari yang semakin mahal, banyak orang merasa bahwa memiliki anak akan menambah beban finansial yang signifikan. Hal ini diperparah oleh kondisi ekonomi yang membuat orang ragu untuk mengambil tanggung jawab tambahan (RRI.co.id, 15/11/2024)

Ide Hak Reproduksi Perempuan
Konsep childfree sering kali dipengaruhi oleh pemikiran feminis yang menekan hak perempuan untuk menentukan nasibnya sendiri, termasuk keputusan untuk memiliki atau tidak memiliki anak. Dalam konteks ini, childfree dianggap sebagai pilihan yang sah dan perlu dihargai (RRI.co.id, 15 Nov 2024)

Pola Pikir Liberal
Generasi muda saat ini cenderung mengadopsi pola pikir liberal yang lebih mengutamakan kebebasan dan kesenangan pribadi dari pada tanggung jawab terhadap keluarga. Hal ini menciptakan pemikiran bahwa anak adalah beban, bukan berkah.

Sekularisme dan Ketidakpercayaan pada Konsep Rezeki :
Dalam masyarakat yang semakin sekuler, banyak orang yang meremehkan konsep rezeki. Karena mereka tidak melihat adanya jaminan bahwa memiliki anak akan membawa kebahagiaan atau keberhasilan finansial.

Dampak Negatip Childfree
Tidak mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan pahala jariyah. Padahal Rasulullah berkata apabila seorang meninggal dunia, terputuslah semua amalnya kecuali 3 (tiga) salah satunya anak saleh yang selalu mendoakan orangtuanya. Menyelisihi apa yang Rasulullah perintahkan untuk memiliki banyak anak, Ide ini juga bertentangan dengan syariat Islam yang justru mendorong pasutri untuk mempunyai anak yang banyak, dari Anas bin Malik berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam memerintahkan: Menikahlah kamu dengan Wanita yang penyayang dan subur, karena aku akan berbangga dengan banyaknya kamu di hadapan nabi-nabi yang lain di hari kiamat. ”(HR Ibnu Hibban 9/338,Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Irwa’ no 1784)
Selain itu childfree juga berdampak negatip pada pertumbuhan populasi masyarakat di suatu negara.

PANDANGAN ISLAM TENTANG CHILDFREE
Barang siapa yang menyangka bahwa Allah akan menyempitkan rezekinya dengan banyak anak, jadilah apa yang disangkanya. Sebaliknya, orang-orang yang memandang kelahiran anak secara positif, juga akan memperlakukan anak-anaknya secara positif. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat QS Al-Isra’ ayat 31:
وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ ۖ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ ۚ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami-lah yang akan memberi rizqi kepada mereka dan juga Anda. Sebenarnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. [al-Isrâ’ 17:31]
Dan dalam surat QS. Al-An’am ayat 151 :
وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ مِنْ إِمْلَاقٍ ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena sebab kemiskinan. Kamilah yang akan memberikan rizqi kepadamu dan juga kepada mereka. [Al-An’am 6:151]
Umar bin Khatab berkata, “Perbanyaklah anak, karena kalian tidak tahu dari anak mana pintu rezeki akan terbuka lebar.

Alasan bagi seorang Muslim haram hukumnya mengadopsi Ide Chilfree :
Ide ini lahir dari Masyarakat barat yang berideologi sekulerisme yang memisahkan agama dari urusan keluarga dan hanya mempertimbangkan segala sesuatu berdasarkan prinsip manfaat semata bukan karena halal dan haram

Ide ini ada karena khawatir mengalami kesulitan finansial jika punya anak, ini bertentangan dengan Aqidah Islam bahwa Allah telah menjamin rezeki setiap makhluk-Nya, seperti dalam firman Allah SWT surat QS. Hud ayat 6
وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ
“Tidak ada satu pun hewan yang bergerak di atas bumi melainkan dijamin rezekinya oleh Allah. Dia mengetahui tempat tinggalnya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauhulmahfuz)”. [Hud 11:6]

Ide ini bertentangan dengan syariat Islam bahwa prinsip dasar pernikahan itu adalah untuk berketurunan dan mempunyai anak , seperti pada QS. An Nahl ayat 72 :

وَاللّٰهُ جَعَلَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا وَّجَعَلَ لَكُمْ مِّنْ اَزْوَاجِكُمْ بَنِيْنَ وَحَفَدَةً وَّرَزَقَكُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِۗ اَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُوْنَ وَبِنِعْمَتِ اللّٰهِ هُمْ يَكْفُرُوْنَۙ
“Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri, menjadikan bagimu dari pasanganmu anak-anak dan cucu-cucu, serta menganugerahi kamu rezeki yang baik-baik. Mengapa terhadap yang batil mereka beriman, sedangkan terhadap nikmat Allah mereka ingkar?” [Qs. An Nahl 16:72]

Islam memandang anak sebagai amanah sekaligus rezeki dari Allah. Anak bukan hanya menjadi pelengkap kebahagiaan, tapi juga ladang amal bagi orang tua. Melalui anak, kita bisa menciptakan generasi yang lebih baik, melanjutkan kehidupan Islami, dan memperoleh doa dari keturunan yang saleh.

Wallahu A’lam Bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *