Ridho Orang Tua Bagi Istri Kedua

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Shofya Chafilla Ulfa 

Mbak saya mau tanya…
Hal apa yg membuat orang tua merestui calon menjadi suami mbak? Dan jawaban seperti apa yg mbak utarakan pd orang tua? Dan apakah saat itu orang tua menentang atau bersikap pertengahan dengan syariat ini?

===================

Sedikit cerita ya….
Jadi ingat waktu itu…
Singkat cerita ketika calon suami hendak melamar, beliau saya sarankan menghadap ke orang tua saya…

Namun….
sebelum beliau ke rumah saya memastikan bahwa R1 memang mendukung niatan suaminya untuk menikah lagi…
Baru ketika semua sudah pasti saya pelan-pelan mulai masuk di keluarga saya…

Waktu itu butuh waktu dua bulan untuk memahamkan keluarga, saya tidak mau mengulur ulur karena saya takut jika menolak lamaran laki-laki yang saya nilai beliau sholih…

Ceritanya….
Saya tipe anak gadis yang nge-Fans banget sama Abah. Pokoknya pingin suami nanti seperti Abah karakternya; jujur, bertanggung jawab, loman (suka berbagi), jembar atine (pemaaf), suka menyambung silaturahmi dan bijaksana…

Akan tetapi secara emosi saya lebih dekat dengan ibu. Akhirnya, waktu itu saya beranikan diri menyampaikan ke Ibu…

Dan….
Subhanallah reaksi ibu sempat menangis, marah, kecewa, berhari hari membahas hal itu dan saya pun beberapa kali disidang…

Sebagai anak saya merasa tidak kuat melihat reaksi ibu, saya merasa bersalah, menangis dan terus berdoa meminta petunjuk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala….

Semuanya itu saya hadapi sendiri karena memang saya belum berani memunculkan sosok calon suami saya kepada orang tua…
Antara maju atau mundur, Lanjut atau tidak….
Setiap hari saya berfikir, merenung dan menimbang-nimbang lagi apakah pilihan saya ini benar atau tidak…

Ibu memberikan gambaran yang detail jika saya siap menerima pinangan itu berarti saya harus siap dengan konsekwensi yang terjadi…
Menghadapi cibiran masyarakat, menjadi aib keluarga, belum lagi tekanan dari dalam, dan sebagainya. Saya memahami ibu menyampaikan itu karena beliau sayang kepada saya…

Ibu berusaha melarang saya, Sebelum perbincangan ini sampai ke Abah…
Sayapun terus berupaya berfikir STRATEGI melobi sana sini sampai akhirnya saya melobi adik laki-laki saya…

Alhamdulillah adik bisa netral dan bisa memahami pilihan saya. Tentunya dengan gaya bahasa kakak kepada adiknya, bahasa perempuan kepada seorang laki-laki…

Setelah itu, Adikpun merayu dan memberikan pemahaman kepada ibu. Sampai endingnya ibu berpasrah, menyerahkan semua keputusan kepada saya karena beliau memahami saya yang akan menjalani pilihan hidup menjadi istri kedua…

Setelah semua clear di Ibu tinggal PR besar pada Abah saya tercinta. Jujur, saya tidak bisa menghadapi Abah karena waktu itu kita memiliki obsesi yang berbeda…

Abah ingin saya terus melanjutkan studi sampai PNS, sedangkan saya merasa lelah dan bukan mental dan pilihan saya menjadi PNS. Akhirnya ibu, saya, adik dan calon suami memutuskan untuk menghadapi Abah secara langsung dan bersama-sama…

Respon Abah seketika KAGET. Abah bertanya tanya ini siapa kok tiba-tiba ada laki-laki datang melamar anaknya, mendadak, tidak ada kabar sebelumnya, dengan kondisi yang sama Abah berharap banyak kepada saya…

Ibu memberi pengantar dengan penjelasan yang sangat pelan untuk MERAIH HATI Abah…
Calon suami juga menyampaikan siapa dirinya dengan jujur. Bahwa beliau ingin melamar saya menjadi istri kedua dengan status beliau telah beristri dan memiliki 3 orang anak waktu itu…

Sontak saja Jawaban abah hanya satu MENOLAK…

Saya dan calon suami bisa memahami itu. Setelah itu kami sempat “disidang” mulai jam 7 malam ba’da isya sampai jam 1 dini hari…
Disitulah segala visi misi rumah tangga, impian, dan pernak pernik pilihan hidup kita sampaikan…

Bahwa kita ingin menikah resmi, tidak sembunyi-sembunyi, ingin menjadikan pernikahan poligami ini sebagai visi-misi DAKWAH, merubah pemahaman masyarakat yg memandang buruk rumah tangga poligami….

Namun, dari apa yang kita sampaikan Abah tetep keukeuh dengan pendiriannya berharap saya tidak jadi menikah dengan calon…
Alasan lain adalah Waktu itu juga ada beberapa anak dari relasi Abah yang melamar saya…
Mungkin itu yg bisa menjadi pilihan alternatif buat saya…

Keesokannya kita kembali berusaha meyakinkan ibu. Hingga ibu memahami visi rumah tangga poligami yang akan kami bangun sehingga ibu bersedia untuk “pasang badan”….

Ibu meyakinkan kita kalau ibulah yang tahu persis sifat dan karakter Abah dan lebih tau bagaimana caranya meraih hati Abah agar meridhoi niat baik kami berdua. Selanjutnya kita manut sesuai arahan ibu…

Kami pasrah, sempat stagnan, berdebar-debar, ditambah suasana rumah saat itu sedikit tegang tidak seperti biasanya yang penuh canda ria…

Waktu ibu sedang berbicara dengan abah, tidak sengaja saya sempat melihat ibu dan abah beliau berdua menangis dan sedih dengan pilihan saya…

Jujur Hati saya juga tak mampu menahannya, seperti tercabik cabik, gagal menjadi anak impian kedua orang tua…

Namun….
Saat itu saya berusaha mengingat kembali apa yg membuat saya tertarik dengan beliau, calon suami saya ini…?
Sedangkan kalaupun saya menolak masih banyak laki-laki lajang yang melamar saya…
Saya berfikir dan merenung minta petunjuk kepada Allah…

Sampai seperti yang saya sampaikan ditulisan saya sebelumnya…
Kami berdua MENTOK menghadapi abah..

Hingga keluarlah JURUS terakhir…
Kami sampaikan SYUKUR dan RIDHO terhadap takdir ini….

Qodarullah, pelan-pelan kata demi kata itu masuk kedalam lubuk hati abah hingga akhirnya beliau menerima lamaran calon suami…
MasyaAllah, kami merasakan betul keajaiban dan pertolongan Allah Sang Maha membolak balikkan hati…

Hati abah seketika LULUH kepada apa yang kami sampaikan dan perjuangkan…
Alhamdulillah, Semua yang terjadi Atas IJIN ALLAH….

Tanpa Allah kita hanya manusia lemah…
Dan, setiap Mengingat proses itu saya selalu bersyukur…
Bersyukur tiada henti….

Saya merasakan bagaimana perjuangan ibu dan adik laki-laki saya menghadapi Abah yg luar biasa…

Dan tentunya perjuangan calon suami sampai beliau mendapat restu kedua orang tua saya dan sah menjadi suami saya saat ini…

Alhamdulillahirabbil’aalaamiinn..

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *