Oleh : Rita Yusnita (Forum Bunda Sholehah)
Menutup aurat dan berbusana muslimah adalah suatu kewajiban para muslimah. Jadi, tak ada alasan yang bisa membenarkan bahwa jilbab itu harus menunggu siap. Tapi berjilbablah,…!! Maka InsyaAllah kita akan disiapkan. Berhijab bukan pernyataan bahwa kita bebas maksiat, tapi berhijab pernyataan sederhana bahwa saya ingin taat Ya Allah.
Banyak teman-teman yang ingin sekali berjilbab, tapi sepertinya sulit sekali memutuskan. Pekerjaan dan hati yang belum siap merupakan alasan paling banyak penulis dengar. Allah berfirman dalam Al Quran yang artinya, “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang beriman : “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59).
Selain itu, Rasulullah SAW juga bersabda mengenai batasan aurat wanita. Berdasarkan hadits Abu Daud dari Aisyah radhiallahu’anha, beliau berkata, artinya : “ Asma’ binti Abu Bakar pernah menemui Rasulullah SAW dengan memakai pakaian tipis. Rasulullah berpaling darinya dan bersabda, “Wahai Asma, sesungguhnya seorang wanita itu jika sudah haidh (sudah baligh), tidak boleh terlihat dari dirinya kecuali ini dan ini.” Beliau menunjuk wajahnya dan kedua telapak tangannya.
Batasan aurat wanita sangatlah penting untuk tak terlihat. Bahkan, Nabi Muhammad mengingatkan agar telapak bawah kaki tertutup auratnya. Berdasarkan Hadits riwayat Ahmad, dari Ummu Salamah ra. Ia berkata yang artinya, “ Rasulullah SAW ketika bersabda mengenai masalah menjulurkan ujung pakaian, aku berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah bagaimana dengan kami (kaum wanita) ?. Nabi menjawab : ‘julurkan lah sejengkal.’ Lalu Ummu Salamah bertanya lagi: “kalau begitu kedua qadam (bagian bawah kaki) akan terlihat ? Nabi bersabda: ‘Kalau begitu julurkanlah sehasta.’
Kewajiban untuk menutup aurat dan menggunakan jilbab tentunya bukan tanpa alasan. Allah sangat mencintai umatnya, khususnya kepada para wanita muslimah. Apabila setiap perintahNya dikerjakan pasti akan membawa manfaat. Begitu pula dengan berjilbab, yang dapat menjaga kesucian hati bagi kaum wanita. Selain itu, dapat menjauhkan kita dari gangguan orang munafik dan laki-laki fasik, serta InsyaAllah akan mendapatkan ampunan dan rahmat dari Allah. Allah SWT berfirman, “Wahai anak cucu Adam ! Sesungguhnya kami telah menyediakan pakaian untuk auratmu dan untuk perhiasan bagimu.Tetapi, pakaian takwa itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat.” (TQS. Al-A’raf [7]:26).
Kewajiban berhijab itu berlaku bagi seluruh muslimah. Hal ini harus diajarkan sejak dini. Mengenalkan anak pada hijab hendaknya dilakukan oleh orangtua sejak usia dini. Membiasakan dengan hijab setiap kali hendak keluar dari rumah sangat baik agar anak terbiasa hingga ia baligh. Dengan kebiasaan itu, maka akan terlahir rasa malu saat ia tidak memakainya, sama seperti pakaian. Jika ia tidak menggunakan pakaian tentu mereka akan malu. Perlahan-lahan kebiasaan ini dapat menumbuhkan kecintaannya pada hijab.
Setiap orangtua pasti menginginkan anak-anaknya menjadi anak yang sholeh dan sholehah. Anak yang sholeh adalah modal jangka panjang untuk kedua orang tuanya. Aktivitas hariannya, perangai akhlaknya, tetesan airmata tanda doa munajatnya kepada sang Khaliq, serta hembusan nafas dzikir dan istighfarnya yang keluar dari hati dan lisannya akan mengalir pula pahalanya kepada orang tuanya. Singkatnya, apapun yang ia perbuat akan mengalir pula pahalanya ke orangtuanya tanpa henti. Sabda Rasulullah SAW, “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (Yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak yang sholeh.” (HR. Muslim)
Karena itu, awal dari pembentukan anak-anak untuk menjadi anak yang sholeh terutama anak perempuan adalah dengan membiasakan menutup aurat terlebih dahulu.
Nah, bagaimana caranya untuk membiasakan anak berhijab sejak dini…? Berikut ini ada beberapa tips yang mungkin bermanfaat untuk para orangtua :
1.Mulai dari diri kita sendiri dulu.
Memulai sesuatu dari diri kita sendiri dulu adalah langkah pertama. Mengapa harus dimulai dari kita dulu..? Karena keteladanan itu adalah senjata paling ampuh dibandingkan segala nasihat-nasihat dan perintah-perintah tanpa ada aplikasi nyata dari kita yang memberi nasihat. Bagaimana kita menganjurkan anak-anak kita untuk menutup aurat kalau kita sendiri sebagai ibunya masih mempertontonkan aurat kita di depan yang bukan mahram kita.
2.Memisahkan tempat tidur.
Segera memisahkan tempat tidur antara anak laki-laki dan anak perempuan kita, terlebih lagi ketika mereka sudah mulai menginjak usia baligh. Dimana saat ini adalah saat dimana rasa ingin tahu mereka sangat tinggi. Ini tujuannya untuk menanamkan pemahaman tentang konsep tentang aurat antara laki-laki dan perempuan.
3.Biasakan untuk membeli pakaian muslimah atau panjang.
Meski banyak model pakaian anak-anak yang menarik, namun sebagai orang tua kita perlu mempertimbangkan kepantasan dan kesopanan berpakaian. Cobalah untuk menerapkan pakaian sopan sejak kecil, paling tidak pakaian yang digunakan tidak terbuka. Pilihlah pakaian yang panjang, sopan dan rapi. Tidak harus setiap saat mereka berpakaian rapi dan berjilbab, paling tidak ajarkan ia jika hendak bepergian atau keluar rumah untuk memakai pakaian muslimah, panjang, sopan dan rapi dengan jilbabnya.
4.Pilihlah model dan bahan jilbab yang nyaman.
Ini merupakan hal penting yang harus diketahui oleh para orang tua. Agar anak merasa nyaman ketika mengenakan jilbab, maka pilihlah bahan yang tidak panas, lembut, ringan, mudah menyerap keringat.
5.Selektif dalam memilih tontonan bagi putera/puteri kita.
Pilihlah tontonan-tontonan yang mendukung mereka dalam proses pembentukan akhlaq mereka. Termasuk dalam upaya pembiasaan pentingnya menutup aurat. Ini penting sekali, dan kalaupun mereka melihat sesuatu yang bertentangan dengan apa yang sudah kita tanamkan, beri mereka penjelasan.
6.Tempatkan anak pada lingkungan yang mendukung.
Lingkungan merupakan satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku dan pergaulan anak. Maka jangan salah memilihkan tempat yang baik untuk ia belajar bersosialisasi, bergaul dan menuntut ilmu. Jika ia telah memasuki usia sekolah, pilihkan lembaga yang dapat mendukung tumbuh kembangnya dengan baik. Memiliki nilai-nilai keislaman yang baik, sehingga hal tersebut dapat membantu orang tua dalam mendidik anak sesuai syariat Islam.
Syariat itu dibuat oleh Allah yang paling paham kondisi hambaNya. Semua syariat sudah diukur kekuatannya. Jika pakaian muslimah adalah jilbab dan khimar, maka itupun sudah cocok dengan muslimah di manapun berada. Dipakai untuk aktivitas apapun, selama keluar rumah maka pakaian itu yang digunakan.
Syariat itu diwajibkan ketika muslimah sudah baligh. Hanya saja harus dibiasakan sejak kecil agar terbentuk habits. Hingga ketika anak masuk usia baligh maka anak sudah terbiasa dan tidak merasa keberatan dengan kewajiban yang dibebankan.
Itulah mengapa orang tua muslim sudah membiasakan anak-anak perempuannya dengan pakaian syar’I. Dalam hal ini sebenarnya bukan hanya syariat jilbab saja, tetapi syariat-syariat lainnya seperti sholat, puasa, zakat, sedekah, membaca Alquran juga sudah dibiasakan sejak kecil. Dengan harapan akan tumbuh kebiasaan baik. Seperti Sabda Rasulullah saw, “Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan shalat saat usia mereka tujuh tahun dan pukullah mereka saat usia sepuluh tahun. Dan pisahkan tempat tidur mereka.” (Dishahihkan oleh Al-Albany dalam Irwa’u Ghalil, no. 247).
Ibnu Qudamah rahimahullah berkata dalam kitab Al-Mughni (1/357), “Perintah dan pengajaran ini berlaku bagi anak-anak agar mereka terbiasa melakukan shalat dan tidak meninggalkannya ketika sudah baligh.”
Demikianlah Islam mengajarkan penanaman Syariat sejak kecil itu sebagai bentuk latihan. Karena untuk menjalankan kewajiban itu terkadang tidak mudah, melewati jatuh bangun saat menjalaninya. Namun jika sudah dilatih sejak usia dini, maka pada diri anak sudah tumbuh habits. Pada saat baligh, beban taklif diberikan, anak akan menjalankan dengan nyaman. Konsekuensi sebagai orang yang beriman adalah menjalankan ketaatan kepada Allah Sang Pemilik Kehidupan.
Allahu a’lam.