Ramadan Berlalu, Istiqamah Selalu

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Euis Purnamasari

Ramadan telah berlalu. Namun seharusnya, semangat ketakwaan saat Ramadan tidak boleh pudar, Sebab hikmah ibadah shaum selama sebulan penuh adalah untuk menguatkan dan menaikkan derajat kita ke level takwa (QS. al-Baqarah [2]: 183). Selama Ramadan umat diberi riyadhah (pelatihan) yang luar biasa. Kita ”dipaksa” menahan hawa nafsu lapar, haus dan dorongan seksual sejak fajar hingga magrib. Kita didorong untuk melakukan tilawah Al-Qur’an dan qiyamul layl (shalat tarawih), banyak bersedekah dan lain lain. Semua itu dilakukan sembari mengerjakan aktivitas harian seperti biasa. Pada sepuluh hari penghujung Ramadan kaum Muslim juga dianjurkan menghidupkan mesjid-mesjid dengan beritikaf. Di antaranya untuk mendapatkan keutamaan lailatul qadar.

Dengan kadar ibadah seperti demikian semestinya siapa saja akan semakin kuat ketakwaannya kepada Allah Swt. Pada siang hari selama Ramadan ia bisa mengendalikan kebutuhan dan naluri fitriyah berupa makan dan minum, juga berhubungan suami-istri. Di luar Ramadan seharusnya ia pun bisa mengendalikan diri dari memakan harta yang haram, pergaulan yang haram dengan lawan jenis, dan lain-lain.

Sayang, pada sebagian Muslim, semangat takwa itu begitu cepat pudar saat Ramadan berlalu. Hanya selang beberapa hari saja, semangat Ramadan itu langsung menghilang. Padahal amal yang paling dicintai oleh Allah Swt. adalah keteguhan atau keistiqamahan. Suatu ketika Nabi saw. dimintai nasihat oleh seorang sahabat.

Beliau lalu bersabda: “Katakanlah, Aku beriman kepada Allah. Kemudian beristiqamahlah! (HR. Muslim)
Allah Swt. menyebutkan besarnya keutamaan orang yang istiqamah dalam ketaatan:

“Beristiqamahlah kamu (di jalan yang benar), sebagaimana kamu diperintah, juga orang yang telah bertobat bersama kamu. Janganlah kalian melampaui batas! Sungguh Dia Maha melihat apa saja yang kalian kerjakan.” (QS Hud [11]: 112)

Merawat Keistiqamahan

Agar menjadi hamba yang senantiasa istiqamah dalam ketaatan, kaum Muslim perlu menghayati sejumlah hal. Pertama: Mengingat kematian dan tempat kembali kepada Allah Swt. Setiap Muslim mesti meyakinkan diri bahwa kehidupan ini fana. Kelak dia akan kembali kepada Allah Swt. Pada saat itu tak ada yang bisa menyelamatkan dirinya selain ketakwaan. Rasulullah saw. mengingatkan bahwa kedudukan seseorang di hadapan Allah Swt.

“Sungguh amal-amal itu ditentukan saat penutupan (akhir)-nya.” (HR. al-Bukhari)

Dalam hadis lain Rasulullah bersabda,
“Demi Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, ada seseorang di antara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga hingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga, kecuali sehasta saja. Lalu dia didahului oleh ketetapan Allah. Kemudian dia melakukan perbuatan ahli neraka sehingga dia masuk neraka. (HR. al-Bukhari)

Kedua: Menjadikan Allah Swt. dan Rasul-Nya sebagai satu-satunya yang ditaati secara mutlak. Sikap istiqamah bisa runtuh ketika manusia lebih memilih menaati pihak selain Allah Swt. dan Rasul-Nya. Mereka bahkan akan melaknat para pejabat, pimpinan dan raja yang dulu mereka taati di dunia (QS. al-Ahzab [33]: 66-68).

Ketiga: Menaati setiap perintah Allah Swt. tanpa memisahkan satu hukum dengan hukum yang lain. Hari ini hukum-hukum Islam dipilah dan dipilih. Sebagian diamalkan. Sebagian ditinggalkan. Ada Muslim yang bisa begitu tekun dan khusyuk beribadah, tetapi kehidupannya berkubang dalam muamalah ribawi. Ada yang bisa menjalin hubungan baik dengan kalangan non-Muslim bahkan penganut LGBT, namun membenci saudaranya yang memperjuangkan syariah Islam secara kaffah. Ada yang bersemangat dalam amal ibadah shaum, shalat berjamaah, tilawah Al-Quran, sedekah, umrah dan berhaji. Namun, mereka mengabaikan syariah Islam dalam hukum pidana, muamalah, politik dan negara. Bahkan di antara mereka ada yang menyatakan sebagian hukum Islam mengancam tatanan kehidupan masyarakat. Padahal Allah Swt. telah berfirman:

“Apakah kalian mengimani sebagian al-Kitab dan mengingkari sebagian lainnya? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian di antara kalian, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada Hari kiamat mereka akan dilemparkan ke dalam siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kalian perbuat.” (TQS al-Baqarah [2]: 85)

Keempat: bersabar dalam ketaatan. Istiqamah dalam ketaatan membutuhkan kesabaran. Sebabnya, orang yang istiqamah akan dihadapkan pada ragam ujian sampai ia menghadap Allah Swt. Sebagaimana firman-Nya:

“Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan saja berkata, “Kami telah beriman,” sementara mereka tidak diuji lagi?”” (TQS. al-Ankabut [29]: 2)

Sabar yang diperlukan seorang hamba adalah sabar menghadapi musibah, sabar menjalankan ketaatan dan sabar menghadapi kemungkaran. Ketiga jenis kesabaran itulah yang mutlak diperlukan seorang Muslim dalam meniti keistiqamahan.

Pada masa sekarang, ketika umat Muslim ada dalam kemunduran, berpegang teguh pada Islam menghadapi ujian yang sangat berat. Tudingan radikal, fundamentalis, kaku, konservatif dan lain-lain sering disematkan pada kaum Muslim yang sedang merawat keistiqamahan. Bahkan tidak jarang intimidasi secara fisik pun harus dialami seperti larangan menutup aurat dan bercadar, diberhentikan dari pekerjaan, diusir oleh keluarga, lingkungan dan sebagainya.

Dalam hal ini baginda Nabi saw. memberikan motivasi bahwa kesabaran pada akhir zaman mendatangkan kebaikan yang amat besar:

“Akan datang kepada manusia suatu zaman saat orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR at-Tirmidzi)

Kelima: tetap beramal sekalipun hanya sedikit. Amal yang paling Allah cintai adalah yang terus dilakukan meskipun sedikit. Nabi saw. bersabda:

“Amalan yang paling Allah cintai adalah yang paling berkelanjutan meski hanya sedikit.” (HR Muslim)

Demikianlah, keistiqamahan adalah buah yang harus diraih pasca Ramadan. Ada sebelas bulan lagi yang harus dijalani hingga bertemu dengan Ramadan tahun depan. Janganlah kita menjadi hamba Ramadan, tetapi jadilah hamba Allah Swt. yang senantiasa menaati-Nya sepanjang hayat.
Wallahu a’lam bishawab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *